Subjek SN inisial Deskripsi Subjek Penelitian

71

c. Subjek SN inisial

SN adalah seorang pelajar kelas 2 SMA, usianya 17 tahun. Tinggal di salah satu Desa di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Tinggi badan sekitar 156 cm, berat badan 57 kg, rambutnya panjang agak merah karena disemir, kulitnya sawo matang. Dari cara berpakaian SN terlihat lebih rapi tapi agak terbuka. SN merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara, satu orang kakak laki-laki dan satu orang kakak perempuan, serta dua orang adik laki-laki. Ayah SN bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Kakak pertama SN sudah bekerja tapi belum menikah, kakak kedua SN belum menikah dan belum bekerja, sedangkan SN dan dua orang adiknya sama-sama masih sekolah. Dapat dikatakan ekonomi keluarga SN termasuk menengah ke bawah. Saat ini SN sudah menikah selama kurang lebih 3 bulan. Pada saat menikah usia kandungan SN sudah 3 bulan. Menurut keterangan SN, dia mengalami kehamilan setelah berpacaran dengan DW suami SN sekarang. SN sendiri sudah mulai berpacaran sejak SMP tapi masih dalam kategori wajar, baru setelah masuk SMA, SN berpacaran sampai melakukan hubungan seksual di luar nikah. SN melakukan hubungan seksual saat pacaran karena terpengaruh sering menonton film porno di handphone dengan teman-teman di sekolah. Selain itu, SN juga masuk ke dalam pergaulan yang tidak baik di sekolah. SN sering berurusan dengan guru BK karena ketahuan bolos sekolah, nongkrong, merokok, bahkan miras. SN sendiri ikut ke dalam pergaulan 72 yang seperti itu karena melihat kakak-kakaknya di rumah yang sering merokok dan miras, sehingga SN merasa tidak tabu dengan hal-hal semacam itu dan berani ikut-ikutan melakukannya. Saat pertama kali melakukan hubungan seksual, SN belum berpacaran dengan DW, dengan kata lain saat berpacaran dengan DW, SN sudah pernah melakukan hubungan seksual terlebih dahulu, namun saat itu SN tidak mengalami kehamilan. Setelah putus dengan pacar pertamanya, SN kemudian mengenal DW yang dikenalnya lewat jejaring sosial Fecebook. DW sendiri seorang pria berusia 28 tahun dan statusnya adalah seorang duda. Saat berpacaran dengan DW inilah kemudian SN mengalami kehamilan. SN dan DW baru berpacaran selama 3 bulan, mereka sering pergi ke tempat-tempat yang suasananya sepi. Biasanya sepulang sekolah DW menjemput SN di sekolahnya. Menurut keterangan SN, mereka berdua melakukan hubungan seksual hanya 2 kali dalam jarak waktu yang berdekatan. Pertama kali mereka melakukan hubungan tersebut SN sedang dalam keadaan tidak sadar mabuk alkohol. Kemudian 2 hari setelah kejadian tersebut, SN dan DW melakukan hubungan itu lagi, kali ini SN dan DW secara sadar melakukannya bahkan DW meminta kepada SN sebagai bukti cintanya kepada DW, SN harus mau melakukun hubungan seksual itu tanpa pengaman alat kontrasepsi dan DW menjanjikan akan bertanggungjawab bila nanti DW sampai hamil. 73 Satu bulan setelah kejadian tersebut, SN sering pusing, pucat, dan lemas, bahkan beberapa kali muntah dan seperti orang yang masuk angin. Di sekolah SN sering minta ijin pulang karena tidak enak badan. Ibu SN dan kakak perempuan SN merasa curiga karena ciri-ciri sakitnya SN mirip dengan orang yang sedang hamil, dan kakak SN tahu bahwa bulan lalu SN tidak haid menstruasi. Dari kecurigaan itulah, kemudian ibu SN meminta SN untuk test kehamilan menggunakan test pack. Awalnya SN menolak karena takut, tetapi dipaksa oleh ibu dan kakak perempuannya. Dari hasil test pack itu kemudian diketahui bahwa SN positif hamil. Setelah SN positif hamil, ayah dan kakak laki-laki SN menanyakan pada SN tentang laki-laki yang menghamilinya itu. SN pun menjelaskan kronologi kehamilannya dan laki-laki yang menghamilinya. Hari itu juga ayah dan kakak SN mencari pacar SN di rumahnya dan meminta pertanggungjawaban. Awalnya DW pacar SN menolak bertanggungjawab tapi setelah dipaksa oleh orang tuanya, akhirnya DW mau tapi meminta waktu seminggu untuk mempersiapkan modal untuk menikah. Akhirnya kurang lebih 1 bulan setelah itu SN menikah. SN sempat merasa takut dan merasa bersalah melihat reaksi kedua orang tua dan kakaknya yang kecewa dan sangat marah padanya. SN juga merasa berdosa, SN sadar dia telah berbuat zina. SN menyesal telah melakukan hubungan seksual dan hamil sebelum menikah karena dia jadi tidak bisa melanjutkan sekolah sampai lulus. Namun SN sadar bahwa dia harus berani bertanggungjawab atas perbuatannya yaitu dengan menikah. 74 SN sadar dengan menikah lebih baik daripada tidak menikah dan lari dari tanggungjawab. Menikah juga bisa mencegah dirinya berbuat zina lagi karena hubungannya sudah sah. Setelah resmi menikah, interaksi sosial SN dengan keluarga mengalami sedikit masalah, yaitu orang tua SN kecewa karena DW suami SN ternyata tidak mau bekerja, hanya berpangku tangan dan menambah beban ekonomi orang tua SN. Orang tua SN lantas bersikap cuek dan kurang perhatian pada SN. Hubungan SN dan orang tuanya pun menjadi kurang harmonis. SN yang merasa kecewa dengan sikap orang tuanya memilih untuk bersikap cuek dan tidak ambil pusing akan hal itu. Interaksi sosial SN dengan tetangga dapat dikatakan biasa saja seperti sebelum SN mengalami hamil di luar nikah. Sikap tetangga pada SN tidak lantas membenci SN, namun tidak pula memberi simpati, hanya sekedar penerimaan terhadap pernikahan SN. Sikap tetangga yang biasa ini dikarenakan ada saudara SN yang dulu juga mengalami kejadian hamil di luar nikah seperti DN, sehingga tetangga menganggap biasa dan wajar kejadian itu dialami oleh SN yang latarbelakang keluarganya dinilai masyarakat kurang baik. SN pun bersikap biasa dan sewajarnya dalam bergaul dengan tetangga. Meskipun sebenarnya ada perasaan malu tetapi SN tidak canggung dan menutup diri dari pergaulan. SN merasa bahwa selama ini dia telah salah dalam pergaulan dengan teman-teman sekolah. SN pun menyadari perbuatannya salah dan ingin memperbaiki diri. 75

3. Reduksi data data reduction