34
Tabel 3. Luas Minimum Lahan
No Banyak
rombongan belajar
Luas minimum lahan m
2
Bangunan satu lantai
Bangunan dua lantai
Bangunan tiga lantai
1 3
1440 -
- 2
4 – 6 1840
1310 -
3 7 – 9
2300 1380
1260 4
10 – 12 2770
1500 1310
5 13 – 15
3300 1780
1340 6
16 -18 3870
2100 1450
7 19 – 21
4340 2320
1600 8
22 -24 4870
2600 1780
3 Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 di atas adalah luas lahan yang dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah
berupa bangunan gedung dan tempat bermainberolahraga. 4 Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.
5 Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15, tidak berada di dalam garis sempadan sungai dan jalur kereta api.
6 Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut. a Pencemaran air, sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air. b Kebisingan, sesuai dengan Kepmen Negara KLH nomor
94MENKLH1992 tcntang Baku Mutu Kebisingan. c Pencemaran udara, sesuai dengan Kepmen Negara KLH Nomor
02MENKLH1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
35 7 Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenKota atau rencana lain yang lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin
pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah setempat. 8 Lahan memiliki status hak atas tanah, danatau memiliki izin pemanfaatan
dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.
Lokasi sekolah merupakan pelayanan pendidikan untuk masyarakat untuk memberikan kemudahan dalam jangkauan pelayanan, kenyamanan, dan
keamanan. Lokasi sekolah yang tepat, dapat memberikan kontribusi terhadap pemerataan pendidikan dengan memberikan akses yang mudah.
d. Aksesibilitas
Letak sekolah di suatu daerah yang merupakan fasilitas pendidikan akan berpengaruh terhadap aksesibilitas pendidikan tersebut. Letak sekolah menjadi
salah satu faktor pemerataan kesempatan pendidikan. Menurut Black dalam Tamin 2000: 23 aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem
pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dapat diartikan juga suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
Aksesibilitas menunjukkan pergerakan dari suatu tempat ke tempat lain. Aksesibilitas dalam memperoleh pendidikan diartikan dengan pergerakan atau
36 kegiatan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain untuk memperoleh
pendidikan itu sendiri. Menurut Katarina Tomasevski dalam Jayadi Damanik 2005: 22-24
mengemukakan bahwa berbagai institusi dan program pendidikan harus dapat diakses oleh semua orang tanpa terkecuali. Aksesibilitas mempunyai tiga dimensi
karakter umum, yakni: 1 Tanpa diskriminasi: pendidikan harus dapat diakses oleh semua orang.
Terutama kelompok-kelompok yang paling rentan, secara hukum dan factual, dan tanpa diskriminasi terhadap kawasan yang dilarang di
manapun. 2 Aksesibilitas fisik: pendidikan harus secara fisik aman dan terjangkau.
3 Aksesibilitas ekonomi: biaya pendidikan harus terjangkau oleh semua orang. Dimensi aksesibilitas ini tunduk pada pasal 13 ayat 2 dalam
kaitannya dengan pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan dasar harus bebas biaya bagi semua orang dan Negara harus secara
progresif memperkenalkan pendidikan menengah dan tinggi yang bebas biaya.
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Faktor dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah salah satunya dapat dilihat dari kondisi sosial ekonomi sekolah maupun masyarakat. Menurut Sri
Maryati 2009: 28 kondisi sosial ekonomi sekolah diukur oleh kualitas infrastruktur sekolah, seperti: ketersediaan alat-alat penunjang proses
pembelajaran, kondisi gedung sekolah, kualifikasi guru, ketersediaan komputer, dan perangkat lunak penunjang proses pembelajaran, rasio guru dan siswa, waktu
yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca, disiplin, dan rasa aman di sekolah, serta dukungan orang tua terhadap sekolah. Kondisi
ekonomi masyarakat siswa antara lain: tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan