130 berwarna merah karena disemir. Tetangga juga masih menilai SN
dengan pandangan yang kurang baik, tetapi masyarakat bersikap biasa saja, tidak terlalu menghiraukan SN. SN sendiri merasa cukup
senang karena dirinya mampu menyadari kesalahannya dan ingin berubah. SN juga menyadari dan menerima pernikahannya sebagai
bentuk tanggungjawab atas perbuatannya, dan SN merasa apa yang dia lakukan sudah baik karena SN tidak mengungurkan
kandungannya, SN juga merasa menikah lebih baik supaya ke depan dirinya tidak berbuat zina terus. SN merasa senang karena teman-
teman di desanya memberi dukungan yang positif untuk perubahan SN ke arah yang lebih baik, begitu juga dengan sikap masyarakat
pada SN yang dirasa SN baik-baik saja, tidak menimbulkan suatu masalah. SN justru sedih dan kecewa dengan sikap suaminya DW
dan juga keluarganya yang kurang perhatian padanya.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara selama penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap subyek maupun key informan, berikut
pembahasan hasil reduksi data yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian mengenai penyesuaian sosial pada remaja yang
menikah akibat hamil di luar nikah, yaitu :
1. Latar Belakang Terjadinya Kehamilan di luar Nikah pada Subjek.
Latar belakang terjadinya kehamilan di luar nikah pada ketiga subjek memiliki kesamaan, yaitu ketiga subjek yang sudah memasuki usia
131 pubertas, saat pacaran telah melakukan hubungan seksual, di mana akibat
hubungan tersebut terjadi pembuahan sel sperma di dalam sel ovarium yang menyebabkan subjek hamil. Faktor penyebab subjek melakukan
hubungan seksual dari ketiga subjek ini memiliki 3 kesamaan, yaitu saat pacaran adanya rangsangan pornografi dari pasangan berupa tindakan
yang dapat meningkatkan naspu seksual seseorang, kedua adalah ketidakmampuan individu itu sendiri dalam mengendalikan hawa
napsunya dan kurang kuatnya iman karena pemahaman agamanya rendah, ketiga adalah adanya kesempatan untuk melakukan hubungan seksual
seperti pacaran di tempat sepi yang jauh dari pengawasan orang tua. Pada subjek RB selain ketiga faktor tersebut, disebabkan pula oleh
adanya masalah pribadi yang membuat RB dan pacarnya sengaja ingin melakukan hubungan seksual agar RB hamil. Sedangkan pada subjek SN
dan DP ada pengaruh dari teman-teman yang sering melakukan hubungan seksual, serta terpengaruh sering menonton video dan gambar porno.
Sejalan dengan pendapat dari Nina Surtiretna 1996: 214 bahwa, salah satu faktor pemicu hamil di luar nikah antara lain, faktor internal individu,
yaitu adanya ketidakmampuan mengendalikan hawa napsu dan kurangnya iman dalam diri individu tersebut, sehingga tidak ada rasa takut akan
perbuatan dosa dari hubungan seksual sebelum menikah. Selain itu ada faktor di luar individu, yaitu terciptanya sebuah keadaan yang
memungkinkan bahkan mendorong perzinahan, seperti laki-laki dan perempuan berada di dalam suatu rumah tanpa adanya orang lain. Suasana
132 hotel, diskotik, bar, pornografi dalam bentuk majalah dan film-tv, video,
dan lain sebagainya yang dapat berperan dalam meningkatkan daya rangsang seksual dua orang yang berlainan jenis, yang bila mencapai
tingkat tertentu mendesak untuk menikmati “buah terlarang” hubungan seksual. Saat berduaan berada di tempat yang suasananya sepi dan jauh
dari pengawasaan, terjadi tindakan saling merangsang seperti menyaksikan gambar atau video porno, rangsangan secara verbal seperti rayuan, dan
rangsangan secara fisik seperti ciuman, pelukan, saling meraba daerah sensitif dan alat kelamin genital stimulator, petting, sampai akhirnya
hubungan seksual yaitu berhubungan badan. Menurut Sarlito W. S 1981: 101 terjadinya peristiwa hamil di luar
nikah disebabkan sejumlah faktor, seperti banyaknya rangsangan pornografi, baik berupa film, bahan bacaan, maupun yang berupa obrolan
sesama teman sebaya, yang merupakan imbas dari arus globalisasi. RB mendapat rangsangan pornografi dari pacarnya yang usianya lebih dewasa
dari dirinya, dan memiliki pengalaman pacaran yang cukup banyak, sedangkan RB sendiri baru sekali pacaran. Kepolosan RB ini dirasa mudah
dimanfaatkan oleh kekasihnya yang memberi rangsangan pada RB berupa rayuan dan janji-janji manis, selain itu tindakan TS yang agresif saat
pacaran, seperti mengajak ciuman, pelukan, hingga berhubungan badan menjadi sulit ditolak oleh RB yang juga menikmati hubungan tersebut, dan
sangat mencintai TS. Sedangkan DP, memiliki pergaulan yang kurang dikontrol oleh orang tuanya. Sudah 4 kali pacaran sejak masih SMP, DP
133 mulai berani untuk berhubungan seksual karena merasa dirinya sudah
cukup dewasa. DP mendapat pengaruh rangsangan pornografi dari pacarnya dan pengaruh teman-temannya. DP dan kekasihnya sering
mendengar cerita dari teman-teman mereka yang sudah sering melakukan hubungan seksual saat pacaran, karena penasaran DP dan kekasihnya ikut-
ikutan mulai dari saling berciuman, pelukan, petting, kemudian nonton film porno, dan membaca cerita-cerita porno, hingga hubungan badan.
Lama-kelamaan karena sudah merasakan kenikmatan berhubungan seksual, DP dan kekasihnya tidak ragu untuk melakukan hal itu saat
berkencan selama 2 tahun berpacaran. Kemudian SN yang usianya masih sangat muda yaitu 17 tahun, namun pergaulan di sekitarnya memberi
pengaruh yang tidak baik. Mulai dari lingkungan keluarga di rumah, kakak perempuan SN sering pacaran di rumah yang membuat SN penasaran,
sedangkan kakak laki-laki SN sering memberi contoh tidak baik, yaitu merokok dan minum minuman keras dengan teman-temannya di rumah.
Saat SMA, SN bergaul dengan anak-anak yang pergaulannya tidak baik, yaitu anak-anak yang suka ngongkrong, merokok, miras, nonton film
porno, dan pacaran yang mengarah ke seks bebas. Selama 2 kali pacaran, SN telah melakukan hubungan seksual sebanyak 3 kali. SN mengalami
kehamilan setelah berhubungan badan dengan pacar keduanya yang kini menjadi suami SN yaitu DW.
Faktor kedua yang masih merupakan pendapat dari Nina Surtiretna 1996: 214, yaitu ketidakmampuan mengendalikan hawa napsu dan
134 kurang kuatnya iman. Latar belakang agama ketiga subjek memang
kurang, karena masing-masing dari subjek kurang mendapat perhatian dari orang tua dan kurang pengawasan dari orang tua. Sejak subjek masih
kecil, orang tuanya sibuk bekerja, pendidikan orang tua rendah, banyak memiliki anak, sehingga kurang dalam hal mengontrol pergaulan dan
memberi pendidikan agama untuk anak-anaknya. Karena rata-rata usia ketiga subjek masih remaja yang tingkat emosinya masih labil, ketiga
subjek mudah terpengaruh dengan hal-hal yang membuat mereka senang. Di usia belia napsu seksual ketiga subjek cenderung sedang dalam masa
meluap-luap sehingga sangat mudah untuk dirangsang. Dengan kondisi emosi yang masih labil, hasrat seksual yang meluap, dan kurang kuatnya
iman membuat RB, DP, dan SN mudah terjebak dalam suasana yang mendesak untuk melakukan hubungan seksual sebagai pelampiasan hasrat
seksual mereka. Faktor ketiga yang melatarbelakangi hamil di luar nikah pada ketiga
subjek adalah tersedianya kesempatan untuk melakukan hubungan seksual, hal ini disampaikan oleh Sarlito W. S 1981: 101, misal pada waktu orang
tua tidak di rumah. RB, DP, dan SN saat pacaran sering pacaran di tempat- tempat sepi yang jauh dari pengawasan orang lain, seperti di rumah saat
orang tua tidak ada di rumah, atau tempat wisata yang sepi pengunjung dan biasa dijadikan tempat untuk muda-mudi berpacaran. Hal ini
membuktikan bahwa, lemahnya pengawasan orang tua dan masyarakat
135 terhadap pergaulan anak-anaknya sehingga anak dapat melakukan hal-hal
tidak senonoh bahkan di tempat yang termasuk tempat umum.
2. Dampak Kehamilan di luar Nikah bagi Subjek.