Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

2. Besar Ruangan Kelas Ruangan kelas yang kecil dibandingkan dengan jumlah siswa dan kebutuhan siswa untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi pengelolaan kelas. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang disbanding dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan memerlukan penanganan tersendiri. 3. Ketersediaan Alat Jumlah buku yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah siswa yang membutuhkannya akan menimbulkan masalah dalam pengelolaan kelas. Berdasarkan uraian di atas, yaitu mengenai faktor guru, siswa, lingkungan keluarga, dan fasilitas merupakan faktor yang senantiasa harus diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam masalah pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam pengelolaan kelas merupakan suatu cara untuk mengkondisikan kelasm sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara optimal.

2.7. Kerangka Berpikir

Masyarakat pada umumnya, siswa dan guru pada khususnya selalu menginginkan hasil belajar yang baik. Namun, untuk mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai prasyarat terjadinya kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Rohani 2004:127 menjelaskan bahwa pengelolaan kelas dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu pengelolaan fisik, pengelolaan sosio-emosional, dan pengelolaan organisasional. Aspek-aspek ini merupakan bagian dari pengelolaan kelas yang saling berkaitan dan perlu dilakukan guru secara merata, menyeluruh, dan terintegrasi. Pengelolaan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Pengelolaan sosio-emosional dalam kelas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar. Siswa sebagai salah satu objek pendidikan di dalam kelas, tidak lepas dari hal-hal yang dapat mempengaruhi belajarnya. Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan dengan baik dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa menyebabkan kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku. Pencapaian aspek-aspek di atas oleh seorang guru diharapkan dapat mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal, menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, dan guru lebih mampu mengelola kelasnya dengan baik sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Kerangka berpikir dalam penelitian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Pengelolaan Fisik X1 Pengelolaan Organisasional X3 a. Ruangan tempat berlangsungnya PBM b. Pengaturan tempat duduk c. Ventilasi dan pengaturan cahaya d. Pengaturan penyimpanan barang-barang a. Pergantian pelajaran b. Guru berhalangan hadir c. Masalah antarsiswa Hasil Belajar kognitif IPS Pengelolaan Kelas Pengelolaan Sosio- Emosional X2 a. Tipe kepemimpinan b. Sikap guru c. Suara guru d. Pembinaan hubungan baik 29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian Arikunto, 2006:130. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 20122013, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Populasi Siswa Kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 20122013 No. Nama Sekolah Jumlah guru IPS Jumlah Siswa Kelas VII 1 SMP PGRI Bergas 1 15 2 SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas 1 25 3 SMP Kanisius Girisonta Bergas 1 57 Jumlah 3 97 Sumber: Data Sekunder 2013

3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto, 2006:131. Teknik sampling yang digunakan untuk memilih sampel adalah teknik total sampling, karena jumlah seluruh guru IPS dan siswa kelas VII di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang adalah 3 guru dan 97 siswa, yang berarti jumlahnya kurang dari 100 orang, maka semuanya dijadikan sebagai sampel. Arikunto 2002:120 menyatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga merupakan sampel populasi atau semua populasi dijadikan sampel.