LAMPIRAN 1
57 f.
Guru mengajak anak untuk menyebutkan benda sesuai atributnya. g. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada anak.
h. Anak diberi kesempatan untuk beraktivitas mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran menggunakan benda konkret
yang sudah disiapkan. i.
Guru mengajak anak mendiskusikan hasil klasifikasi. j.
Guru mengajak anak untuk menarik kesimpulan dari aktivitas klasifikasi yang sudah dilakukan.
k. Untuk mengetahui kemampuan klasifikasi menggunakan benda konkret, maka peneliti melakukan observasi dan dokumentasi.
6. Landasan Media benda konkret
Menurut Bruner Sugihartono, dkk. 2007:112 proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur
seseorang. Bruner menjelaskan perkembangan dalam tiga tahap, yaitu: a. Enaktif 0–3 tahun, yaitu pemahaman anak dicapai melalui eksplorasi dirinya
sendiri dan memanipulasi fisik-motorik melalui pengalaman sensori. Dijelaskan juga oleh Pitadjeng 2006: 29 bahwa pada tahap ini dalam belajar,
anak didik menggunakan atau memanipulasi objek-objek konkret secara langsung.
b. Ikonik 3 – 8 tahun, yaitu anak menyadari sesuatu ada secara mandiri melalui imej atau gambar yang konkret bukan yang abstrak. Dijelaskan juga oleh
Pitadjeng 2006: 29 bahwa pada tahap ini kegiatan anak didik mulai
LAMPIRAN 1
58 menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek konkret.
Anak didik tidak memanipulasi langsung objek-objek konkret seperti pada tahap enaktif, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan memakai
gambaran dari objek-objek yang dimaksud. c. Simbolik 8 tahun, yaitu anak sudah memahami simbol–simbol dan konsep
seperti bahasa dan angka sebagai representasi simbol. Kajian psikologi Daryanto, 2013:13 mengemukakan bahwa anak akan
lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Dalam mempelajari banyak hal, khususnya klasifikasi perlunya benda konkret yang
mendukung kegiatan klasifikasi tersebut. Media benda konkret akan
mempermudah anak dalam melakukan proses klasifikasi benda berdasarkan atributnya.
Edgar Dale Daryanto, 2013:14-15 membuat jenjang konkrit–abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian
menuju siswa sebagai pengamat terhadap kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir
siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol. Jenjang konkrit- abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman cone of
experiment.
LAMPIRAN 1
59 Gambar 1. Kerucut Edgar Dale Daryanto, 2013:14
Daryanto 2013: 15 mengemukakan bahwa dalam menentukan jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar dale dan Bruner pada diagram jika disejajarkan
ada persamaannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat perbedaan konsep.
Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga menekankan stimulus yang dapat diamati, Bruner menekankan pada operasi
mental siswa pada saat mengamati obyek. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan benda konkret supaya anak
dapat melihat, meraba, mengamati obyek secara langsung. Setelah itu, diharapkan anak mampu mengklasifikasikan benda berdasarkan atribut klasifikasi yang akan
ditingkatkan.
LAMPIRAN 1
60
E. Kerangka Berpikir