Buah dan Madu Interaksi Masyarakat Desa dengan Hutan Lindung Gunung Lumut

pada malam hari. Teknik-teknik ini mereka gunakan untuk menangkap hewan mamalia. Untuk kegiatan berburu diperlukan waktu 3-4 hari di dalam hutan. Masyarakat yang letak ladangnya jauh dari pemukiman penduduk, terkadang bisa mendapatkan hewan buruan seperti payau atau kijang dengan memasang jerat di sekitar ladang mereka. Tabel 5 Jenis Satwa yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Nama lokal Nama Latin Pemanfaatan Rusapayau Cervus unicolor Daging dikonsumsi dan dijual Kijangtelaus Muntiacus atherodes Daging dikonsumsi dan dijual Pelandukkancil Tragulus napu Daging dikonsumsi dan dijual Ikan sungai Konsumsi sendiri Landaktetung Hystrix brachyura Daging dikonsumsi, duri jadi hiasan Trenggilingayom Manis javanicus Daging dikonsumsi Babi hutan Sus barbatus Dikonsumsi, dijual, jadi makanan anjing Kuau Argusianus argus Dikonsumsi, bulu jadi hiasan Kucica hutanmurai Copsychus malabaricus Dijual hidup Selain daging dari hewan buruan, burung hidup juga menjadi incaran masyarakat untuk diburu karena harganya yang cukup mahal di pasaran. Cara menangkap burung ini dengan menggunakan lem di ranting yang dihinggapi oleh burung tersebut.

V.2.3 Buah dan Madu

Hampir semua masyarakat desa sekitar HLGL mengambil buah dan madu dari dalam hutan, baik itu kawasan hutan lindung ataupun hutan desa mereka yang tidak termasuk HLGL. Masyarakat Desa Rantau Layung, karena jarak yang cukup jauh dari HLGL, lebih sering mengambil buah dari kebun-kebun mereka yang berada di sekitar pemukiman. Mereka baru masuk ke dalam hutan bila musim buah sedang mencapai puncaknya. Dari 20 informan yang diwawancarai di Desa Rantau Layung, 19 orang mengatakan bahwa mereka ikut mengambil buah di dalam kawasan HLGL, tapi mayoritas mengatakan bahwa mereka mengambil buah hanya sebatas untuk konsumsi keluarga. Hanya 6 orang yang menjual buah yang mereka pungut dari hutan. Tidak seperti menjual rotan atau hasil buruan mereka, buah yang mereka ambil baru dijual bila pengumpul buah dari simpang pait naik ke desa mereka. Mereka tidak pernah membawa sendiri hasil buah mereka ke luar desa untuk di jual. Warga Desa Blimbing tidak pernah mengambil buah dari dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut. Mereka telah menanam beberapa tanaman buah, seperti rambutan, durian, asam sejenis mangga dan pisang, di kebun mereka. Buah hasil kebun mereka lebih sering untuk konsumsi sendiri daripada untuk dijual. Khusus untuk durian dan pisang, ada beberapa warga yang bersedia membeli dari masyarakat untuk di jual di luar desa mereka. Warga Dusun Muluy, dikarenakan letak hutan yang sangat dekat dari desa mereka, dan masih banyak buah-buahan trerdapat di dalamnya, mereka selalu mangambil buah dari dalam kawasan HLGL. Bekas ladang mereka sangat jarang mereka tanami dengan pohon buah. Kebanyakan pohon buah yang tumbuh di kebun mereka tumbuh dengan sendirinya, bukan karena ditanam. Mereka tidak pernah menjual buah yang mereka ambil dari dalam hutan, semuanya untuk konsumsi sendiri. Kegiatan memanen madu, pada umumnya dilakukan secara berkelompok. Jumlah anggota dalam setiap kelompok itupun bervariasi, mulai dari tiga orang sampai dengan 20 orang. Madu yang diperoleh dari hasil panen itu akan dibagi rata kepada tiap anggota kelompok, tanpa memandang usia dan aktif atau tidaknya mereka dalam kegiatan memanen madu. Orang tua, remaja, ataupun anak-anak akan memperoleh bagian yang sama bila mereka ikut hadir pada saat panen madu dilakukan. Dusun Muluy dan Desa Rantau Layung, karena kondisi hutan yang berada di sekitar desa mereka masih cukup bagus, masih terdapat cukup banyak pohon madu sehingga hampir tiap tahun mereka dapat memanen madu. Hasil dari panen madu ini selain untuk konsumsi sendiri sering juga mereka jual dengan harga yang cukup menguntungkan. Harga satu liter madunya berkisar antara Rp. 30.000,- hingga Rp. 50.000,-. Sedangkan di Desa Blimbing, meskipun masih terdapat beberapa pohon madu di desa mereka, namun lebah madunya tidak pernah membuat sarang di pohon-pohon tersebut. Hal ini disebabkan karena kondisi hutan di desa mereka yang telah rusak sehingga lebah- lebah sulit untuk memperoleh makanan yang bisa diolah menjadi madu. Mereka baru bisa mendapatkan madu bila mendapatkan undangan dari kerabat mereka di Desa Pinang Jatus yang memiliki pohon madu. Namun menurut pengakuan beberapa informan, sudah hampir lima tahun belakangan ini mereka tidak pernah memanen madu lagi.

V.2.4 Pemanfaatan Lahan