51 Sebaliknya, setelah adanya kebijakan penggunaan KMS ternyata
menimbulkan dampak negatif diantaranya muncul pro kontra pada masyarakat mengenai program JPD KMS karena dianggap memanjakan
masyarakat miskin, terjadi kesenjangan sosial bagi warga miskin dan warga yang mengaku miskinhampir miskin untuk bisa mengakses pendidikan
melalui mekanisme KMS, terlebih ketika memiliki anak peserta didik yang menempuh jenjang pendidikan swasta dan SMASMALBMA, dan SMK
karena biaya pendidikan mahal, terjadi kesalahan pendataan KMS, terjadi manipulasi tentang perpindahan penduduk dari luar Kota Yogyakarta,
sekolah dipaksa menerima peserta didik yang tidak mempunyai kualifikasi untuk belajar di sekolah unggulan, ada beberapa peserta didik KMS yang
mengindikasikan memiliki kesulitan beradaptasi dengan teman-temannya Ashari dan Dhenok Panuntun, 2012: 7.
D. Kerangka Pikir
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, proses memperoleh pengetahuan, proses kemampuan bereaksi yang berupa kecakapan sikap,
kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian yang terjadi secara relatif atau tetap karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Pada
proses belajar penting jika didukung dengan adanya kemandirian belajar, karena berperan sebagai penggerak.
Kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang mandiri tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab sendiri
52 dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan terwujud
apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam
pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran. Kemandirian belajar adalah sikap mengarah pada kesadaran
belajar sendiri dan segala keputusan, pertimbangan yang berhubungan dengan kegiatan belajar diusahakan sendiri sehingga bertanggung jawab sepenuhnya
dalam proses belajar tersebut. Faktor ekonomi dapat digolongkan menjadi kondisi keluarga mampu dan
tidak mampu. Kondisi ekonomi berpengaruh pada pola asuh siswa karena memiliki pola asuh, gaya hidup, dan cara mendidik yang berbeda. Siswa yang
berasal dari keluarga berstatus ekonomi tinggi memiliki kesempatan yang lebih tinggi dalam mempersiapkan anak-anak mereka untuk sekolah. Status sosial
ekonomi yang lebih tinggi tersebut membangun kepercayaan individu atau siswa untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.
Berbeda dengan siswa yang kondisinya kurang mampu, mereka mendapat sedikit perhatian dan pengawasan terutama pada aspek
perkembangannya, karena orangtua mereka yang harus bekerja keras mencari uang dan tidak jarang pula dari mereka selain disibukan dengan sekolah
mereka juga harus terpaksa ikut bekerja demi membantu orang tua. Selain itu, siswa kurang mampu juga memiliki keterbatasan dalam fasilitas belajarnya.
Seiring dengan harapan pemerintah dan masyarakat akan arti pentingnya pendidikan, pemerintah memberikan jaminan bantuan pendidikan bagi siswa
53 yang berasal dari keluarga yang kurang mampu tersebut. Bantuan pendidikan
itu lebih dikenal dengan JPD KMS yang diberikan dengan tujuan memberikan kemudahan dalam hal pendanaan bagi siswa kurang mampu agar mereka tidak
putus sekolah. Akan tetapi, pemberian JPD KMS ini memberikan permasalahan tersendiri bagi siswa KMS maupun dari pihak sekolah. Siswa
KMS memiliki perasaan minder ketika di lingkungan sekolah. Perilaku mereka cenderung pasif, diam dan kurang bersemangat dalam melaksanakan
pembelajaran di sekolah. Siswa KMS lebih lambat dalam menerima mata pelajaran yang disampaikan sehingga guru harus mengulang dalam
menjelaskan materi yang disampaikan. Sebagian siswa KMS juga sering mendapatkan nilai yang jelek ketika ulangan. Hal ini menjadikan beberapa
siswa KMS mengundurkan diri dari sekolah. Siswa non KMS terlihat lebih aktif dan dari segi pergaulan mereka terlihat menonjol. Kondisi ini disebabkan
siswa non KMS sebagian besar tinggal dirumah dengan kondisi keluarganya yang mampu dan tercukupi sehingga mereka lebih terfasilitasi dari segi
apapun. Dengan demikian adanya perbedaan kondisi latar belakang eknomi, dan
pola pengasuhan yang diberikan oleh lingkungan pada siswa KMS dan non KMS yang akan menimbulkan perbedaan juga dalam kemandirian belajar.
54
E. Penelitian yang Relevan