kelemahan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol. Analisis SWOT berkaitan dengan tahap perumusan strategi yang disesuaikan dengan
visi dan misi kelompok tani. Perumusan strategi menerjemahkan visi, misi, dan strategi Kelompok Tani Cibereum Jempol terhadap prespektif BSC
menjadi sasaran strategik.
4.2.1 Analisis Lingkungan Internal
Kelompok Tani Cibereum Jempol pada saat ini memasarkan beras organik hanya pada di daerah kota Bogor, hal
tersebut dikarenakan masih terbatasnya produk yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol akan tetapi dalam memenuhan
kebutuhan pelanggan kelompok tani sering melakukan kerjasama dengan kelompok tani lain baik yang ada di Bogor maupun di luar
Bogor. Konsumen beras organik Kelompok Tani Cibereum Jempol adalah kalangan menengah keatas. Segmentasi tersebut dipilih karena
harga beras organik yang ditawarkan relatif mahal yaitu sekitar Rp. 5.000 per kg. Promosi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cibereum
Jempol yaitu dengan mengikuti pameran-pameran dan menyebarkan brosur.
4.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal 1. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro Kelompok Tani Cibereum Jempol, terdiri dari pemasok, perantara pemasaran, pelanggan dan pesaing. Dalam
menjalankan usaha Kelompok Tani Cibereum Jempol melakukan penelitian terdahulu terhadap bibit yang akan yang diproduksi
sehingga dalam pengadaan bibit dan pupuk, kelompok tani memproduksi sendiri akan tetapi untuk saprodi kelompok tani
melakukan kerjasama dengan pemasok. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh kelompok tani yaitu dengan mengikuti pameran-
pameran yang bersifat rutin satu bulan sekali di Dinas Agribisnis Kota Bogor serta borosur-brosur. Kelompok Tani Cibereum Jempol
memiliki saluran distribusi dari kelompok tani langsung ke swalayan kemudian ke konsumen akhir atau dari kelompok tani langsung ke
konsumen akhir. Sedangkan pesaing Kelompok Tani Cibereum
adalah beras organik perusahaan lain dan beras konvesional anorganik.
2. Lingkungan Makro
Lingkungan makro merupakan lingkungan yang berada diluar lingkungan kelompok tani yang secara langsung ataupun tidak, dapat
mempengaruhi kinerja dari Kelompok Tani Cibereum Jempol. Adapun yang termasuk lingkungan makro diantaranya faktor
ekonomi, sosial buidaya, politik dan kebijakan pemerintah, teknologi. a. Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi kinerja perusahaan termasuk Kelompok Tani Cibereum Jempol. Kinerja
perekonomian di Indonesia menurut Domestik Bruto PDB nasional triwulan III pada tahun 2008 atas dasar harga konstan
meningkat sebesar 3,5 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya 2,5 persen. Pertumbuhan PDB nasional
triwulan III pada tahun 2008 berdasarkan lapangan usahanya sekitar 6,1 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat PDB masih cukup besar. Pada triwulan III tahun 2008 terhadap triwulan III tahun
2007 tingkat PDB pertanian tumbuh sehingga memberi kontribusi sebesar 2,4 persen terhadap PDB nasional dengan
sektor pengangkutan dan komunikasi yang mampu memberikan kontribusi yang paling besar sekitar 17,1 persen. Sehingga
pertumbuhan PDB pada triwulan III tahun 2008 meningkat hingga 6,1 persen sedangkan PDB non migas mampu tumbuh
hingga 6,6 persen.
Tabel 6. Laju Pertumbuhan PDB Nasional Menurut Lapangan Usaha Triwulan I dan II Tahun 2008
Persentase
Lapangan Usaha
Triw-II terhadap
Triw I- 2008
Triw-II terhadap
Triw II-2008 Triw-II
terhadap Triw III-
2008
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan
5,5 6,7
2,4
Pertambangan dan Penggalian
0,7 1,6
1,6 Industri Pengolahan
1,3 3,2
4,3 Listrik, Gas dan Air
Bersih 4,4
2,3 10,6
Kontruksi 2,4
3,1 7,5
Perdagangan, Hotel dan restoran
2,6 4,6
7,6 Pengangkutan Dan
komudikasi 4,1
4,2 17,1
Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan 1,6
1,8 8,5
Jasa-jasa 2,5
0,9 6,7
PDB 2,5
3,5 6,1
PDB Tanpa Migas 2,7
3,7 6,6
Sumber: BPS, Triwulan III tahun 2008 Dalam menghadapi perekonomian dunia yang labil dan
secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian dalam negeri menjadikan Kelompok Tani Cibereum Jempol adalah kelompok
tani yang melakukan swasembada pangan yaitu dengan tetap memproduksi beras organik.
b. Teknologi
Teknik budidaya yang digunakan oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan
mensejahterakan petani dan konsumen. Dalam hal teknologi Kelompok Tani Cibereum Jempol mendapat perhatian dari Dinas
Agribisnis Kota Bogor dan juga dari pihak peneliti teknologi
pertanian Institut Pertanian Bogor, yaitu dengan dibuatkannya teknologi pengering berupa mesin oven.
c. Politik dan Kebijakan Pemerintah Adanya program “Go Organik 2010” yang dicanangkan
pemerintah melalui Departemen Pertanian secara tidak langsung dapat membangun gairah para petani Kelompok Tani Cibereum
Jempol untuk tetap mengembangkan usahanya dalam memproduksi beras organik.
2. Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah lingkungan yang berada di sekitar usaha yang mempengaruhi secara langsung terhadap usaha
tersebut. Sifat dan tingkat persaingan dalam suatu industri dipengaruhi oleh:
a. Ancaman Masuknya Industri Baru Banyaknya pendatang baru dalam usaha beras organik seperti
tumbuh kembangnya para kelompok tani dan perusahaan yang mengusahakan beras organik akan menjadi ancaman
bagi Kelompok Tani Cibereum Jempol karena pendatang baru yang yang akan bersaing tidak hanya perusahaan yang
memiliki modal yang besar tetapi pendatang baru yang berproduksi dengan skala kecil .
b. Ancaman Produk Pengganti Komoditas beras organik secara umum memiliki produk
subtitusi pangan yang mengandung karbohidrat setara dengan beras, misalnya roti, gandum, jagung dan singkong. Adanya
produk subtitusi ini memberikan pengaruh secara langsung pada Kelompok Tani Cibereum Jempol karena dapat
mengurangi konsumsi terhadap beras organik. c.
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Faktor-faktor yang berpengaruh kuat terhadap kekuatan tawar
menawar pembeli adalah kualitas produk dan pelayanan, informasi produk, jumlah pembeli dan kemudahan konsumen
beralih ke produk pesaing yang sejenis maupun subtitusinya. Posisi tawar menawar pada Kelompok Tani Cibereum Jempol
masih sangat kuat hal tersebut dapat dilihat bahwa banyaknya permintaan terhadap beras organik tetapi adanya keterbatasan
produk yang dihasilkan oleh kelompok tani. Pada bisnis beras organik Kelompok Tani Cibereum Jempol, pemasok
tidak memiliki kekuatan tawar menawar yang tidak terlalu kuat karena Kelompok Tani Cibereum Jempol tidak hanya
tergantung pada satu pemasok, tetapi pada pemasok yang lain. Melalui analisis SWOT, Kelompok Tani Cibereum Jempol dapat
mengetahui pengaruhnya terhadap perspektif BSC. Analisis SWOT yang di petakan terhadap prespektif BSC dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil analisis
lingkungan eksternal dan internal Kelompok Tani Cibereum Jempol menunjukkan bahwa secara umum Kelompok Tani Cibereum Jempol
dihadapkan pada permasalahan utama yaitu persaingan usaha yang sejenis semakin ketat karena timbulnya kesadaran pada masyarakat bahwa beras
organik lebih sehat dan ramah lingkungan.
50
Tabel 7. Analisis SWOT Kelompok Tani Cibereum Jempol BSC
SWOT Keuangan
Pelanggan Proses Bisnis
Internal Pertumbuhan dan
pembelajaran Kekuatan
Memperoleh bantuan dari dari Dinas Agribisnis Kota
Bogor dalam memiliki saprodi
Produk yang dijual telah memiliki
sertifikat organik Memiliki saprodi yang
cukup lengkap Adanya program
pemerintah”GO Organik 2010”
Kelemahan
Adanya keterbatasan modal yang dimiliki.
Produk organik yang cenderung mahal.
Masih sedikitnya promosi yang
dilakukan oleh Kelompok Tani
Manajemen di dalam Kelompok Tani yang
belum terorganisir Kurangnya keterampilan
SDM di dalam Kelompok Tani
Peluang Masih terbukanya pangsa
pasar untuk produk organik khususnya beras
organik Perekonomian dan
pendidikan rakyat terus berkembang sehingga
mengetahui pentingnya meng-konsusmsi beras
organik Salah satu Kelompok
Tani yang dapat memasarkan
produknya ke supermarket Giant.
Adanya pelatihan dan penyuluhan yang
dilakukan oleh Dinas Agribisnis Kota Bogor
dalam meningkatkan keterampilan petani
Ancaman
Persaingan usaha yang sejenis semakin ketat
Turunnya daya beli masyarakat karena
besarnya harga bahan baku
Adanya paksaan dari luar untuk menjul
lahan yang dimiliki oleh anggota
Kelompok Tani Biaya hidup yang semakin
tinggi sehingga masyarakat beralih ke beras anorganik
41
4.3. Pengukuran Kinerja