41 karena bayi lahir prematur dengan usia kehamilan 25-30
minggu, sehingga bayi membutuhkan tambahan oksigen yang kadang-kadang pemberiannya berlebihan pada inkubulator.
14 Efek obatzat kimia Zat kimia atau obat-obatan membawa efek pada bagian-bagian
bola mata sehingga mengabkibatkan kerusakan. Contoh pada penggunaan asam sulfat, asam tanat bila mengenai kornea mata
akan menimbulkan kerusakan yang berakibat menjadi buta. Obat anti malaria dapat menyebabkan kekeruhan pada ephitel
kornea. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditegaskan kembali
bahwa penyebab ketunanetraan dapat dilihat dari faktor intern dan ekstern. Pada faktor intern, ketunanetraan terjadi akibat dari heriditer
atau keturunan melalui perkawianan antar keluarga ataupun sesama tunanetra yang memiliki sifat pembawa atau gen dengan kelainan
penglihatan sedangkan pada faktor ekstern dapat terjadi karena kerusakan pada mata yang disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi
dan virus atau bakteri yang menyerang mata.
4. Karakteristik Tunanetra
Setiap penyandang tunanetra memiliki perbedaan individual dengan yang lain, namun secara umum penyandang tunanetra
mempunyai ciri khusus atau karakteristik, antara lain: a. cenderung mengambangkan rasa curiga terhadap orang lain, b. perasaan mudah
tersingung, c. ketergantungan yang berlebihan, d. blindism, e. rasa rendah diri, f. tangan ke depan dan badan agak membungkuk, g. suka
42 melamun, h. fantasi yang kuat untuk mengingat suatu objek, i. kritis, j.
pemberani, k. perhatian terpusat Anasatasia Widdjajantin Imanuel Hitipeuw, 1996: 13
Selanjutnya akan diuraikan lebih dalam melalui penjelasan berikut ini:
a. Cenderung mengembangkan rasa curiga terhadap orang lain Ketunanetraan membawa seseorang kehilangan kontak dengan
lingkungannya, sehingga mengalami kendala memposisikan dirinya dalam lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan hilangnya
rasa aman dan cepat curiga terhadap orang lain. b. Perasaan mudah tersinggung
Perasaan tersinggung ini timbul karena pengalaman sehari-hari yang selalu menyebabkan kekecewaan dalam dirinya sehingga
seorang tunanetra menjadi emosional. Senda gurau, tekanan suara tertentu atau singgungan fisik yang tidak disengaja dari orang lain
dapat menyinggung perasaannya. Selain itu, keterbatasan informasi dan komunikasi karena kurang berfungsinya dria penglihatan
sering menyebabkan
kesalahpahaman pada
diri seorang
penyandang tunanetra sehingga menyebabkan perasaan mudah tersinggung.
c. Ketergantungan yang berlebihan Ketergantungan yang berlebihan pada seorang penyandang
tunanetra ini dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama yaitu
43 datang dari dalam diri tunanetra adalah belum atau tidak mau
berusaha sepenuh hati mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan yang kedua yaitu datang dari luar diri tunanetra adalah selalu ada
rasa kasih sayang dan perlindungan yang berlebihan dari orang lain disekitarnya sehingga segala keperluannya telah disiapkan dan
tunanetra tidak pernah dibiarkan sendiri untuk berbuat sesuatu. d. Blindism
Blindism merupakan gerakan-gerakan yang dilakukan seorang penyandang tunanetra tanpa mereka sadari akibat dari kurangnya
rangsang visual. Gerakan-gerakan tersebut seperti mengayun- ayunkan tangan, menggeleng-gelengkan kepala, menarik-narik
telinga dan lain sebagainya. e. Rasa rendah diri
Ketunanetraan akan membawa akibat timbulnya beberapa keterbatasan sehingga tidak jarang dari penyandang tunanetra
selalu menganggap bahwa dirinya lebih rendah dari orang lain yang normal.
f. Tangan ke depan dan badan agak membungkuk
Para penyangdang
tunanetra cenderung
untuk agak
membungkukkan badan dan tangan ke depan, maksudnya adalah untuk melindungi badannya dari sentuhan benda atau terantuk
benda yang tajam.
44 g. Suka melamun
Mata yang tidak berfungsi mengakibatkan tunanetra tidak dapat mengamati keadaan lingkungan, maka waktu yang kosong sering
dipergunakan untuk melamun. h. Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu objek
Fantasi ini sangat berkaitan dengan melamun. Penyandang tunanetra biasanya akan berfantasi pada suatu objek yang pernah
diperhatikan dengan rabaannya. i.
Kritis Keterbatasan dalam penglihatan dan kekuatan dalam berfantasi
mengakibatkan penyandang tunanetra sering bertanya pada hal-hal yang belum dimengerti.
j. Pemberani
Para penyandang tunanetra yang telah dapat menerima dirinya sebagai seorang penyandang tunanetra dan dapat bersikap positif
terhadap lingkungannya, biasanya tidak mau menerima nasib begitu saja. Mereka dengan percaya diri berusaha sekuat tenaga
mencari peluang atau kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya dalam mengubah nasib, status dan kualitas hidup mereka.
45 k. Perhatian terpusat konsentrasi
Kebutuhan tunanetra akan informasi menyebabkan dalam melakukan suatu kegiatan akan terpusat. Perhatian yang terpusat ini
sangat mendukung kepekaan indra yang masih ada dan normal. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan kembali bila
seorang yang mengalami ketunanetraan memiliki karakteristik tersendiri yang bisa dilihat atau dibedakan dengan orang
berpenglihatan normal. Karakteristik tersebut muncul sebagai akibat dari kerusakan penglihatan yang dialaminya, diantaranya seperti
perasaan mudah tersinggung, rendah diri, suka berfantasi, kritis, dan mengembangkan adatan blindism.
5. Keterbatasan Penyandang Tunanetra