5.2 Status Gizi Keluarga Buruh Kayu
Status gizi didefinisikan sebagai status kesehatan yang diperoleh dari keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi keluarga dapat
digunakan untuk merefleksikan derajat kesehatan suatu keluarga. Status gizi keluarga yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak
sehingga dapat mencapai kematangan yang optimal. Selain itu, status gizi keluarga yang baik dapat mengindikasikan bagaimana tingkat produktivitas keluarga tersebut.
Hasil penelitian pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa mayoritas keluarga buruh kayu memiliki status gizi yang baik 80,7. Pada penelitian ini, untuk
mendapatkan kategori status gizi keluarga baik, dilakukan penilaian status gizi dari setiap anggota keluarga. Status gizi keluarga yang baik merupakan hasil perhitungan
dari status gizi setiap anggota keluarga, dimana lebih dari 50 anggota keluarga memiliki status gizi yang normal. Sedangkan sisanya, keluarga buruh kayu tergolong
kepada keluarga status gizi sedang 13,3 dan tidak baik 6. Sama halnya dengan penentuan status gizi keluarga baik, status gizi keluarga sedang merupakan hasil
penilaian status gizi setiap anggota keluarga, dimana sebesar 50 anggota keluarga memiliki status gizi yang normal. Sedangkan status gizi keluarga tidak baik,
merupakan hasil penilaian status gizi anggota keluarga dimana anggota keluarga yang memiliki status gizi normal hanya sebesar kurang dari 50.
Pengukuran status gizi keluarga dihitung berdasarkan jumlah persentase anggota keluarga yang memiliki status gizi normal. Berdasarkan Tabel 4.9 dapat
dilihat bahwa semua golongan usia anggota keluarga dari 83 keluarga buruh kayu
Universitas Sumatera Utara
yang menjadi responden, mengalami masalah gizi yang dapat dilihat dari status gizi yang tidak normal. Selain itu, dapat dilihat bahwa masalah gizi juga terjadi pada
anggota keluarga yang tergolong kelompok rentan gizi dalam hal ini adalah kelompok bayi, balita, anak usia sekolah dan anak remaja.
Sebagian besar keluarga buruh kayu pernah menderita penyakit infeksi 83,3. Tercapainya status gizi keluarga yang baik pada sebagian besar keluarga
buruh kayu tidak menjadikan mereka dapat terbebas dari penyakit infeksi tersebut. Daerah Kampung Kotalintang yang memiliki cuaca panas dan banyak sekali debu
kayu serta polusi udara lainnya yang bertebaran di sekitar daerah ini. Selain itu, masih banyaknya penduduk Kampung Kotalintang yang menggunakan air Sungai Tamiang
sebagai sarana mandi,cuci, kakus dan kebiasaan makan makanan sembarangan menyebabkan angka penderita diare merebak di daerah ini. Hal ini diduga dapat
memengaruhi terjadinya masalah gizi pada anggota keluarga yang tergolong kelompok rentan gizi.
Menurut Notoatmodjo 2003 kelompok rentan gizi adalah sekelompok individu yang paling mudah mengalami gangguan kesehatannya karena kekurangan
gizi. Kelompok tersebut terdiri dari bayi 0-1tahun, balita di bawah 5 tahun, anak sekolah 6-12 tahun, remaja 13-20 tahun, ibu hamil dan menyusui serta lanjut usia.
Dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa paling banyak yang mengalami status gizi tidak normal adalah kelompok usia lebih dari 18 tahun, dengan kategori
kelebihan berat badan tingkat ringan. Pada umumnya, anggota keluarga buruh kayu
Universitas Sumatera Utara
yang tergolong kelebihan berat badan tingkat ringan adalah ayah kepala keluarga dan ibu.
Ayah atau kepala keluarga buruh kayu sebagian besar mengalami kelebihan berat badan tingkat ringan. Hal ini dikarenakan oleh waktu istirahat kerja diberikan
sebanyak tiga kali, dan setiap waktu istirahat ayah atau kepala keluarga buruh kayu selalu jajanmakan dengan jenis makanan dominan adalah makanan sumber energi
atau sumber karbohidrat. Dan ketika ayah atau kepala keluarga buruh kayu pulang ke rumah, mereka mengkonsumsi makanan yang telah disediakan dirumah. Akibatnya,
sebagian besar ayah atau keluarga buruh kayu mengalami masalah gizi yaitu kelebihan berat badan tingkat ringan.
Begitu juga yang terjadi dengan ibu. Banyaknya tawaran pangan sumber karbohidrat atau sumber energi di daerah Kampung Kotalintang menjadikan ibu-ibu
keluarga buruh kayu sering mengkonsumsi makanan tersebut. Selain itu, ibu juga mengalami kelebihan berat badan tingkat ringan dikarenakan ibu sering
mengkonsumsi makanan anaknya yang tidak habis dan aktivitas ibu yang tergolong rendah. Akibatnya peningkatan berat badan terjadi sehingga kelebihan berat badan
tingkat ringan. Dilihat dari segi pengetahuan gizi ibu, mayoritas ibu keluarga buruh kayu
tergolong berpengetahuan gizi yang baik 44,6. Namun, hal tersebut tidak dapat menjamin baiknya ibu dalam praktektindakan gizi. Kurangnya pola asuh ibu dalam
menyediakan pangan yang bergizi untuk anak keluarga buruh kayu pada usia 0 sampai 18 tahun, menyebabkan anak tersebut mengalami masalah gizi, terutama anak
Universitas Sumatera Utara
dengan usia bayi dan balita. Hal ini juga dapat mengindikasikan terdapatnya balita di bawah garis merah BGM di daerah Kampung Kotalintang sebanyak 22 orang baik
yang berasal dari keluarga buruh kayu yang menjadi responden dalam penelitian maupun yang tidak.
Pada anak bayi usia 0 sampai 1 tahun, kekurangan gizi pada masa bayi dapat menimbulkan berbagai gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial, dan
intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Selain itu kekurangan gizi dapat menyebabkan terjadinya penurunan atau rendahnya
daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Badan kesehatan dunia WHO dan UNICEF menyatakan terjadinya gagal tumbuh akibat kurang gizi pada masa bayi
mengakibatkan terjadinya penurunan IQ 11 point lebih rendah dibanding anak yang tidak kurang gizi Arisman, 2004.
Pada masa balita bawah lima tahun, asupan gizi yang baik juga sangat dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang anak Anak pada usia lebih dari 5 tahun
sampai usia 18 tahun merupakan usia anak sekolah yang harus diperhatikan juga asupan gizinya, mengingat bahwa anak pada golongan usia tersebut sudah memasuki
masa sekolah. Maka dari itu, asupan nutrisi yang baik sangat diperlukan untuk peningkatan prestasi di sekolahnya Arisman, 2004. Gizi merupakan salah satu
modal penting untuk mencapai kualitas hidup manusia yang baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar keluarga
buruh kayu tidak terlalu mementingkan kualitas konsumsi makanan yang berarti
Universitas Sumatera Utara
bahwa sebagian besar keluarga buruh kayu tidak mementingkan prinsip gizi seimbang. Menurut Soekirman 2000, gizi seimbang merupakan susunan makanan
sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi
makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal. Prinsip gizi seimbang perlu dikenalkan kepada masyarakat Kampung Kotalintang guna mengubah
pandangan “hidup untuk makan” oleh sebagian besar keluarga buruh kayu dan untuk mencapai status gizi normal oleh seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu,
diperlukan peningkatan usaha promosi gizi dan kesehatan terutama tentang prinsip gizi seimbang oleh tenaga gizi dan kesehatan maupun tokoh masyarakat, guna
mencapai dan mempertahankan status gizi yang baik bagi setiap anggota keluarga keluarga buruh kayu.
5.3 Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Keluarga