sebagian besar menggunakan sumber daya alam berupa karet alam dan karet sintetis.
4.7. Proses Pembuatan Ban
Teknologi proses pembuatan ban dapat terbagi dalam tiga bagian utama yaitu pembuatan tepung karet, pembuatan bagian ban kawat tepi, kain ban, tapak
ban, dan vulkanisasi. Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan ban ini terdiri dari karet alam, bead wire, kain ban, carbon black, dan bahan penolong
lainnya. Selanjutnya karet alam dilakukan pencacahan dalam suhu 2400°F-3000°F dan tekanan selama 2-3 menit. Pada saat pencacahan dan pencampuran
ditambahkan bahan-bahan plastiser, softener, filler, sulfur, dan antioksidan. Kemudian pada bahan-bahan yang telah dicampur tersebut dilakukan proses
kalendering agar seragam dan plastis. Sebagian besar karet untuk ban juga dibentuk melalui proses ekstrusi,
khususnya untuk bagian tapak dan tepi ban. Setelah itu bagian tapak, sisi ban, tepi ban, dan kain ban siap dilakukan proses perakitan. Hasil dari proses tersebut
dimasukkan pada mesin pencetak ban guna proses vulkanisasi. Tahap akhir dari proses pembuatan ban ini adalah pengawasan mutu untuk melihat hasil akhir ban
Depperindag, 2004. Proses pembuatan ban dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.8. Standar Nasional Indonesia SNI Wajib Ban
Pengertian standar memiliki arti spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan yang disusun berdasarkan konsensusu semua pihak yang terkait.
Sedangkan standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan,
dan merevisi standar yang dilakukan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pihak Depperindag, 2004.
SNI ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional BSN dan dapat diberlakukan secara wajib oleh Menteri Teknis dengan mempertimbangkan
keselamatan, keamanan, kesehatan, dan pelestarian lingkungan dan atau pertimbangan ekonomis serta moral. SNI diterapkan oleh pelaku usaha dengan
pertimbangan untuk meningkatkan daya saing produknya. Untuk itu, pelaku usaha harus menguji produknya pada lembaga sertifikasi dan laboratorium penguji yang
diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional. Kebijakan standardisasi Indag ini difokuskan kepada perumusan,
pemberlakuan, pembinaan, dan pengawasan SNI wajib. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan daya saing produk Indonesia baik di dalam maupun
luar negeri. Selain itu juga melindungi konsumen dan mendorong terciptanya persaingan usaha yang sehat di pasaran dalam negeri.
Barang-barang yang telah diberlakukan SNI wajib perlu dilakukan kegiatan pengawasan yang meliputi pengawasan barang di pabrik, pengawasan
barang impor, dan pengawasan barang yang beredar di pasar. Importir yang tidak memiliki Surat Pendaftaran Barang SPB dilarang memasukkan barangnya ke
Daerah Pabean Indonesia. Oleh karena itu, importir yang telah memiliki Sertifikat Kesesuaian Mutu yang diterbitkan oleh Lembaga Inspeksi wajib mendaftarkannya
terlebih dahulu kepada Dirjen PPMB untuk mendapatkan SPB tersebut. Untuk barang-barang yang beredar di pasar, pengawasan SNI wajib dilakukan secara
berkala dan secara khusus.
Untuk komoditi ban, pemberlakuan SNI wajib diatur dalam SK Menperindag RI No.595MPPKep92004. Pemberlakuan secara wajib SNI
ini dilakukan terhadap lima jenis ban, yaitu: 1.
Ban mobil penumpang : SNI 06-0098-2002 2.
Ban truk ringan : SNI 06-0100-2002
3. Ban truk dan bus
: SNI 06-0099-2002 4.
Ban sepeda motor : SNI 06-0101-2002
5. Ban dalam kendaraan
: SNI 06-6700-2002
Penghancuran Banbury
Penggilingan Mailing
Pelapisan CoatingWinding
Kawat Tepi Ban Bead Wire
Kawat Ban Tire Cord
Penenunan Weaving
Perataan Celendering
Pemotongan Bias Cutting
Ekstrusi Tapak Ban Extrucing Ban
Perakitan Ban Tire Assembly
Vulkanisasi Ban Tire Vulcanizing
Pencetakan Ban Tire Forming
Ban Tire
Pembentukan Bead Building
Karet Rubber
Sumber: Depperindag, 2004.
Gambar 4.1. Diagram Alur Pembuatan Ban
V. HASIL DAN PEMBAHASAN