tradisional di Indonesia, Myanmar dan Thailand, kepadatan nyamuk mungkin lebih tinggi di daerah pinggiran kota daripada di daerah perkotaan WHO, 2004.
Aedes aegypti tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat umum di Indonesia. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian
daerah ±1.000 m dari permukaan air laut. Di atas ketinggian 1.000 m tidak dapat berkembang biak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah,
sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut Depkes RI, 2008. Ketinggian merupakam faktor yang penting untuk membatasi penyebaran
nyamuk Aedes aegypti. Di India, Aedes aegypti dapat ditemukan pada ketinggian yang berkisar dari nol meter sampai 1000 meter di atas permukaan laut. Ketinggian
yang rendah kurang dari 500 meter memiliki tingkat kepadatan populasi nyamuk sedang sampai berat. Sementara daerah pegunungan dia atas 500 meter memiliki
populasi nyamuk yang rendah. Di negara-negara Asia Tenggara, ketinggian 1000 sampai 1500 meter di atas permukaan laut tampaknya merupakan batas bagi
penyebaran Aedes segypti. Di bagian lain dunia, nyamuk spesies ini dapat ditemukan di wilayah yang jauh lebih tinggi, misalnya di Kolombia sampai mencapai 2200
meter WHO, 2004.
2.3.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Menurut Achmadi 2011, pada dasarnya siklus hidup nyamuk berawal dari peletakan telur oleh nyamuk betina. Dari telur muncul fase kehidupan air yang masih
belum matang disebut larva yang berkembang melalui empat tahap kemudian bertambah ukuran hingga mencapai kepompong nyamuk dewasa membentuk diri
Universitas Sumatera Utara
sebagai betina atau jantan dan tahap nyamuk dewasa muncul dari pecahan di belakang kulit kepompong. Nyamuk dewasa makan, kawin dan nyamuk betina
memproduksi telur untuk melengkapi siklus dan memulai generasi baru. Beberapa spesies nyamuk hanya satu generasi per tahun yang lainnya bisa mempunyai beberapa
generasi selama musim dengan kondisi iklim yang menguntungkan. Mereka sangat bergantung pada iklim dari kondisi lingkungan lokal terutama suhu dan curah hujan.
Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu: telur - jentik - kepompong - nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam
air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium
kepompong berlangsung antara 2–4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. Depkes
RI, 2008.
2.3.3 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti
a. Telur Telur Aedes berwarna hitam, oval dan diletakkan di dinding wadah air,
biasanya di bagian atas permukaan air. Apabila wadah air ini mengering, telur bisa tahan lama selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Ketika
wadah air berisi air kembali dan menutupi seluruh bagian telur, telur itu akan menetas menjadi jentik. wadah air seperti bak mandi jangan hanya
dikeringkan airnya saja tetapi di dindingnya pun harus digosok sampai bersih Anies, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Telur diletakkan satu per satu pada permukaan yang basah tepat di atas permukaan air. Sebagian besar nyamuk Aedes aegypti betina meletakkan
telurnya di beberapa sarang selama satu kali siklus gonotropik. Perkembangan embrio biasanya selesai dalam 48 jam di lingkungan yang hangat dan lembab.
Begitu proses embrionasi selesai, telur akan menjalani masa pengeringan yang lama lebih dari satu tahun. Telur akan menetas pada saat penampung air
penuh, tidak semua telur akan menetas pada waktu yang sama. Kapasitas telur untuk menjalani masa pengeringan akan membantu mempertahankan
kelangsungan spesies ini selama kondisi iklim buruk WHO, 2004. b. Jentik Larva
Menurut Depkes RI 2008, ada 4 tingkat instar jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu:
1 Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm 2 Instar II : 2,5-3,8 mm
3 Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II 4 Instar IV : berukuran paling besar 5 mm
Larva nyamuk Ae. aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini tubuhnya
langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif, dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan
air.
Universitas Sumatera Utara
Lamanya perkembangan larva akan bergantung pada suhu, ketersediaan makanan, kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi optimum
waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa akan berlangsung sedikitnya selama tujuh hari termasuk dua hari
untuk masa menjadi kepompong. Akan tetapi pada suhu rendah mungkin akan membutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk dewasa.
c. Kepompong Kepompong berbentuk seperti koma. Bentuknya lebih besar namun
lebih ramping dibanding jentiknya. Kepompong berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata kepompong nyamuk lain Depkes RI, 2008.
Kepompong merupakan tahapan yang tidak memerlukan makan namun tidak seperti sebagian besar insekta, kepompong nyamuk berenang
sangat aktif dapat berenang dengan mudah saat terganggu. Tahap kepompong pada nyamuk Aedes aegypti umumnya berlangsung selama 2-3 hari. Saat
nyamuk akan melengkapi perkembangannya dalam cangkang kepompong, kepompong akan naik ke permukaan dan berbaring sejajar dengan permukaan
air untuk persiapan munculnya nyamuk dewasa Achmadi, 2011. d. Nyamuk Dewasa
Nyamuk akan mencari pasangan untuk kawin setelah muncul dari kepompong. Setelah kawin, nyamuk siap mencari darah untuk perkembangan
telur demi keturunannya. Nyamuk jantan setelah kawin akan istirahat, dia
Universitas Sumatera Utara
tidak mengisap darah, tetapi cairan tumbuhan, sedangkan nyamuk betina menggigit dan mengisap darah manusia Anies, 2006.
Menurut Achmadi 2011, nyamuk dewasa yang baru muncul akan beristirahat untuk periode singkat di atas permukaan air agar sayap-sayap dan
badan mereka kering dan menguat sebelum akhirnya dapat terbang. Nyamuk jantan dan betina muncul dengan perbandingan jumlahnya 1:1. Nyamuk
jantan muncul satu hari sebelum nyamuk betina, menetap dekat tempat perkembangbiakan, makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan
nyamuk betina yang muncul kemudian. Setelah kemunculan pertama nyamuk betina makan sari buah tumbuhan untuk mengisi tenaga, kemudian kawin dan
menghisap darah manusia. Umur nyamuk betinanya dapat mencapai 2-3 bulan. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dapat dilihat pada gambar 2.1 di
bawah ini:
Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Sumber: Depkes RI
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti