Perkembangan Jumlah Perusahaan Perkembangan Produksi Industri Ban Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan

Industri ban di Indonesia dipelopori oleh PT. Goodyear yang masuk ke Indonesia dengan membawa bagian penjualannya. Kemudian pada tahun 1953, PT. Goodyear mendirikan unit produksi. Hingga tahun 1954, hanya ada satu perusahaan ban yang berdiri. Setelah penandatanganan kontrak pabrik oleh Technoexpor, Cekoslovakia, Maret 1957 dilakukan pembangunan pabrik secara besar-besaran dengan nama PT. Intirub. Perusahaan ini mulai beroperasi sejak 1 April 1959. Setelah tahun 1970-an jumlah perusahaan dalam industri ban berkembang pesat. PT. Gajah Tunggal berdiri pada tahun 1972. Selanjutnya pada tahun 1973 berdiri PT. Bridgestone Tire Indonesia. Kemudian pada tahun 1978 berdiri PT. United Kingstone, sehingga pada akhir tahun 1985 Indonesia memiliki delapan pabrik ban mobil dengan berdirinya PT. Industri Karet Deli. Kemudian diikuti dengan PT. Ariga Mira Rubber Works pada tahun 1988. Tahun 1990-an kembali berdiri pabrik-pabrik ban baru. Diawali dengan berdirinya PT. Inoue Rubber indonesia pada tahun 1991. PT. Mega Rubber Factory dan PT. Sumi Rubber Indonesia pada tahun 1995. Setahun kemudian berdiri PT. Suryaraya Rubberindo Industry. Dan selanjutnya pada tahun 1997 PT. Banteng Pratama Rubber Co. mulai berproduksi. PT. Multi Strada Arah Sarana berdiri tahun 1998. Kemudian pada tahun 1999 investor asing mencoba mendirikan PT. Hung-A Indonesia. Dua tahun kemudian didirikan PT. United Kingland Company LTD dan selanjutnya PT. Elang Perdana Tyre Industry pada tahun 2002. Selain itu, masih ada beberapa perusahaan ban yang didirikan di Indonesia, seperti PT. Nitto Rubber Indonesia, PT. Oroban Perkasa, PT. Ircindo Indonesia, PT. Mega Safe Tire Industry, PT. ABS Rubber Works, dan PT. Sehat Komodo. Profil perusahaan-perusahaan ban tersebut lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2. Perkembangan Produksi Industri Ban Indonesia

Perkembangan industri ban dapat dikatakan baik. Kapasitas utilisasi untuk ban luar dan ban dalam kendaraan bermotor roda empat serta ban luar kendaraan bermotor roda dua telah lebih dari 80 persen pada tahun 2001-2003. Untuk ban luar dan ban dalam sepeda kapasitas utilisasi hanya berkisar 60-68 persen. Sedangkan yang kapasitas utilisasi untuk ban dalam kendaraan bermotor roda dua masih sangat rendah, yaitu hanya sembilan persen. Jika dilihat dari produksinya, industri ban mempunyai kecenderungan meningkat selama tahun 2001-2003 Tabel 4.1. Namun, untuk ban luar kendaraan bermotor roda empat mengalami penurunan produksi pada tahun 2002, kemudian mulai ada sedikit peningkatan pada tahun 2003. Untuk ban dalam kendaraan bermotor roda empat memiliki tingkat produksi yang relatif stabil yaitu berkisar 31 ribu ton pada tahun 2001-2003. Peningkatan yang tinggi terjadi pada tahun 2002 untuk komoditi ban luar sepeda yaitu dari 14,33 juta ton pada tahun 2001 menjadi 16,15 juta pada tahun 2002. Akan tetapi, pada tahun 2003 hanya mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 16,19 persen. Tabel 4.1. Kapasitas, Produksi, dan Utilisasi Industri Ban Indonesia, Tahun 2001-2003 Realisasi Produksi ribu ton Utilitas Produksi Komoditi Kapasitas Produksi per Tahun ribu ton 2001 2002 2003 2001 2002 2003 Ban Luar KBR-4 539 462 442 444 86 82 82 Ban Dalam KBR-4 37 31 31 31 82 83 83 Ban Luar KBR-2 76 68 69 70 89 91 91 Ban Dalam KBR-2 21945 1934 1992 1997 9 9 9 Ban Luar Sepeda 23734 14335 16151 16199 60 68 68 Ban Dalam Sepeda 18909 11780 12574 12611 62 66 67 Sumber: Depperindag, 2004. Catatan: KBR-4: Kendaraan Bermotor Roda Empat; KBR-2: Kendaraan Bermotor Roda Dua.

4.3. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Industri Ban Indonesia