LAMPIRAN 1
60
E. Kerangka Berpikir
Raudhatul Athfal RA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program
pendidikan umum dan pendidikan keagamaan islam bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun Depdiknas, 2005: 2. Layanan yang diberikan
bertujuan untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama dan moral, sosial-emosional,
kognitif, bahasa, dan fisikmotorik untuk siap memasuki pendidikan dasar. Program kegiatan pembelajaran di TKRA disusun berdasarkan lingkup
perkembangan anak usia dini yang meliputi nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Selain itu proses kegiatan pembelajaran
disesuaikan dengan tahap perkembangan anak dan karakteristik anak usia dini. Anak TKRA 4-6 tahun berada pada taraf perkembangan kognitif fase
praoperasional konkrit. Santrock Rita Eka Izzaty, 2008:88, menjelaskan bahwa pemikiran pada tahap praoperasional masih kacau dan belum terorganisasi dengan
baik, yang sering dikatakan anak belum mampu mengusai operasi mental secara logis. Pada tahap ini, anak belajar tentang semua hal melalui benda-benda konkrit
yang ada disekitarnya. Untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya anak harus mengalami sendiri dan terlibat langsung secara realistik dengan obyek yang
dipelajarinya. Berdasarkan hasil pengamatan dan pra tindakan sebelum menggunakan
benda konkret yang telah dilakukan peneliti pada kelompok A1 di RA Al Husna, dalam hal matematika untuk anak RA khususnya kemampuan klasifikasi ternyata
LAMPIRAN 1
61 kurang maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, kurang
maksimalnya kemampuan klasifikasi pada anak kelompok A1 ini disebabkan karena kemampuan klasifikasi tidak dikembangkan setiap hari, dalam semester II
hanya terlaksana 6 kali pertemuan dan seharusnya bisa lebih dari 6 kali. Dalam setiap pertemuan, guru langsung menggunakan Lembar Kerja Anak LKA.
Dengan LKA, hanya beberapa anak saja yang mampu mengerjakan dengan benar. Pada saat kegiatan tersebut sebagian besar anak kurang memperhatikan penjelasan
guru dan ketika mengerjakan masih banyak yang bingung. Hal ini disebabkan proses klasifikasi yang dilakukan belum menggunakan benda-benda konkret
nyata. Penggunaan LKA secara langsung ini memberikan pengetahuan dalam bentuk semi konkret.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru kelas, pihak sekolah maupun guru kelas belum melakukan langkah perbaikan dari
permasalahan yang telah di uraikan di atas. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan benda konkret sebagai media pembelajaran untuk membantu
meningkatkan kemampuan klasifikasi pada anak kelompok A1 di RA tersebut. Benda konkret berfungsi mengkonkritkan konsep yang abstrak, khususnya
klasifikasi. Kegiatan klasifikasi merupakan bagian dari matematika, sehingga pemilihan media untuk mendukung konsep matematika dalam berkegiatan
klasifikasi ini haruslah menggunakan bendaobyek yang nyata. Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan di atas maka dapat diduga
bahwa benda konkret dapat meningkatkan kemampuan klasifikasipada anak
LAMPIRAN 1
62 kelompok A di RA Al Husna Pakualaman Yogyakarta. Kerangka Alur pikir dalam
penelitian tidakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Skema Kerangka Pikir
F. Hipotesis Tindakan