Struktur Biaya Industri Ban Proses Pembuatan Ban

pada tahun 2001 dan kemudian meningkat pada tahun 2003 menjadi US 2,95 milyar dengan tingkat konsumsi sebesar 10,09 persen. Indonesia juga merupakan importir produk ban luar dan ban dalam dengan nilai impor pada tahun 2001 sebesar US 74,79 juta dan pada tahun 2002 meningkat menjadi US 76,09 juta. Selanjutnya terus meningkat hingga US 83,18 juta pada tahun 2003 dengan tingkat konsumsi sebesar 0,28 persen.

4.6. Struktur Biaya Industri Ban

Berdasarkan struktur biaya pada Tabel 4.5 maka dapat diketahui bahwa industri ban merupakan industri yang mengandalkan bahan baku. Jika dirata- ratakan lebih dari 80 persen dari total biaya dikeluarkan untuk bahan baku dan penolong. Sedangkan pengeluaran untuk seluruh pekerja hanya berkisar 8-11 persen dari total biaya industri ban. Biaya untuk pengadaan bahan bakar, tenaga listrik, dan gas memiliki porsi yang lebih kecil dibanding kedua pengeluaran tersebut yaitu hanya berkisar 4-5 persen. Tabel 4.5. Struktur Biaya Industri Ban Indonesia, Tahun 2001-2003 Biaya 2001 2002 2003 Bahan baku dan penolong 4908528081 89 6408537409 88 9727726795 84 Bahan bakar, tenaga listrik, dan gas 194231304 3 302014017 4 563312457 5 Pengeluaran untuk seluruh pekerja 430801873 8 567779601 8 1231969763 11 Sumber: BPS, 2001-2003. Struktur biaya yang seperti itu menunjukkan bahwa industri ban cenderung bersifat padat sumber daya alam. Alasannya adalah sebagian besar biayanya dialokasikan untuk bahan baku dan penolong. Bahan baku industri ban sebagian besar menggunakan sumber daya alam berupa karet alam dan karet sintetis.

4.7. Proses Pembuatan Ban

Teknologi proses pembuatan ban dapat terbagi dalam tiga bagian utama yaitu pembuatan tepung karet, pembuatan bagian ban kawat tepi, kain ban, tapak ban, dan vulkanisasi. Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan ban ini terdiri dari karet alam, bead wire, kain ban, carbon black, dan bahan penolong lainnya. Selanjutnya karet alam dilakukan pencacahan dalam suhu 2400°F-3000°F dan tekanan selama 2-3 menit. Pada saat pencacahan dan pencampuran ditambahkan bahan-bahan plastiser, softener, filler, sulfur, dan antioksidan. Kemudian pada bahan-bahan yang telah dicampur tersebut dilakukan proses kalendering agar seragam dan plastis. Sebagian besar karet untuk ban juga dibentuk melalui proses ekstrusi, khususnya untuk bagian tapak dan tepi ban. Setelah itu bagian tapak, sisi ban, tepi ban, dan kain ban siap dilakukan proses perakitan. Hasil dari proses tersebut dimasukkan pada mesin pencetak ban guna proses vulkanisasi. Tahap akhir dari proses pembuatan ban ini adalah pengawasan mutu untuk melihat hasil akhir ban Depperindag, 2004. Proses pembuatan ban dapat dilihat pada Gambar 4.1.

4.8. Standar Nasional Indonesia SNI Wajib Ban