3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain dapat memberi arahan sesuatu tingkah laku yang sesuai.
4. Faktor perbedaan latar belakang kultural.
II.2 Persepsi Terhadap Lingkungan
Persepsi seseorang terhadap lingkungan mencerminkan cara melihat, kekaguman, kepuasan serta harapan-harapan yang diinginkan dari lingkungannya
Edmund Letey, 1973 dalam Surata, 1993. Persepsi terhadap lingkungan meliputi berbagai aspek yang luas, selain persepsi sensoris individual yaitu penglihatan dan
pendengaran, persepsi terhadap lingkungan juga meliputi kesadaran dan pengalaman manusia terhadap lingkungan. Persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang
terhadap lingkungannya karena tidak ada perilaku tertentu tanpa persepsi; perilaku adalah hasil persepsi masa lalu dan permulaan persepsi berikutnya Toch McLean
dalam Kemp et al., 1975 dalam Hasibuan, 1995. Seseorang yang mempunyai persepsi yang benar mengenai konservasi maka
kemungkinan besar orang tersebut berperilaku positif terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh Pranowo 1985, bahwa persepsi
masyarakat dalam memandang hutan akan dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat seperti kebutuhan akan kayu bakar, kayu bangunan, pakan ternak dan lain-lain serta
budaya yaitu kepercayaan, adat istiadat, cerita rakyat dan sebagainya. Sehingga agar persepsi masyarakat terhadap lingkungan dapat dibangun secara tepat dan terarah maka
seberapa dalam persepsi masyarakat terhadap sesuatu hal harus diketahui terlebih dahulu. Pendekatan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap lingkungan berupa
satu kesatuan yang saling mendukung Gambar 2. Mengamati
Mendengarkan Mengajukan pertanyaan Gambar 2 Dasar pendekatan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap
lingkungan Whyte, 1971 dalam Surata, 1993
II.3 Masyarakat Desa
Masyarakat adalah kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama dan terjalin satu sama lainnya sehingga menghasilkan kebudayaan. Sedangkan
pengertian dari desa merupakan himpunan penduduk yang cenderung homogen dengan sifat kegotongroyongan dan kekeluargaan yang tinggi serta bermata pencaharian utama
dari sektor pertanian Hasansulama et al., 1983. Sehingga masyarakat desa adalah
himpunan penduduk agraris cenderung homogen yang menempati wilayah tertentu dan memiliki kebudayaan dengan sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan yang tinggi.
Masyarakat desa umumnya bermata pencaharian dari sektor pertanian sehingga pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian hanya merupakan sambilan saja, sehingga di
saat masa panen atau masa menanam padi tiba maka pekerjaan-pekerjaan sambilan tersebut ditinggalkan Soekanto, 1982.
Kehidupan masyarakat desa yang pada umumnya bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam disekitarnya untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakaian dan tempat
tinggal dalam mempertahankan hidupnya terhadap setiap ancaman yang datang dari dalam maupun luar lingkungan hidupnya. Hal ini demi mencapai dan menciptakan
kemajuan dalam hidupnya Hasansulama et al., 1983.
II.4 Interaksi Masyarakat Desa dengan Hutan