5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, didalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal
yang negatif. 6.
Penanaman disiplin diri Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari
pengelolaan kelas. Untuk itu, guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh
atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Djamarah dalam Partono, 2009:95 menyatakan bahwa untuk menunjang
dalam keberhasilan dalam mengajar, seorang guru juga harus dapat mengelola kelas dengan baik, adapun indikator dalam pengelolaan kelas meliputi: 1 hangat
dan antusias, 2 tantangan, 3 bervariasi, 4 keluwesan, dan 5 penekanan pada hal-hal yang positif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua prinsip pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan hal penting bagi guru dalam rangka
memperkecil masalah atau gangguan yang dihadapi guru dalam melakukan pengelolaan kelas.
2.4. Pendekatan Pengelolaan Kelas
Terdapat beberapa pendekatan pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah 2005:145, yaitu:
1. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya.
2. Pendekatan Ancaman
Pendekatan ancaman ini berarti bahwa pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses mengontrol tingkah laku anak didik. Pelaksanaannya dengan cara
memberi ancaman, misalnya melarang, mengejek, menyindir dan memaksa. 3.
Pendekatan Kebebasan Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses membantu anak didik
untuk merasa bebas mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semakin mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan Resep Cookbook
Pendekatan ini dilakukan dengan mendaftar apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang
terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk sesuai yang
tertulis dalam resep. 5.
Pendekatan Pengajaran Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan pemecahan diperlukan bila masalah tidak bisa dicegah. Pendekatan ini
menganjurkan tingkat guru dalam mengajar dapat mencegah atau menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik.
6. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas disini diartikan sebagai suatu proses mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan
tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. 7.
Pendekatan Sosioemosional Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses
menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas. Sosioemosional yang positif artinya adanya hubungan positif antara antara guru dengan didik.
8. Pendekatan Proses Kelompok
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses menciptakan kelas sebagai suatu sitem sosial dan proses kelompok merupakan yang paling utama.
Peranan guru adalah mengusahakan agar pengembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif.
9. Pendekatan Pluralistik
Pengelolaan kelas berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu
kondisi yang memungkinkan proses interaksi edukatif berjalan dengan efektif dan efisien. Disini bebas memilih pendekatan yang sesuai dan dapat dilaksanakan.
Dumiyati 2010:3-5 berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan yang umumnya dilakukan oleh para guru dalam melakukan pengelolaan kelas
yaitu:
1. Behavior - Modification Approach Behaviorism Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi
perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement untuk membina perilaku positif dan negative reinforcement
untuk mengurangi perilaku negatif. Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak
tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru. 2.
Socio – Emotional Climate Approach Humanistic Approach Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses
belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik-guru dan atau peserta didik-peserta didik dan guru
menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim, sosio-emosional yang baik. 3.
Group Process Approach Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua prinsip pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan hal yang penting bagi guru. Hal ini
berpengaruh terhadap kemampuan seorang guru dalam rangka memperkecil masalah atau gangguan yang dihadapi dalam melakukan pengelolaan kelas.
2.5. Aspek-Aspek Pengelolaan Kelas 2.5.1. Pengelolaan Fisik Kelas