23 dengan orang lain, memiliki perhatian terhadap kesejahteraan
orang lain, dapat menunjukkan rasa empati, rasa sayang dan keintiman serta memiliki konsep dalam memberi dan
menerima dalam hubungan sesama manusia. Sebailknya, individu yang kurang mampu membangun hubungan positif
dengan orang lain akan sulit untuk bersikap hangat, tidak terbuka dan memberikan sedikit perhatian terhadap sesama
Ryff dalam Fifi Yudianto, 2010: 14.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dimaknai bahwa hubungan positif dengan orang lain merupakan hubungan yang tidak
saling merugikan satu sama lain dan memunculkan kedekatan terhadap sesama. Kehilangan penglihatan pada seseorang akan menimbulkan
adanya perasaan rendah diri dan curiga terhadap orang lain sehingga penyandang tunanetra akan cenderung menarik diri dari lingkungan.
Kondisi tersebut dapat menghambat tercapainya dimensi hubungan positif dengan orang lain pada penyandang tunanetra.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis
a. Kesehatan dan fungsi fisik Mirowsky dan Ross Sukma A. G. A . Muhana S. U.,
2007: 167 menyatakan bahwa individu yang fungsi fisiknya lemah, memiliki kecacatan hambatan fisik cenderung memiliki
kesejahteraan psikologis dan kepuasan hidup yang rendah. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dimaknai bahwa
kondisi disabilitas yang dalam haal ini adalah tunanetra merupakan media potensial yang menghubungkan antara gangguan fisik
dengan kesejahteraan psikologis yang rendah.
24 b. Usia
Ryff dan Keyes 1995: 725 mengemukakan bahwa perbedaan usia mempengaruhi perbedaan dalam dimensi-dimensi
kesejahteraan psikologis. Dimensi penguasaan lingkungan, otonomi dan dimensi hubungan positif dengan orang lain
mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia terutama pada usia dewasa awal hingga dewasa madya, sebaliknya dimensi tujuan
hidup dan
pertumbuhan pribadi
dan penerimaan
diri memperlihatkan penurunan seiring bertambahnya usia, penurunan
ini terutama terjadi pada dewasa awal hingga dewasa akhir. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa
usia menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam kesejahteraan psikologis seseorang.
c. Jenis Kelamin Penelitian Ryff dan Keyes 1995: 725 menemukan bahwa
dibandingan dengan pria, wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi
pengembangan pribadi. Dengan demikian, dapat ditegaskan kembali bahwa
perempuan cenderung memiliki kesejahteraan yang tinggi dibandingkan laki-laki.
25 d. Dukungan Sosial
Menurut penelitian yang dilakukan Keretes, dkk 2011: 16, menunjukkan bahwa dukungan sosial mempengaruhi semua
dimensi kesejahteraan psikologis kecuali dimensi kemandirian. Orang dengan tingkat stress yang rendah dan memiliki dukungan
sosial yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat stress yang
tinggi dan memiliki dukungan sosial yang rendah. Dari pendapat tersebut, dapat ditegaskan kembali bahwa
dukungan sosial yang tinggi dapat membentuk kesejahteraan psikologis yang tinggi pula. Dukungan sosial dapat berasal dari
berbagai sumber, baik keluarga, pasangan, sahabat, organisasi sosial dan sebagainya.
e. Religiusitas Penelitian yang dilakukan oleh Argyle Muhammad Noor
R. H. Arif Nasution, 2003: 74 menunjukkan bahwa religiusitas membantu individu mempertahankan kesehatan psikologis individu
disaat-saat sulit.
Religiusitas mendukung
terwujudnya kesejahteraan psikologis individu disaat-saat sulit melalui
dukungan sosial yang didapat melalui komunitas agamanya dan melalui pemaknaan dari peristiwa yang dialaminya.
26 Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditegaskan kembali
bahwa religiusitas membantu terwujudnya kesejahteraan psikologis seseorang. Kedekatan dengan Tuhan, menjadi kekuatan tersendiri
dalam menghadapi masa-masa sulit sehingga memberikan kemudahan bagi individu untuk menerima keadaan dan memaknai
suatu peristiwa.
B. Tunanetra 1. Pengertian Tunanetra