114
mendorong adanya usaha-usaha untuk menuju kondisi yang harmoni.
2. Harmonisasi Hukum
Harmonisasi hukum adalah frase yang kemudian menjelma menjadi menjadi istilah dan
berintegrasi satu sama lain. Frasa yang demikian ini mengindikasikan adanya gambaran yang
sederhana, yakni bahwa ada upaya untuk meng- harmonis-kan
hukum. Harmonisasi
hukum berhubungan dengan kegiatan politik hukum yang
memang mempertimbangkan alasan mengapa diperlukan pembentukan atau pembaharuan
hukum, menentukan tujuannya, perumusannya dalam
peraturan perundang-undangan
dan pemberlakuannya.
90
Harmonisasi hukum berkaitan pula dengan sistem hukum yang dibentuk melalui berbagai
macam peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh negara. Maka, harmonisasi hukum
tidak dapat meninggalkan apa yang disebut dengan harmonisasi peraturan perundang-undangan. Pada
titik ini harmonisasi peraturan perundang- undangan memiliki arti yang penting dalam hak
peraturan perundang-undangan merupakan bagian integral atau sub sistem hukum suatu negara,
sehingga dengan demikian peraturan perundang- undangan tersebut dapat saling terkait dan
90
L.M. Gandhie dalam Achie Sudiarti Luhulima, op. cit. Hal. 31.
115
tergantung serta dapat membentuk suatu kebulatan yang utuh.
Badan Pembinaan
Hukum Nasional,
mengemukakan bahwa harmonisasi hukum adalah kegiatan
ilmiah untuk
menuju proses
pengharmonisasian secara tertulis yang mengacu baik pada nilai-nilai filosofis, sosiologis, ekonomis
maupun yuridis.
91
Pengertian tersebut dapat dikatakan memiliki kesamaan identik dengan
harmonisasi peraturan
perundang-undangan sebagai proses penyerasian dan penyelarasan antar
peraturan perundang-undangan sebagai suatu bagian integral atau subsistem hukum guna
mencapai tujuan hukum.
92
Secara singkat
pegharmonisasian adalah
merupakan upaya untuk menyelaraskan suatu peraturan perundang-undangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lain, baik yang lebih tinggi, sederajat, maupun yang lebih rendah, dan
hal-hal lain di luar peraturan perundang-undangan sehingga tersusun secara sistematis, tidak saling
bertentangan dan tumpang tindih overlapping.
93
91
Moh. Hasan Wargakusumah, dkk. Perumusan Harmonisasi Hukum tentang Metodologi Harmonisasi Hukum. Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. Jakarta; 2005.
92
Setio Sapto Nugroho, Harmonisasi Pembentukan Peraturan Perundang- undangan. Dokumentasi dan Informasi Hukum, Bagian Hukum, Biro Hukum dan
Humas Sekretariat Negara RI. Jakarta; 2009. Hal. 2.
93
Wicipto Setiadi. Harmonisasi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2004. Materi yang disampaikan pada
Pelatihan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, Denpasar 5-9 Juni 2009. Hal. 3.
116
Adanya hirearki peraturan perundang-undangan memberikan
konsekuensi bahwa
peraturan perundang-undangan harus diharmonisasikan.
Pengharmonisasian tersebut maka akan tergambar dengan jelas dalam pemikiran atau pengertian
bahwa suatu peraturan perundang-undangan merupakan bagian yang integral yang utuh dari
keseluruhan
sistem peraturan
perundang- undangan.
Kusnu Goesniadhie menyatakan mengenai unsur-unsur harmonisasi, diantaranya
94
: a
Adanya hal-hal ketegangan yang berlebihan; b
Menyelaraskan kedua rencana dengan menggunakan bagian masing-masing agar
membentuk suatu sistem; c
Suatu proses atau upaya untuk merealisasi keselarasan,
kesesuaian, keserasian,
kecocokan, dan keseimbangan; d
Kerja sama antara berbagai faktor yang sedemikian
rupa, hingga
faktor-faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur.
Kusnu Goesniadhie memberikan gambaran bahwa harmonisasi sistem hukum dapat dilakukan
secara keseluruhan yang akan melibatkan matarantai hubungan tiga komponen sistem
hukum, yaitu substansi hukum legal substance, struktur hukum beserta kelembagaannya legel
94
Kusnu Goesniadhie. Op.cit. Hal. 61-62.
117
structure, dan kultur hukum legal culture.
95
Berkaitan dengan hal tersebut, L.M. Gandhi juga menyatakan bahwa harmonisasi dalam hukum
adalah mencakup
penyesuaian peraturan
perundang-undangan, keputusan
pemerintah, keputusan hakim, sistem hukum dan asas-asas
hukum dengan tujuan peningkatan kesatuan hukum,
kepastian hukum,
keadilan dan
kesebandingan, kegunaan dan kejelasan hukum, tanpa mengaburkan dan mengorbankan pluralisme
hukum.
96
Di dalam perspektif perundang-undangan, perlu ditata sistem hukum nasional yang
menyeluruh dan terintegrasi. Hal ini penting dikarenakan dapat membantu penataan dan
penyesuaian unsur-unsur tatanan hukum nasional, dengan meletakkan pola pikir yang dijiwai Pancasila
dan bersumber pada UUD 1945. Dalam perspektif yang demikian, harmonisasi hukum dimaksud,
koheren dengan sasaran program pembentukan peraturan perundang-undangan, yaitu “terciptanya
harmonisasi peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat dan kebutuhan
pembangunan”.
97
95
Kusnu Goesniadhie. Op. cit. Hal. 69.
96
LM Gandhie, dalam Kusnu Goesniadhie, op. cit. Hal. 71.
97
Lihat pada Penjelasan UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional PROPENAS Tahun 2000-2004.
118
Sistem hukum nasional yang dijiwai Pancasila dan bersumber pada hukum positif tertinggi yaitu
UUD 1945 dan perubahan UUD 1945 sebagai the syorene law of the land, yang mampu menjamin
kepastian, ketertiban, penegakan dan perlindungan hukum, yang berintikan keadilan dan kebenaran.
Kerangka pemikiran sistem hukum yang seperti ini, harmonisasi hukum nasional kemudian dapat
dilakukan
dengan upaya
menyelaraskan, menyerasikan, menyesuaikan, menyeimbangkan
dan konsistensi unsur-unsur sistem hukum dalam rangka mengintegrasikan berbagai sistem hukum
yang harmonis satu sama lain dalam kerangka sistem hukum nasional. Hal ini diletakkan dengan
pola pikir harmonisasi sistem hukum nasional yang dijiwai Pancasila, UUD 1945 dan Perubahan UUD
1945. Artinya bahwa upaya harminisasi sistem hukum nasional merupakan condition sine qua non
bagi terjaminnya kepastian hukum, ketertiban hukum, penegakan hukum dan perlindungan
hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran.
98
Bahwa kemudian harmonisasi hukum adalah sesuatu yang urgen, maka ada tiga hal penting yang
menjadi alasan harmonisasi hukum menjadi harus dilakukan, yaitu
99
:
98
Lukman Hakim, Upaya Harmonisasi Hukum Terhadap Perlindungan Pengetahuan Tradisional Traditional Knowledge di Indonesia. Jurnal Yustika,
Vol. 12, No. 2. Universitas Widyagama Malang; 2009. Hal. 176.
99
Wicipto Setiadi, op. cit. Hal.4-6. Lihat pula Ahmad M. Ramli, op.cit. Hal. 15- 17.
119
- Peraturan perundang-undangan merupakan
bagian integral dari sistem hukum. Bahwa peraturan
perundang-undangan sebagai
suatu sistem atau sub sistem yang lebih besar tentu harus memenuhi ciri-ciri antara
lain ada saling keterkaitan dan saling tergantung dan merupakan satu kebulatan
yang utuh disamping ciri-ciri lainnya.
- Peraturan perundang-undangan dapat diuji
judicial review baik secara materiil maupun formil.
- Menjamin proses pembentukan peraturan
perundang-undangan dilakukan secara taat asas demi kepastian hukum. Hal ini berarti
bahwa pembentukannya harus memenuhi berbagai persyaratan yang berkaitan dengan
sistem, asas, tata cara penyampaian dan pembahasan, teknis penyusunan serta
pemberlakuannya dengan membuka akses kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
Tentang urgensi dari harmonisasi hukum inilah Muladi, sebagaimana dikutip Lukman Hakim
menyatakan demikian
100
:
Dalam memberikan argumennya, Wicipto Setiadi berpegang pada hal-hal yang diatur dalam hukum positif, yakni sebagaimana diatur di dalam UU No. 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
100
Muladi dalam Lukman Hakim, op.cit. Hal. 178.
120
…dalam menghadapi era globalisasi, sangat mendesak bagi Indonesia untuk melakukan
harmonisasi dalam
perencanaan dan
pembentukan hukum nasional yang sesuai dengan kecenderungan internasional global
trends. Suatu hal yang penting dalam harmonisasi
hukum nasional
harus memperhatikan unsur-unsur kecenderungan
internasional, sosiologis, filosofis, yuridis dan praktisadiktif.
Penekanannya adalah pada unsur mendesak sehingga perlu dilaksanakan harmonisasi hukum.
Keadaan yang terus berkembang secara global, dapat memberikan dorongan agar sistem hukum
nasional dalam berbagai bidang, perlu mengikuti perkembangan-perkembangan dan kecenderungan
internasional.
3. Aspek-Aspek dalam Harmonisasi Hukum