Gambaran Lokasi Penelitian Analisis Multivariat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Kecamatan Siantar Timur terletak di wilayah timur Kota Pematang Siantar dengan batas-batas sebagai berikut: − Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Siantar Utara dan Kecamatan Siantar Martoba − Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siantar Marihat − Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Siantar Barat − Sebalah timur berbatasan dengan Kabupaten Simalungun Kecamatan Siantar Timur memiliki luas wilayah ± 4.520 km 2 dan berada pada ketinggian ± 400 m di atas permukaan laut. Kecamatan Siantar Timur terdiri dari tujuh kelurahan yaitu Kelurahan Asuhan, Kelurahan Merdeka, Kelurahan Pardomuan, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Tomuan, Kelurahan Kebun Sayur, dan Kelurahan Siopat Suhu. Kecamatan Siantar Timur memiliki jumlah penduduk sebanyak 38.454 jiwa dengan kepadatan tiap km 2 8.508 jiwa Kecamatan Siantar Timur dalam angka, 2011. Penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Pematang Siantar dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Peta Penyebaran Kasus DBD di Kota Pematang Siantar 4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pernah tidaknya mendapat penyuluhan tentang demam berdarah dengue. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik No. Karakteristik Responden Kasus Kontrol n n 1. Umur a. 18 - 20 Tahun 6 6,1 6 6,1 b. 21 - 23 Tahun 9 9,2 9 9,2 c. 24 - 26 Tahun 8 8,2 8 8,2 d. 27 - 29 Tahun 15 15,3 15 15,3 e. 30 - 32 Tahun 11 11,2 11 11,2 f. 33 - 35 Tahun 21 21,4 21 21,4 g. 36 - 38 Tahun 12 12,2 12 12,2 h. 39 - 41 Tahun 15 15,3 15 15,3 i. 41 Tahun 1 1,0 1 1,0 Jumlah 98 100 98 100.0 2. Jenis Kelamin a. Laki-laki 48 49,0 48 49,0 b. Perempuan 50 51,0 50 51,0 Jumlah 98 100 98 100 3. Tingkat Pendidikan a. SD 22 22,4 28 28,6 b. SMP 24 24,5 21 21,4 c. SMA 47 48,0 44 44,9 d. Perguruan Tinggi 5 5,1 5 5,1 Jumlah 98 100 98 100 4. Pernah Mendapat Penyuluhan DBD a. Ya 18 18,4 9 9,2 b. Tidak 80 81,6 89 90,8 Jumlah 98 100 98 100 Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden berada dalam kelompok umur 33-35 tahun yaitu sebanyak 21 orang 21,4 dan mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 50 orang 51. Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden dari kelompok kasus memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 47 orang Universitas Sumatera Utara 48 sedangkan sebagian besar kelompok kontrol juga memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu 44 orang 44,9. Sebagian besar responden kelompok kasus tidak pernah mendapat penyuluhan tentang demam berdarah dengue yaitu sebanyak 80 orang 81,6 dan sebagian besar responden kelompok kontrol juga tidak pernah mendapat penyuluhan DBD yaitu sebanyak 89 orang 90,8.

4.2.2 Keberadaan Jentik

Pemeriksaan jentik nyamuk Aedes aegypti dilakukan pada tempat-tempat penampungan air baik di dalam maupun di luar rumah. Hasil pemeriksaan jentik nyamuk Aedes aegypti dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Distribusi Rumah Responden Berdasarkan Keberadaan Jentik No. Keberadaan Jentik Kasus Kontrol n n 1. Ada 38 42,2 52 57,8 2. Tidak ada 60 56,6 46 43,4 Jumlah 98 100 98 100 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah responden kelompok kasus tidak ditemukan jentik yaitu sebanyak 60 rumah 61,2. Sedangkan sebagian besar rumah responden kelompok kontrol ditemukan jentik yaitu sebanyak 52 rumah 53,1. Hasil pemeriksaan jentik berdasarkan tempat penampungan air dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Distribusi Tempat Penampungan Air yang Ditemukan Jentik No. Kontainer Kasus Kontainer diperiksa Kontrol Kontainer diperiksa n n Kontainer di Dalam Rumah 1. Bak mandi 12 12,2 98 7 7,1 98 2. Vas bunga 1 1,0 32 2 2,0 29 3. Penampung air kulkas - - 26 - - 21 4. Penampung air dispenser - - 64 - - 59 5. Tempat penampung air lainnya ember,drum,dll 1 1,0 33 2 5,8 34 Jumlah 14 253 11 241 Kontainer di Dalam Rumah 1. Ban bekas 7 53 13 10 52,6 19 2. Kaleng bekas 7 18,9 37 9 16,6 54 3. Botol bekas 3 15,7 19 4 28,5 24 4. Drum 19 59,3 32 21 65,6 32 5. Bak penampung air 11 52,3 21 10 40 25 6. Tempat minum burung - - 7 - - 9 7. Salurantalang air 1 6,2 16 1 4,3 23 8. Alas pot tanaman 5 17,2 29 20 57,1 35 9. Potongan pohonbambu 4 36,3 11 4 23,5 17 10. Lainnya 9 9,2 89 14 14,3 84 Jumlah 66 274 93 322 Total Kontainer 80 527 107 563 Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh bahwa kontainer yang terdapat di dalam rumah berjumlah 494 kontainer sedangkan kontainer yang terdapat di luar rumah berjumlah 596 kontainer . Jumlah kontainer yang ditemukan jentik pada rumah responden kasus adalah sebanyak 80 kontainer dari 527 kontainer yang diperiksa sedangkan jumlah kontainer yang ditemukan jentik pada rumah responden kontrol, adalah sebanyak 107 kontainer dari 563 kontainer yang diperiksa. Universitas Sumatera Utara House index adalah presentase rumah yang ditemukan jentik terhadap seluruh rumah yang diperiksa. ����� ����� = jumlah rumah positif jentik Aedes aegypti jumlah rumah yang diperiksa x 100 ����� ����� Kelompok Kasus = 38 98 x 100 ����� ����� Kelompok Kasus = 38,7 ����� ����� Kelompok Kontrol = 52 98 x 100 ����� ����� Kelompok Kontrol = 53 Container Index CI adalah presentase antara kontainer yang ditemukan jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa. ��������� ����� = jumlah container �ositif Aedes aegypti jumlahcontainer yang diperiksa x 100 ��������� ����� Kelompok Kasus = 80 527 x 100 ��������� ����� Kelompok Kasus = 15,18 ��������� ����� Kelompok Kontrol = 107 563 x 100 ��������� ����� Kelompok Kontrol = 19 Angka Bebas Jentik adalah presentase antara rumah yang bebas jentik Aedes aegypti terhadap seluruh rumah yang diperiksa. Angka Bebas Jentik = jumlah rumah tidak ditemukan Aedes aegypti jumlah rumah yang diperiksa x 100 Universitas Sumatera Utara Angka Bebas Jentik Kelompok Kasus = 60 98 x 100 Angka Bebas Jentik Kelompok Kasus = 61,2 Angka Bebas Jentik Kelompok Kontrol = 46 98 x 100 Angka Bebas Jentik Kelompok Kontrol = 46,9 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh angka House index kelompok kasus adalah 38,7 sementara angka House index kelompok kontrol adalah 53. Sedangkan angka Container index kelompok kasus adalah 15,18 sementara angka Container index kelompok kontrol adalah 19. Angka Bebas Jentik kelompok kasus adalah 61,2 sedangkan Angka Bebas Jentik kelompok kontrol adalah 46,9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka House Index dan Container Index masih di atas 5 dan Angka Bebas Jentik masih berada di bawah standar nasional 95 sehingga dapat diartikan bahwa kepadatan jentik tinggi dan memiliki risiko tinggi dalam penularan penyakit DBD.

4.2.3 Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner maka pengetahuan responden tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue No. Pengetahuan Responden Kasus Kontrol n n 1. Pengertian DBD a. Penyakit yang disebabkan virus dan ditularkan oleh nyamuk 15 15,3 14 14,3 b. Penyakit yang ditandai dengan gejala demam tinggi 23 23,3 23 23,5 c. Tidak Tahu 60 61,2 61 62,2 Jumlah 98 100 98 100 2. Penyebab DBD a. Virus 2 2.0 2 2,0 b. Nyamuk 86 87,8 86 87,8 c. Tidak tahu 10 10,2 10 10,2 Jumlah 98 100 98 100 3. Cara Penularan DBD a. Melalui gigitan nyamuk 73 74,5 73 74,5 b. Melalui manusia - - - - c. Tidak tahu 25 25,5 25 25,5 Jumlah 98 100 98 100 4. Nyamuk Penular DBD a. Aedes aegypti 64 65,3 56 57,1 b. Anopheles 2 2,0 4 4,1 c. Tidak Tahu 32 32,7 38 38,8 Jumlah 98 100 98 100 5. Kapan nyamuk DBD menggigit a. Pagi dan sore hari 86 87,8 87 88,8 b. Malam hari 5 5,1 4 4,1 c. Tidak tahu 7 7,1 7 7,1 Jumlah 98 100 98 100 6. Siapa yang berisiko terkena DBD a. Semua umur 62 63,3 49 50,0 b. anak-anak 32 32,7 46 46,9 c. Tidak tahu 4 4,1 3 3,1 Jumlah 98 100 98 100 7. Gejala DBD a. Jawaban 3-4 10 10,2 4 4,1 b. Jawaban 1-2 83 84,7 91 92,9 c. Tidak tahu 5 5,1 3 3,1 Jumlah 98 100 98 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Lanjutan 1 2 3 4 5 6 8. Pertolongan pertama gejala DBD a. Jawaban 3-4 8 8,2 9 9,2 b. Jawaban 1-2 81 82,7 85 86,7 c. Tidak tahu 9 9,2 4 4,1 Jumlah 98 100 98 100 9. Tempat nyamuk DBD berkembangbiak a. Jawaban 3-4 16 16,3 11 11,2 b. Jawaban 1-2 70 71,4 73 74,5 c. Tidak tahu 12 12,2 14 14,3 Jumlah 98 100 98 100 10. Pengertian PSN a. kegiatan memberantas telur, jentik dan pupa nyamuk penular DBD 36 36,7 21 21,4 b. kegiatan memberantas sarang nyamuk 14 14,3 10 10,2 c. Tidak tahu 48 49,0 67 68,2 Jumlah 98 100 98 100 11. Dari mana memperoleh informasi tentang PSN a. Petugas kesehatan 50 51,0 44 44,9 b. Keluargatemantelevisi 15 15,3 8 8,2 c. Tidak tahu 33 33,7 46 46,9 Jumlah 98 100 98 100 12. Manfaat PSN a. Mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk dan mengurangi DBD 63 64,3 59 60,2 b. Agar kondisi lingkungan bersih 9 9,2 5 5,1 c. Tidak tahu 26 26,5 34 34,7 Jumlah 98 100 98 100 13. Cara melakukan PSN a. Jawaban 3-4 23 23,5 20 20,4 b. Jawaban 1-2 48 49,0 46 46,9 c. Tidak tahu 27 27,6 32 32,7 Jumlah 98 100 98 100 14. Kapan dilakukan PSN a. Seminggu sekali 64 65,3 56 57,1 b. Sebulan sekali 3 3,1 6 6,1

c. Tidak tahu

31 31,6 36 36,7 Jumlah 98 100 98 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Lanjutan 1 2 3 4 5 6 15. Siapa yang melakukan PSN a. Masyarakat 65 66,3 59 60,2 b. Petugas kesehatan 9 9,2 12 12,2 c. Tidak tahu 24 24,5 27 27,6 Jumlah 98 100 98 100 Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh bahwa sebagian besar responden kelompok kasus tidak mengetahui pengertian demam berdarah dengue yaitu 60 orang 61,2 sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol juga tidak mengetahui pengertian demam berdarah dengue yaitu 61 orang 62,2. Sebagian besar responden kelompok kasus menyatakan bahwa penyebab DBD adalah nyamuk 87,8 sedangkan sebagian besar kelompok kontrol menyatakan penyebab DBD adalah nyamuk 87,8. Sebagian besar responden kelompok kasus menyatakan bahwa DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk 74,5 sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol juga menyatakan bahwa DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk 74,5. Tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden kelompok kasus menyatakan bahwa nyamuk penular DBD adalah Aedes aegypti 65,3 sedangkan sebanyak 56 responden 57,1 kelompok kontrol menyatakan nyamuk penular DBD adalah Aedes aegypti. Sebagian besar responden kelompok kasus menyatakan bahwa nyamuk penular DBD menggigit pada pagi dan malam hari yaitu 86 orang 87,8, sedangkan sebanyak 87 responden 88,8 kelompok kontrol juga menyatakan bahwa nyamuk penular DBD menggigit pada pagi dan malam hari. Universitas Sumatera Utara Mayoritas responden kelompok kasus mengetahui bahwa semua umur berisiko terkena DBD yaitu 62 orang 63,3, sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol juga menyatakan bahwa semua umur berisiko terkena DBD yaitu 49 orang 50. Mayoritas responden kelompok kasus hanya mengetahui 1 atau 2 gejala dari penyakit DBD yaitu 83 orang 84,7, demikian juga dengan sebagian besar responden kelompok kontrol yang hanya mampu mengetahui 1 atau gejala penyakit DBD yaitu 91 orang 92,9. Mayoritas responden kelompok kasus mengetahui 1 atau 2 bentuk pertolongan pertama gejala DBD yaitu 81 orang 82,7, demikian juga dengan mayoritas responden kelompok kontrol yang mengetahui 1 atau 2 pertolongan pertama gejala DBD yaitu 85 orang 86,7. Sebagian besar responden kelompok kasus hanya mengetahui satu atau dua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD yaitu 70 orang 71,4, sama halnya dengan sebagian besar responden kelompok kontrol yang hanya mengetahui satu atau dua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD yaitu 73 orang 74,5. Sebagian besar responden kelompok kasus tidak mengetahui pengertian dari Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN yaitu 48 orang 49, sedangkan sebanyak 67 responden kelompok kontrol 68,2 tidak mengetahui pengertian dari PSN. Sebagian besar responden kelompok kasus memperoleh informasi tentang PSN dari petugas kesehatan yaitu 50 orang 51, sedangkan sebanyak 46 responden kelompok kontrol 46,9 menyatakan tidak tahu dari mana memperoleh informasi tentang PSN. Universitas Sumatera Utara Sebagian besar responden kelompok kasus hanya mampu menyebutkan satu atau dua cara melaksanakan PSN yaitu 48 orang 49, demikian juga dengan responden kelompok kontrol yang hanya mengetahui satu atau dua cara melaksanakan PSN yaitu 46 orang 46,9. Sebagian besar responden kelompok kasus yaitu 63 orang 64,3 menyatakan manfaat pemberantasan sarang nyamuk adalah untuk mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk dan mengurangi DBD, demikian juga dengan responden kelompok kontrol yang menyatakan bahwa manfaat PSN adalah untuk mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk dan mengurangi DBD yaitu 59 orang 60,2. Sebanyak 64 responden 65,3 kelompok kasus menyatakan bahwa pemberantasan sarang nyamuk sebaiknya dilakukan seminggu sekali, sedangkan sebanyak 56 responden 57,1 kelompok kontrol menyatakan bahwa pemberantasan sarang nyamuk sebaiknya dilakukan seminggu sekali. Mayoritas responden kelompok kasus menyatakan bahwa yang bertanggung jawab melaksanakan PSN adalah masyarakat yaitu 65 orang 66,3 sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol menyatakan bahwa yang bertanggung jawab melaksanakan PSN adalah masyarakat yaitu 59 orang 60,2. Penilaian terhadap pengetahuan tentang penyakit demam berdarah dengue dilakukan berdasarkan perhitungan total skor pengetahuan responden. Tingkat pengetahuan selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu pengetahuan baik dan buruk. Tingkat pengetahuan responden tentang penyakit demam berdarah denguedapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan No. Tingkat Pengetahuan Kasus Kontrol n n 1. Baik 51 52 31 31,6 2. Buruk 47 48 67 68,4 Jumlah 98 100 98 100 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jumlah responden kelompok kasus yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 51 responden 52 dan jumlah responden kelompok kasus yang memiliki pengetahuan buruk adalah 47 responden 48. Sedangkan jumlah responden kelompok kontrol yang memiliki pengetahuan baik adalah 31 responden 31,6 dan jumlah responden kelompok kontrol yang memiliki pengetahuan buruk adalah 67 responden 68,4.

4.2.4 Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden maka diperoleh praktik pemberantasan sarang nyamuk. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini: Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Praktik PSN No. Praktik PSN Kasus Kontrol n n 1. Menguras dan menyikat tempat penampungan air a. Ya 95 96,9 97 99,0 b. Tidak 3 3,1 1 1,0 Jumlah 98 100 98 100 2. Menutup rapat tempat penampungan air a. Ya 56 57,1 39 39,8 b. Tidak 42 42,9 59 60,2 Jumlah 98 100 98 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Lanjutan 1 2 3 4 5 6 3. Mengubur barang bekas yang dapat menyimpan air a. Ya 60 61,2 51 52,0 b. Tidak 38 38,8 47 48,0 Jumlah 98 100 98 100 4. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lain yang sejenis a. Ya 26 26,5 24 24,5 b. Tidak 72 73,5 74 75,5 Jumlah 98 100 98 100 5. Memperbaiki saluran air yang tidak lancar a. Ya 75 76,5 66 67,3 b. Tidak 23 23,5 32 32,7 Jumlah 98 100 98 100 6. Menaburkan bubuk abate a. Ya 43 43,9 29 29,6 b. Tidak 55 56,1 69 70,4 Jumlah 98 100 98 100

7. Memasang kawat kasa

a. Ya 54 55,1 40 40,8 b. Tidak 44 44,9 58 59,2 Jumlah 98 100 98 100 8. Tidak menggantung pakain di dalam kamar a. Ya 10 10,2 18 18,4 b. Tidak 88 89,8 80 81,6 Jumlah 98 100 98 100 Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh bahwa sebagian besar responden kelompok kasus menguras dan menyikat tempat penampungan air yaitu sebanyak 95 orang 96,9 sedangkan Sebagian besar responden kelompok kontrol menguras dan menyikat tempat penampungan air yaitu sebanyak 97 orang 99,0. Sebagian besar responden kelompok kasus menutup rapat tempat penampungan air yaitu sebanyak 56 Universitas Sumatera Utara orang 57,1, sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol tidak menutup rapat tempat penampungan air yaitu sebanyak 59 orang 60,2. Sebagian besar responden kelompok kasus mengubur barang bekas yang dapat menyimpan air yaitu sebanyak 60 orang 61,2 sedangkan mayoritas responden kelompok kontrol mengubur barang bekas yang dapat menyimpan air yaitu sebanyak 51 orang 52,0. Sebagian besar responden kelompok kasus tidak mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lain yang sejenis yaitu 72 orang 73,5, sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol tidak mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lain yang sejenis yaitu 74 orang 75,5. Sebagian besar responden kelompok kasus memperbaiki saluran air yang tidak lancar yaitu 75 orang 76,5, sedangkan mayoritas responden kelompok kontrol memperbaiki saluran air yang tidak lancar yaitu 66 orang 67,3. Sebagian besar responden kelompok kasus tidak menaburkan bubuk abate yaitu 55 orang 56,1, sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol tidak menaburkan bubuk abate yaitu 69 orang 70,4. Sebagian besar responden kelompok kasus memasang kawat kasa yaitu 54 orang 55,1, sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol tidak memasang kawat kasa yaitu 58 orang 59,2. Sebagian besar responden kelompok kasus memiliki kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar yaitu 88 orang 89,8 sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol memiliki kebiasaan menggantung pakain di dalam kamar yaitu 80 orang 81,6. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN maka tingkat praktik PSN selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu baik dan buruk. Tingkat praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk No. Tingkat PSN Kasus Kontrol n n 1. Baik 55 56,1 33 33,7 2. Buruk 43 43,9 65 66,3 Jumlah 98 100 98 100 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden kelompok kasus memiliki praktik pemberantasan sarang nyamuk baik yaitu 55 responden 56,1 dan sebagian besar responden kelompok kontrol memiliki praktik PSN buruk yaitu 65 responden 66,3. 4.3 Analisis Bivariat 4.3.1 Hubungan Keberadaan Jentik dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Tabel 4.8 Hubungan Keberadaan Jentik dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue No. Keberadaan Jentik Kasus Kontrol Jumlah p OR 95CI n n n 1. Ada 38 42,2 52 57,8 90 100 0,045 0,56 0,318- 0,989 2. Tidak ada 60 56,6 46 43,4 106 100 Jumlah 98 50 98 50 196 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada hasil uji statistik Chi square didapatkan nilai p = 0,045. Oleh karena nilai p 0,045 lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan keberadaan jentik dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue DBD. Nilai Odd Ratio OR adalah 0,56 95 CI 0,318 - 0,989, hal ini berarti bahwa responden yang di rumahnya ditemukan jentik 0,56 kali lebih berisiko untuk menderita DBD dibandingkan dengan responden yang rumahnya bebas dari jentik.

4.3.2 Hubungan Pengetahuan terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Tabel 4.9

Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue No. Tingkat Pengetahuan Kasus Kontrol Jumlah p OR 95CI n n n 1. Baik 51 62,2 31 37,8 82 100 0,004 2,34 1,311- 4,196 2. Buruk 47 41,2 67 58,8 114 100 Jumlah 98 50 98 50 196 100 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada hasil uji statistik Chi square didapatkan nilai p = 0,004. Oleh karena nilai p 0,004 lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue DBD. Nilai Odd Ratio OR sebesar 2,34 95 CI 1,311- 4,196, artinya responden dengan pengetahuan yang buruk mempunyai peluang 2,34 kali lebih besar untuk menderita DBD dibandingkan dengan pengetahuan yang baik. Universitas Sumatera Utara

4.3.3 Hubungan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

Tabel 4.10 Hubungan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue No. Tingkat Praktik PSN Kasus Kontrol Jumlah p OR 95CI n n n 1. Baik 55 62,5 33 37,5 88 100 0,002 2,51 1,413- 4,493 2. Buruk 43 39,8 65 60,2 108 100 Jumlah 98 50 98 50 196 100 Tabel 4.10 menunjukkan bahwa pada hasil uji statistik Chi square didapatkan nilai p = 0,002. Oleh karena nilai p 0,002 lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan praktik pemberantasan sarang nyamuk PSN dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue DBD. Nilai Odd Ratio OR adalah 2,51 95 CI 1,413 - 4,493, artinya responden dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk PSN yang buruk 2,34 kali lebih berisiko menderita DBD dibandingkan responden dengan praktik PSN yang baik. 4.4 Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk melihat pengaruh seluruh variabel yang diteliti yaitu keberadaan jentik, pengetahuan dan praktik pemberantasan sarang nyamuk terhadap kejadian demam berdarah dengue sehingga diketahui variabel mana yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD. Variabel yang dimasukkan ke dalam model analisis regresi logistik ini adalah variabel yang pada analisis bivariat Universitas Sumatera Utara mempunyai nilai p 0,25 yaitu variabel keberadaan jentik, pengetahuan dan praktik PSN. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini: Tabel 4.11 Pengaruh Keberadaan Jentik, Pengetahuan dan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue No. Variabel Independen B P ExpB 95CI Lower Upper 1. Keberadaan Jentik -0,388 0,201 0,679 0,375 1,230 2. Pengetahuan 0,589 0,064 1,802 0,966 3,361 3, Praktik PSN 0,656 0,04 1,926 1,032 3,597 Constant -1.354 0,102 0,258 Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa ketiga variabel mempunyai nilai p value 0,25 sehingga ketiga variabel tersebut dapat dijadikan kandidat model. Dari ketiga variabel tersebut di atas kita lakukan seleksi selanjutnya dengan mengeluarkan variabel dengan nilai p value 0,05, dimulai dari p value terbesar yaitu variabel keberadaan jentik. Setelah kita lakukan kembali uji regresi logistik diperoleh data pada tabel 4.12 di bawah ini: Tabel 4.12 Pengaruh Pengetahuan dan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue No. Variabel Independen B P ExpB 95CI Lower Upper 1. Pengetahuan 0,611 0,053 1,843 0,991 3,427 2. Praktik PSN 0,723 0,021 2,061 1,115 3,810 Constant -2,092 0,001 0,123 Universitas Sumatera Utara Hasil akhir analisis regresi logistik dari tiga variabel diperoleh kesimpulan bahwa variabel yang paling dominan terhadap kejadian demam berdarah dengue adalah praktik PSN dengan nilai Exp B tertinggi yaitu 2,061. Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh bahwa nilai Exp B pengetahuan adalah 1,843 berarti responden dengan pengetahuan yang buruk lebih berisiko terkena DBD 2x lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan yang baik apabila dikontrol variabel praktik PSN. Nilai Exp B praktik PSN adalah 2,061 berarti responden dengan praktik PSN yang buruk lebih berisiko terkena DBD 2x lebih besar dibandingkan responden yang memiliki praktik PSN yang baik apabila dikontrol variabel pengetahuan. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik umur, responden terbanyak berada pada kelompok umur 33-35 tahun yaitu sebanyak 21 orang 21,4. Menurut Setyobudi 2011, perilaku seseorang disebabkan oleh proses pendewasaan maturation dimana semakin bertambah usia atau dewasa seseorang maka akan semakin cepat beradaptasi dengan lingkungannya sehingga dapat mempertimbangkan keuntungan dan kekurangan dari suatu inovasi. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden dari kelompok kasus memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 47 orang 48 sedangkan sebagian besar kelompok kontrol juga memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu 44 orang 44,9. Banyaknya jumlah responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA menunjukkan bahwa pengetahuan responden belum cukup luas sehingga belum mengetahui tentang pentingnya penyakit demam berdarah dengue. Hasil penelitian Hermansyah 2012 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung tidak mengalami kejadian DBD 86. Universitas Sumatera Utara Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah juga bagi orang tersebut untuk menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki Notoatmodjo, 2003. Secara umum diyakini bahwa bertambahnya tingkat pendidikan maka akan menjadikan semakin baik pengetahuan seseorang terutama mengenai pengetahuan tentang penyakit DBD. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa umumnya responden kelompok kasus tidak pernah mendapat penyuluhan tentang DBD yaitu 80 orang 81,6 begitu juga dengan responden kelompok kontrol yang tidak pernah mendapat penyuluhan tentang DBD yaitu sebanyak 89 orang 90,8. Hasil penelitian Kusumawardani 2012 menunjukkan bahwa penyuluhan tentang DBD akan membuat peningkatan pengetahuan dan kemampuan individu dalam melakukan pencegahan DBD. Asumsi dalam penelitian ini adalah tingginya jumlah responden yang tidak pernah mendapat penyuluhan tentang DBD menyebabkan masih banyak responden yang belum pernah mendapatkan informasi tentang DBD sehingga mereka cenderung tidak mengetahui tentang penyakit DBD. Penyuluhan ini berguna untuk memberikan informasi bagi masyarakat mengenai penyebab DBD, gejala DBD dan cara mencegah DBD.

5.1.2 Keberadaan Jentik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah responden kelompok kasus tidak ditemukan jentik yaitu sebanyak 60 rumah 61,2. Sedangkan sebagian besar rumah responden kelompok kontrol ditemukan jentik yaitu sebanyak 52 rumah 53,1. Berdasarkan hasil perhitungan House Index HI diperoleh bahwa Universitas Sumatera Utara HI kelompok kasus adalah 38,7 sedangkan HI kelompok kontrol adalah 53. Sedangkan angka Container Index CI kelompok kasus adalah 15,18 dan CI kelompok kontrol adalah 19. Sementara itu Angka Bebas Jentik ABJ kelompok kasus adalah 61,2 sedangkan Angka Bebas Jentik kelompok kontrol adalah 46,9. Menurut Sari 2012 yang mengutip dari WHO, kepadatan jentikyang tinggi dan berisiko tinggi untuk penularan DBD adalah jika HI dan CI ≥ 5 sedangkan ABJ menurut standar nasional adalah ≥ 95. House index dan Angka Bebas Jentik pada umumnya digunakan untuk mengukur penyebaran populasi nyamuk di masyarakat. Container index menghasilkan indikasi yang lebih detail dari jumlah populasi nyamuk yang terdapat dalam tempat penampungan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka House Index dan Container Index masih di atas 5 sedangkan Angka Bebas Jentik masih di bawah 95 yang berarti bahwa kepadatan populasi nyamuk tinggi dan memiliki risiko tinggi dalam penularan penyakit DBD. Pemeriksaan jentik dilakukan oleh jumantik yang merupakan kader yang ditunjuk oleh Puskesmas. Jumantik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik DBD di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Jumantik mendapat pelatihan dua kali dalam setahun dari Dinas Kesehatan melalui Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jentik Aedes aegypti lebih banyak ditemukan pada kontainer yang ada di luar rumah. Hal ini disebabkan karena sebagian rumah responden memiliki tempat penampung air seperti drum dan ember Universitas Sumatera Utara yang digunakan untuk menampung air untuk keperluan sehari-hari dan tidak memiliki penutup. Tempat-tempat penampungan air yang tidak tertutup sangat berperan dalam kepadatan jentik karena dapat dijadikan tempat meletakkan telur nyamuk Aedes, karena semakin banyak breeding place akan semakin besar kemungkinan vektor nyamuk Aedes untuk berkembang biak sehingga akan mengakibatkan tingginya kepadatan nyamuk.

5.1.3 Pengetahuan

Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa jumlah responden kelompok kasus yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 51 responden 52. Sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol memiliki pengetahuan buruk yaitu 67 responden 68,4. Masih banyaknya responden yang tidak mengetahui tentang penyakit DBD dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan responden yang umumnya tamat SMA 48 ternyata masih belum bisa memberikan pemahaman yang baik tentang DBD sedangkan beberapa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang DBD dikarenakan mereka sudah pernah mengalami penyakit DBD sebelumnya sehingga mereka cenderung telah mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang DBD yang lebih banyak. Mengatasi penyakit DBD tidak cukup hanya bergantung pada para tenaga kesehatan akan tetapi partisipasi masyarakat dalam hal pencegahan sangat penting. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang baik bagi masyarakat mengenai pencegahan DBD. Universitas Sumatera Utara Menurut Notoatmodjo 2002, pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behaviour. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui melihat atau mendengar kenyataan, selain itu juga dapat diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan, baik yang bersifat formal maupun informal. Pengetahuan yang baik tentang penyakit demam berdarah dengue sangat dibutuhkan agar responden mengetahui tentang penyebab DBD, gejala DBD dan cara mencegah DBD, sehingga dapat mengurangi risiko terkena DBD.

5.1.4 Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk

Hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden kelompok kasus memiliki praktik pemberantasan sarang nyamuk baik yaitu 55 responden 56,1, sedangkan sebagian besar jumlah responden kelompok kontrol memiliki praktik PSN buruk yaitu 65 responden 66,3. Masih banyaknya responden kelompok kontrol yang belum melakukan praktik PSN menggambarkan bahwa kegiatan pengendalian vektor DBD dengan PSN-DBD oleh masyarakat masih sangat kurang sehingga hal ini berpotensi terhadap penularan penyakit DBD. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan PSN masih mengalami hambatan karena tidak semua masyarakat mau melaksanakan PSN. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit DBD. Praktik PSN yang buruk merupakan hasil dari pengetahuan yang buruk dari responden. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan praktik PSN demi terlaksananya upaya pencegahan penyakit DBD karena partisipasi masyarakat yang aktif sangat diharapkan dalam program ini. Bila pengetahuan masyarakat baik diharapkan masyarakat dapat mengubah perilakunya dan melakukan tindakan pencegahan penyakit DBD. Menurut Gama 2010, praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN merupakan salah satu upaya pencegahan utama demam berdarah dengan menghapuskan dan mengurangi vektor nyamuk demam berdarah melalui metode lingkungan. Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Putri 2012 bahwa pencegahan DBD dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk di sepanjang siang hari dan menerapkan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dengan melakukan Mengubur, Mengurus dan Menutup 3M. 5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Keberadaan Jentik Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

Keberadaan jentik nyamuk merupakan indikator dari potensi keterjangkitan masyarakat akan DBD. Jentik nyamuk ini dapat berkembang pada wadah-wadah di sekitar pemukiman. Hasil statistik dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa p value = 0,045 0,05 yang berarti ada hubungan keberadaan jentik dengan Universitas Sumatera Utara kejadian demam berdarah dengue. Dalam penelitian ini didapatkan pula nilai Odd Ratio OR sebesar 0,56 95 CI 0,318-0,989 artinya responden yang di rumahnya ditemukan jentik 0,56 kali lebih berisiko menderita DBD dibandingkan dengan responden yang rumahnya bebas dari jentik. Hal ini sesuai dengan penelitian Sari 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepadatan jentik Aedes sp p = 0,0001 dengan kejadian DBD di Sekolah Dasar di Kota Semarang. Hal sejalan diungkapkan dalam penelitian Sukamto 2007 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan jentik nyamuk dengan kejadian DBD OR = 2,800; CI 95= 1,202-6,521. Tingginya kepadatan populasi keberadaan jentik akan mempengaruhi distribusi penyebaran penyakit DBD Sari, 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa House Index HI kelompok kasus adalah 38,7 sedangkan HI kelompok kontrol adalah 53. Sedangkan angka Container Index CI kelompok kasus adalah 15,18 dan CI kelompok kontrol adalah 19. Sementara itu Angka Bebas Jentik kelompok kasus adalah 61,2 sedangkan Angka Bebas Jentik kelompok kontrol adalah 46,9. Angka House Index dan Container Index masih di atas 5 dan Angka Bebas Jentik masih berada di bawah standar nasional 95 sehingga dapat diartikan bahwa kepadatan jentik tinggi dan dikhawatirkan dengan tingginya populasi nyamuk Aedes aegypti akan mempercepat penularan kasus DBD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jentik lebih banyak ditemukan pada rumah responden kelompok kontrol dibandingkan rumah responden kelompok kasus. Universitas Sumatera Utara Asumsi dalam penelitian ini adalah kelompok kasus kemungkinan mengalami kontak vektor tidak hanya di dalam rumah saja tetapi juga dimungkinkan pada saat melakukan aktivitas rutin di luar rumah seperti di sekolah, di tempat bekerja, atau di tempat lain seperti tempat umum dan tempat ibadah. Masih banyaknya jumlah rumah responden yang ditemukan jentik menunjukkan bahwa kemungkinan risiko penularan DBD masih tinggi. Keberadaan jentik disebabkan oleh karena masyarakat belum sepenuhnya melaksanakan praktik pemberantasan sarang nyamuk. Tingginya keberadaan jentik menunjukkan kepadatan populasi nyamuk juga tinggi sehingga berisiko menularkan penyakit DBD tidak hanya kepada pemilik rumah tetapi juga kepada masyarakat yang ada di sekitar rumah tersebut karena nyamuk betina Aedes aegypti dapat terbang sampai jarak 100 meter. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan jentik Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD Sitio, 2008. Universitas Sumatera Utara

5.2.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi square diperoleh nilai p = 0,004. Oleh karena nilai p 0,004 lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue DBD. Hasil statistik menunjukkan bahwa nilai Odd Ratio OR sebesar 2,34 95 CI 1,311-4,196, artinya responden dengan pengetahuan yang buruk 2,34 kali lebih berisiko menderita DBD dibandingkan responden dengan pengetahuan yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Supriyanto 2011, yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang pemberantasan sarang nyamuk PSN memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit DBD p = 0,007. Hasil penelitian Lestari 2012 juga menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian DBD di Desa Madegondo Kabupaten Sukoharjo p = 0,003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan kelompok kasus lebih baik daripada tingkat pengetahuan kelompok kontrol. Asumsi dalam penelitian ini adalah bahwa tingginya tingkat pengetahuan kelompok kasus disebabkan karena anggota keluarga mereka pernah menderita DBD sehingga membuat keluarga mendapatkan informasi mengenai DBD dan secara tidak langsung meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai DBD serta dapat mencegah dan mengatasi gejala awal penyakit DBD apabila ada anggota keluarga yang kembali terkena DBD Menurut Yudhastuti 2005, pengetahuan responden mengenai Demam Berdarah Dengue, vektor penyebabnya serta faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya penularan Universitas Sumatera Utara penyakit DBD serta menekan perkembangan dan pertumbuhan jentik nyamuk Aedes aegypti. Pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya. Pengetahuan tentang penyakit misalnya dapat bermanfaat bagi seseorang untuk untuk menjaga agar dirinya tidak tertular oleh penyakit tersebut. Oleh sebab itu jika responden memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit DBD maka akan membuat responden memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap kejadian DBD sehingga kemungkinan terjadinya kasus DBD akan semakin berkurang. Menurut Notoatmodjo 2005, pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Dengan demikian pengetahuan lebih mudah diperoleh jika semua indera yang dimiliki seseorang bekerja sama, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

5.2.3 Hubungan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan hasil uji statistik Chi square diperoleh nilai p = 0,002. Oleh karena nilai p 0,002 lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan praktik pemberantasan sarang nyamuk PSN dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue DBD. Hasil statistik juga menunjukkan bahwa nilai Odd Universitas Sumatera Utara Ratio OR sebesar 2,51 95 CI 1,413-4,493, artinya responden dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk PSN yang buruk 2,34 kali lebih berisiko menderita DBD dibandingkan responden dengan praktik PSN yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Sari 2012 yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara praktik PSN dengan kejadian DBD pada sekolah tingkat dasar di Kota Semarang p value = 0,005. Hasil penelitian Supriyanto 2011 menunjukkan bahwa praktik tentang pencegahan penyakit demam berdarah dengue DBD dan pemberantasan sarang nyamuk PSN memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit DBD p = 0,000. Menurut Respati 2007, pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama yang dilakukan untuk memberantas penyakit DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Hal sejalan diungkapkan Zairina 2008 bahwa cara yang dianggap paling tepat mengatasi kejadian demam berdarah yaitu pemberantasan sarang nyamuk PSN yang dilakukan masyarakat sehingga populasi nyamuk Aedes Aegypti akan dapat ditekan serendah- rendahnya sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden kelompok kasus memiliki praktik PSN baik dibandingkan responden kelompok kontrol. Asumsi dalam penelitian ini adalah responden kelompok kasus telah mulai melakukan praktik PSN dikarenakan anggota keluarga mereka pernah terjangkit DBD dan mereka telah menyadari bahaya penyakit DBD. Sedangkan sebagian besar responden kelompok Universitas Sumatera Utara kontrol belum melaksanakan praktik PSN dikarenakan mereka belum menyadari pentingnya melakukan PSN untuk mencegah penyakit DBD. Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya. Cara memberantas nyamuk Aedes aegypti yang tepat guna ialah dengan melakukan PSN yaitu kegiatan untuk memberantas jentik nyamuk di tempat berkembangbiaknya. Dengan demikian keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit DBD. Pemahaman penyakit DBD dan penanggulangannya masih kurang, yang tampak pada masih dibebankannya masalah DBD dan tanggung jawabnya pada sektor kesehatan, padahal DBD sebenarnya harus menjadi tanggung jawab semua pihak karena erat kaitannya dengan kebersihan dan perilaku manusia. Penanggulangan penyakit DBD lebih banyak terkait dengan peran serta masyarakat Chadijah, 2011.

5.3 Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dari tiga variabel diperoleh kesimpulan bahwa variabel yang paling dominan terhadap kejadian demam berdarah dengue adalah praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dengan nilai Exp B tertinggi yaitu 2,061. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko atau kemungkinan untuk terkena DBD pada praktik PSN yang buruk adalah 2x lebih besar dibandingkan dengan praktik PSN yang baik, sedangkan risiko atau kemungkinan untuk terkena Universitas Sumatera Utara DBD pada pengetahuan yang buruk adalah 2x lebih besar dibandingkan dengan pengetahuan yang baik. Hasil penelitian Zulkarnain dkk 2008 menyatakan bahwa aspek sanitasi lingkungan yang paling dominan berhubungan dengan keberadaan jentik vektor dengue adalah praktik rumah tangga dalam PSN-DBD dengan p value 0,000 atau dengan kata lain faktor yang paling mempengaruhi atau dominan terhadap keberadaan jentik vektor dengue yaitu pemberantasan sarang nyamuk DBD. Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN merupakan upaya yang paling efektif untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kasus DBD karena belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Kegiatan PSN merupakan prioritas utama program nasional pemberantasan penyakit DBD yang dilaksanakan langsung oleh masyarakat sesuai dengan kondisi dan budaya setempat. Namun upaya penanggulangan ini belum optimal disebabkan peran serta masyarakat yang masih rendah. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan yang masih rendah, kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang rendah tentang pentingnya melakukan praktik PSN. Praktik PSN sangat berperan terhadap penurunan kejadian DBD karena melalui kegiatan ini masyarakat secara langsung dapat memberantas jentik nyamuk Aedes aegypti di tempat-tempat perkembangbiakannya. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dalam PSN DBD perlu ditingkatkan antara lain melalui penyuluhan dan pemeriksaan jentik secara berkala dan berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam PSN DBD. Apabila program ini dapat terlaksana dengan baik Universitas Sumatera Utara maka angka populasi nyamuk dapat dikendalikan sehingga dapat mencegah dan menurunkan angka kejadian DBD. Menurut Kemenkes RI 2008, berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya peningkatan kasus DBD, salah satu diantaranya dan yang paling utama adalah dengan memberdayakan masyarakat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN melalui gerakan 3M Menguras-Menutup- Mengubur. Kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan pada tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus yaitu dengan cara menggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk. Sampai saat ini upaya tersebut belum menampakkan hasil yang diinginkan karena setiap tahun masih terjadi peningkatan angka kematian. Menurut Setyobudi 2011, pelaksanaan praktik PSN memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap keberadaan jentik nyamuk. Hal ini dapat dijelaskan karena kegiatan partisipasi aktif dalam PSN dapat menurunkan keberadaan jentik nyamuk. Kegiatan PSN yang meliputi kegiatan menutup, mengubur dan menguras tempat penampungan air serta menaburkan bubuk abate untuk dapat menurunkan keberadaan jentik. Kegiatan partisipasi PSN juga harus didukung oleh seluruh anggota keluarga, demikian juga dalam pelaksanaannya dilakukan di luar maupun di dalam rumah secara seimbang agar keberadaan jentik nyamuk dapat dihindari. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Sebagian besar rumah responden kelompok kasus tidak memiliki jentik 61,2, sedangkan sebagian besar rumah responden kelompok kontrol memiliki jentik 53,1. 2. Sebagian besar responden kelompok kasus memiliki tingkat pengetahuan baik 52, sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol memiliki pengetahuan buruk 68,4 3. Sebagian besar responden kelompok kasus memiliki praktik pemberantasan sarang nyamuk yang baik 56,1, sedangkan sebagian besar responden kelompok kontrol memiliki praktik PSN buruk 66,3. 4. Ada hubungan keberadaan jentik dengan kejadian DBD p = 0,045, ada hubungan pengetahuan dengan kejadian DBD p = 0,004, ada hubungan praktik PSN dengan kejadian DBD p = 0,002. 5. Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap kejadian demam berdarah dengue adalah praktik pemberantasan sarang nyamuk Exp B = 2,061. Risiko atau kemungkinan untuk terkena DBD pada praktik PSN yang buruk adalah 2x lebih besar dibandingkan dengan praktik PSN yang baik, sedangkan risiko atau kemungkinan untuk terkena DBD pada pengetahuan yang buruk adalah 2x lebih besar dibandingkan dengan pengetahuan yang baik. Universitas Sumatera Utara

6.2 Saran

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Kinerja Petugas Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kota Pematang Siantar Tahun 2013

2 58 153

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Binjai Tahun 2013

3 67 113

Prevalensi Demam Berdarah Dengue Di Kota Medan Berdasarkan Data Di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2011

2 59 116

Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue

0 30 1

Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

3 26 120

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PADA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

0 0 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU MAHASISWA TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) TERHADAP KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI

0 0 5

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Keberadaan Jentik, Pengetahuan dan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar Tahun 2014

0 0 9

Pengaruh Keberadaan Jentik, Pengetahuan dan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar Tahun 2014

0 0 18