Analytical Hierarchy Process AHP

2. Koheren. Adanya hubungan sebab akibat antara keluaran yang dihasilkan sistem perumusan strategi dan keluaran yang dihasilkan sistem perencanaan strategik. 3. Seimbang. Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang. 4. Terukur, merupakan keterukuran perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.

2.8. Analytical Hierarchy Process AHP

Proses hirarki analitik PHA atau yang biasa dikenal dengan analytical hierarchy process AHP merupakan teknik yang dikembangkan oleh Dr. Thomas Saaty pada tahun 1970-an, seorang profesor di Wharston School of Business . Teknik AHP menyediakan prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan yang kompleks. Selain itu juga teknik ini menyediakan prosedur untuk memeriksa kekonsistenan dalam penilaian oleh tim sehingga mengurangi bias dalam pengambilan keputusan Saaty,1991. Menurut Saaty 1993, AHP digunakan pada kondisi dimana terdapat proses pengambilan keputusan secara kompleks yang melibatkan berbagai kriteria, diantaranya pilihan instrumen promosi, prioritas diantara beberapa alternatif kebijakan dan sasaran. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan masalah kompleks yang tidak terstruktur, strategi dan dinamis menjadi bagiannya, serta menata variabel permasalahan tersebut menjadi sebuah hirarki. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti pentingnya secara relatif dibandingkan variabel lain. Dari pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan berperan untuk memepengaruhi hasil pada sistem tersebut. Prinsip kerja tersebut adalah :

1. Penyusunan Hirarki

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya yaitu kriteria dan alternatif, kemudian di susun menjadi struktur hirarki. Dalam penyusunan hirarki tidak ada aturan yang pantang di langgar.

2. Penilain Kriteria dan Alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty 1993 untuk berbagai persoalan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat di lihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Skala Banding Berpasangan Nilai skala Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu. 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya. 5 Elemen yang satu jenis lebih penting di banding elemen lainnya. Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan didominasinya terlihat dalam praktek. 7 Elemen yang satu sangat jelas lebih penting di bandingkan elemen lainnya. Satu elemen dengan kuat di sokong dan didominasinya terlihat dalam praktek. 9 Satu elemen mutlak lebih penting di bandingkan elemen lainnya. Sokong elemen yang satu atas yang lainnya terbukti yang satu atas yang lainnya terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi. 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan di atas. Kompromi dilakukan dengan dua pertimbangan. Kebalikan nilai-nilai di atas Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A dan B, maka kebalikan 12, 13, 14, ....19 dipergunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A Sumber : Saaty 1993

3. Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan skala perbandingan berpasangan. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menetapkan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria kuantitatif maupun kualitatif dapat dibandingkan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas di hitung melalui penyelesaian matematika dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat matriks perbandingan berpasangan b. Melakukan normalisasi terhadap matriks awal c. Menghitung bobot relatif atau bobot prioritas d. Menghitung lamda maksimum Tahapan-tahapan untuk mencari lamda maksimum yaitu: 1. Kolom matriks awal dikalikan dengan bobot prioritas 2. Field-field sepanjang baris dijumlahkan 3. Jumlah masing-masing baris tersebut di bagi dengan bobot prioritas 4. Hasil pembagian pada tahap sebelumnya di bagi dengan jumlah kolom pada matriks awal.

4. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria logis. Consistency ratio Cr merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa, apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuensi atau tidak. Semua elemen yang telah di kelompokkan harus memenuhi kriteria konsistensi yaitu Cr 0,1.

5. Penggabungan Pendapat Responden

Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multi disiplisioner Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, perlu dilakukan pengecekan konsistensi dari setiap elemen satu persatu. Pendapat yang telah konsisten tersebut kemudian digabungkan dengan menggunakan rataan geometrik.

2.9. Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria: Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat

0 24 181

Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol

3 28 182

Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor)

10 58 119

Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran talas di kelurahan Situgede, kecamatan Bogor Barat, kota Bogor

20 109 103

Serasah agroedutourism sebagai sarana pelatihan dan pendampingan manajemen bidang pertanian di pondok pesantren mina 90 kelurahan mulyaharja, kecamatan bogor selatan, bogor

0 2 10

Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)

0 6 95

Efektivitas Kinerja dan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam Pengusahaan Beras Hitam di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor

1 17 113

Strategi Pemasaran Tepung Umbi Talas (Studi Kasus: Kelompok Wanita Tani Melati, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat)

1 14 93

Hubungan Tingkat Penggunaan Smartphone Pada Remaja Dengan Interaksi Dalam Keluarga (Kasus Remaja Di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)

2 19 75

Analisis Perbandingan Usahatani Dan Pemasaran Antara Padi Organik Dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 3 190