Kondisi Pergulaan di Indonesia

15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Pergulaan di Indonesia

Sebagai salah satu dari sembilan bahan pokok yang dibutuhkan banyak orang, harga gula harus bisa dicapai semua orang dan masih memberikan keuntungan bagi petani. Oleh karena itu, pemerintah turut serta dalam membuat ketentuan mengenai gula dengan tujuan : 1. melindungi produksi agar merangsang peningkatan produksi 2. menjaga kemampuan konsumen, dan 3. mengembangkan tata niaga gula pasir pedagang dalam negeri maupun perdagangan internasional. Namun demikian, menurut Tim Penulis PS 2000 para petani masih lebih tertarik untuk menanam komoditas selain tebu yang dinilai lebih menguntungkan. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai upaya yang dilakukan pemerintah masih belum efektif untuk mewujudkan berbagai tujuan di atas. Apabila harga gula tinggi, petani belum tentu memperoleh keuntungan dari tingginya harga tersebut. Hal ini dikarenakan banyaknya komponen yang menentukan harga gula, sebagai berikut : Biaya tebang dan angkut tebu Nilai yang diterima petani Harga provenue gula Biaya penggilingan Biaya eksploitasi Harga pokok di PG Pajak-pajak Harga eceran Dana manajemen Marjin – distribusi Gambar 1. Komponen-komponen yang menentukan harga gula Tim Penulis PS, 2000 Dengan demikian, jika harga pokok di Pabrik Gula PG sama, maka harga eceran sangat tergantung dari besar biaya distribusi. Semakin jauh dari PG atau semakin sukar jalan yang ditempuh, maka harga gula eceran semakin tinggi Tim Penulis PS, 2000. 16 Pada tahun 1930-an, Indonesia pernah dikenal sebagai negara pengekspor gula yang sangat efisien di dunia. Dewan Gula Indonesia mencatat rata-rata produksi perusahaan perkebunan negara pernah mencapai 17,43 ton gula per hektar pada tahun 1940. Produktivitas ini menurun menjadi 10,74 ton gula per hektar pada tahun 1971. Sedangkan kini, rata-rata produksi kebun tebu hanya sekitar 4,7 ton gula per hektar Hidayati, 2004. Sementara produksi menurun, kebutuhan konsumsi gula nasional terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Tahun 2004, kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga dan industri makanan mencapai 3,3 juta ton per tahun, sedangkan total produksi gula domestik sekitar 2 juta ton per tahun. Tak dapat dihindarkan, bahwa kekurangan pasokan gula sekitar 1,3 juta ton atau 45 dari kebutuhan nasional dipenuhi dengan impor. Pergerakan volume produksi gula dalam negeri, volume konsumsi masyarakat dan kebutuhan impor gula dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan jumlah penduduk, produksi, konsumsi dan impor gula Indonesia Tahun Jumlah Penduduk Ribu jiwa Produksi Ribu ton Konsumsi Ribu ton Impor Ribu ton 1995 193 486 2 059 2 586 544 1996 196 807 2 094 3 193 1 099 1997 199 837 2 191 3 030 578 1998 202 873 1 488 2 327 844 1999 205 004 1 493 2 857 1 398 2000 209 004 1 690 3 223 1 538 2001 212 348 1 727 2 753 1 025 2002 218 980 1 755 3 190 1 435 2003 221 429 1 631 3 321 1 689 2004 224 418 2 051 3 366 1 314 Sumber : Dewan Gula Indonesia, 2004 Dari Tabel 1 di atas diperoleh bahwa impor gula meningkat pada tiap tahunnya. Impor terendah terjadi pada tahun 1995 yaitu sebesar 544.000 ton dan peningkatan tajam untuk impor terjadi pada tahun 2003 sebesar 1.689.000 ton atau hampir 50 dari kebutuhan konsumsi dalam negeri. Sedangkan produksi gula terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar 1.488.000 ton. 17 Menurut Widyastutik 2005, berdasarkan gambaran dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa ketergantungan Indonesia sangat tinggi terhadap impor gula dan kecenderungan produksi gula nasional yang rendah karena kondisi permasalahan industri gula nasional, akan menghambat kelangsungan industri pangan nasional pada umumnya. Sedangkan untuk harga eceran gula pasir di pasaran domestik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Harga eceran gula pasir di pasar domestik tahun 1998-2004 dalam rupiah per kg Bulan Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Januari 1.763 3.500 2.616 3.600 3.857 3.963 3.941 Februari 1.756 3.388 2.494 3.628 3.784 4.269 3.963 Maret 1.636 2.875 2.431 3.712 3.632 4.242 3.944 April 2.100 2.397 2.510 3.790 3.494 4.945 4.025 Mei 2.238 2.397 2.497 3.926 3.263 4.544 4.063 Juni 2.316 2.638 2.789 4.069 3.206 4.902 4.066 Juli 2.788 2.269 3.235 3.823 3.222 4.282 4.065 Agustus 3.731 2.263 3.410 3.576 3.241 4.059 4.088 September 3.938 2.438 3.413 3.572 3.313 4.131 4.081 Oktober 3.669 2.390 3.366 3.875 3.456 4.138 4.094 November 3.406 2.400 3.566 3.656 3.913 4.175 4.246 Desember 3.500 2.722 3.545 3.719 3.966 4.038 4.797 Rata-rata 2.737 2.640 2.989 3.746 3.529 4.307 4.114 Sumber : Dewan Gula Indonesia, 2005 Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas gula adalah dengan menerapkan program akselerasi bongkar ratoon. Arum Sabil, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat PT Perkebunan Nusantara PTPN IX, dalam Liliasari 2004 mengatakan bahwa dengan adanya program akselerasi bongkar ratoon ini, produksi tebu petani akan meningkat 100 – 150 ton per hektar dari produksi saat ini yang hanya 80 ton per hektar. Peningkatan produksi tebu petani, menurut Arum, tidak akan berhasil jika tidak diimbangi dengan perbaikan pabrik gula. Perbaikan ini antara lain dalam investasi lahan, infrastuktur dan pemanfaatan teknologi mesin-mesin yang lebih modern. 18

B. Alat Pembuat Alur Tanam, Guludan dan Saluran Drainase