Hubungan Keberadaan Jentik Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

Pelaksanaan PSN masih mengalami hambatan karena tidak semua masyarakat mau melaksanakan PSN. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit DBD. Praktik PSN yang buruk merupakan hasil dari pengetahuan yang buruk dari responden. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan praktik PSN demi terlaksananya upaya pencegahan penyakit DBD karena partisipasi masyarakat yang aktif sangat diharapkan dalam program ini. Bila pengetahuan masyarakat baik diharapkan masyarakat dapat mengubah perilakunya dan melakukan tindakan pencegahan penyakit DBD. Menurut Gama 2010, praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN merupakan salah satu upaya pencegahan utama demam berdarah dengan menghapuskan dan mengurangi vektor nyamuk demam berdarah melalui metode lingkungan. Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Putri 2012 bahwa pencegahan DBD dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk di sepanjang siang hari dan menerapkan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dengan melakukan Mengubur, Mengurus dan Menutup 3M. 5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Keberadaan Jentik Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

Keberadaan jentik nyamuk merupakan indikator dari potensi keterjangkitan masyarakat akan DBD. Jentik nyamuk ini dapat berkembang pada wadah-wadah di sekitar pemukiman. Hasil statistik dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa p value = 0,045 0,05 yang berarti ada hubungan keberadaan jentik dengan Universitas Sumatera Utara kejadian demam berdarah dengue. Dalam penelitian ini didapatkan pula nilai Odd Ratio OR sebesar 0,56 95 CI 0,318-0,989 artinya responden yang di rumahnya ditemukan jentik 0,56 kali lebih berisiko menderita DBD dibandingkan dengan responden yang rumahnya bebas dari jentik. Hal ini sesuai dengan penelitian Sari 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepadatan jentik Aedes sp p = 0,0001 dengan kejadian DBD di Sekolah Dasar di Kota Semarang. Hal sejalan diungkapkan dalam penelitian Sukamto 2007 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan jentik nyamuk dengan kejadian DBD OR = 2,800; CI 95= 1,202-6,521. Tingginya kepadatan populasi keberadaan jentik akan mempengaruhi distribusi penyebaran penyakit DBD Sari, 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa House Index HI kelompok kasus adalah 38,7 sedangkan HI kelompok kontrol adalah 53. Sedangkan angka Container Index CI kelompok kasus adalah 15,18 dan CI kelompok kontrol adalah 19. Sementara itu Angka Bebas Jentik kelompok kasus adalah 61,2 sedangkan Angka Bebas Jentik kelompok kontrol adalah 46,9. Angka House Index dan Container Index masih di atas 5 dan Angka Bebas Jentik masih berada di bawah standar nasional 95 sehingga dapat diartikan bahwa kepadatan jentik tinggi dan dikhawatirkan dengan tingginya populasi nyamuk Aedes aegypti akan mempercepat penularan kasus DBD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jentik lebih banyak ditemukan pada rumah responden kelompok kontrol dibandingkan rumah responden kelompok kasus. Universitas Sumatera Utara Asumsi dalam penelitian ini adalah kelompok kasus kemungkinan mengalami kontak vektor tidak hanya di dalam rumah saja tetapi juga dimungkinkan pada saat melakukan aktivitas rutin di luar rumah seperti di sekolah, di tempat bekerja, atau di tempat lain seperti tempat umum dan tempat ibadah. Masih banyaknya jumlah rumah responden yang ditemukan jentik menunjukkan bahwa kemungkinan risiko penularan DBD masih tinggi. Keberadaan jentik disebabkan oleh karena masyarakat belum sepenuhnya melaksanakan praktik pemberantasan sarang nyamuk. Tingginya keberadaan jentik menunjukkan kepadatan populasi nyamuk juga tinggi sehingga berisiko menularkan penyakit DBD tidak hanya kepada pemilik rumah tetapi juga kepada masyarakat yang ada di sekitar rumah tersebut karena nyamuk betina Aedes aegypti dapat terbang sampai jarak 100 meter. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan jentik Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD Sitio, 2008. Universitas Sumatera Utara

5.2.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Kinerja Petugas Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kota Pematang Siantar Tahun 2013

2 58 153

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Binjai Tahun 2013

3 67 113

Prevalensi Demam Berdarah Dengue Di Kota Medan Berdasarkan Data Di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2011

2 59 116

Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue

0 30 1

Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

3 26 120

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PADA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

0 0 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU MAHASISWA TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) TERHADAP KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI

0 0 5

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Keberadaan Jentik, Pengetahuan dan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar Tahun 2014

0 0 9

Pengaruh Keberadaan Jentik, Pengetahuan dan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar Tahun 2014

0 0 18