PENGELOLAAN KELAS GURU IPS DI SMP SWASTA SE KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 2013

(1)

SE-KECAMATAN BERGAS KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2012/2013

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Vita Nandiasari

3201409044

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Jum‟at

Tanggal : 12 Juli 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd. NIP. 19620904 198901 1 001 NIP. 19770708 200604 1 001

Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP: 19620904 198901 1 001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Kamis Tanggal : 25 Juli 2013

Penguji Utama

Drs. Sriyono, M.Si. NIP. 19631217 198803 1 002

Penguji I Penguji II

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd. NIP. 19620904 198901 1 001 NIP. 19770708 200604 1 001

Mengetahui: Dekan,

Dr. Subagyo, M.Pd. NIP: 19510808 1980031 003


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 12 Juli 2013

Vita Nandiasari NIM: 3201409044


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar (HR. Imam Bukhari).

 Kekayaan itu adalah kekayaan hati dan kemiskinan adalah kemiskinan hati (HR. An-Nasai).

PERSEMBAHAN:

1. Ayah dan Ibuku, (Supandi dan Siti Basariah) yang memberikan doa, dukungan dan segalanya

2. Adikku, Sindi Saputra 3. Sahabat-sahabatku “KFC”

4. Seseorang yang selalu memberikan perhatian dan dukungannya

5. Teman-teman Pendidikan Geografi 2009 6. Teman-teman “Al Fath Community”


(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan RahmatNya sehingga skripsi dengan judul ”Pengelolaan Kelas Guru IPS di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Pendidikan. Berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Subagyo M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi FIS UNNES sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi serta memberikan bimbingan dan arahan.

4. Muh. Sholeh, S.Pd., M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

5. Drs. Sriyono, M.Si., Dosen penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

6. Kepala di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian ini.

7. Guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan penelitian.


(7)

vii

8. Siswa-siswi kelas VII di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2012/2013 yang telah membantu dalam penelitian. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas bantuan dan amal baiknya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Juli 2013


(8)

viii SARI

Nandiasari, Vita. 2013. Pengelolaan Kelas Guru IPS Di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013. Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Pembimbing II: Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd. Kata Kunci: Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan kegiatan guru yang meliputi menata lingkungan fisik kelas, mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif dapat menciptakan proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 2) Bagaimana pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 3) Bagaimana pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 97 siswa dan 3 guru. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Variabel penelitian yaitu pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan organisasional. Metode pengumpulan data adalah observasi dan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriptif persentase.

Berdasarkan hasil penelitian, besarnya rata-rata pengeloaan fisik kelas guru IPS adalah 77% termasuk kriteria baik. Besarnya rata-rata pengelolaan sosio-emosional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (87%). Besarnya rata-rata pengelolaan organisasional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (83%). Hal ini disebabkan pada saat sebelum diadakan penelitian, guru belum memaksimalkan pengelolaan kelas (pengelolaan fisik kelas, sosio-emosional dan organisasional) yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan setelah penelitian, guru memahami indikator-indikator apa saja yang menyangkut pengelolaan kelas dan melaksanakannya dengan optimal.

Simpulan dalam penelitian ini adalah pengelolaan kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas sudah sangat baik. Saran bagi kepala sekolah hendaknya dapat memberikan arahan mengenai kemampuan guru IPS dalam mempertahankan pengelolaan kelas. Bagi guru yang memiliki kemampuan pengelolaan kelas yang sangat baik diharapkan dapat mempertahankan kualitasnya dan meningkatkan kemampuannya terhadap pengelolaan kelas. Bagi siswa sebaiknya lebih fokus atau berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas dengan cara aktif bertanya jawab dengan guru.


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

1.5.Penegasan Istilah ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengelolaan Kelas ... 7

2.2. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 9

2.3. Prinsip Pengelolaan Kelas ... 11

2.4. Pendekatan Pengelolaan Kelas ... 12

2.5. Aspek-Aspek Pengelolaan Kelas ... 16

2.5.1. Pengelolaan Fisik ... 16

2.5.2. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 18


(10)

x

2.6. Hambatan Pengelolaan Kelas ... 22

2.7. Kerangka Berpikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Populasi ... 29

3.2.Sampel ... 29

3.3.Variabel Penelitian ... 30

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1. Metode Angket ... 31

3.4.2. Metode Observasi ... 32

3.5.Analisis Instrumen ... 32

3.5.1.Instrumen Angket ... 32

3.5.1.1. Uji Validitas ... 33

3.5.1.2. Uji Realibilitas ... 34

3.5.2.Instrumen Observasi ... 35

3.6.Metode Analisis Data ... 36

3.7.Alur Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ... 41

4.1.1.Deskripsi Umum Daerah Penelitian ... 41

4.1.2. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 41

4.1.3.Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 45

4.1.3.1. Pengelolaan Fisik Kelas ... 45

4.1.3.2. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 50

4.1.3.3. Pengelolaan Organisasional ... 54

4.1.4.Hasil Observasi Kemampuan Guru IPS ... 58

4.1.4.1. Pengelolaan Fisik Kelas ... 58

4.1.4.2. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 59


(11)

xi

4.2.Pembahasan ... 59

4.2.1.Pengelolaan Fisik Kelas ... 59

4.2.2.Pengelolaan Sosio-Emosional ... 61

4.2.3.Pengelolaan Organisasional ... 63

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 66

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Populasi Siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan

Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 ... 29

3.2. Hasil Uji Validitas Angket ... 34

3.3. Tingkat Skor Butir Pertanyaan ... 36

3.4. Kriteria Deskriptif Persentase ... 37

4.1. Profil Guru IPS ... 45

4.2. Pengelolaan Fisik Kelas ... 46

4.3. Ruangan Tempat Berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar ... 47

4.4. Pengaturan Tempat Duduk ... 48

4.5. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya ... 49

4.6. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang ... 50

4.7. Pengelolaan Sosio-Emosional ... 51

4.8. Tipe Kepemimpinan ... 52

4.9. Sikap Guru ... 53

4.10. Suara Guru ... 53

4.11. Pembinaan Hubungan Baik ... 54

4.12.Pengelolaan Organisasional ... 55

4.13. Penggantian Pelajaran ... 56

4.14. Kehadiran Guru ... 56

4.15 Masalah Antarsiswa ... 57


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Berpikir ... 28

3.1. Diagram Alur Penelitian ... 40

4.1. SMP PGRI Bergas ... 42

4.2. SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas ... 43

4.3. SMP Kanisius Girisonta Bergas ... 44

4.4. Kegiatan Belajar Mengajar ... 50


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 72 2. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ... 73 3. Daftar Nama Responden SMP PGRI Bergas ... 74 4. Daftar Nama Responden SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas 75 5. Daftar Nama Responden SMP Kanisius Girisonta Bergas Kelas

VIIA ... 76 6. Daftar Nama Responden SMP Kanisius Girisonta bergas Kelas VIIB

... 77 7. Kisi-Kisi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam

Pengelolaan Kelas ... 78 8. Rubrik Penskoran Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas . 79 9. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan

Kelas ... 82 10. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan

Kelas SMP PGRI Bergas ... 83 11. Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam

Pengelolaan Kelas SMP PGRI Bergas ... 86 12. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan

Kelas SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas ... 88 13. Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam

Pengelolaan Kelas SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas ... 91 14. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan

Kelas SMP Kanisius Girisonta Bergas ... 93 15. Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam

Pengelolaan Kelas SMP Kanisius Girisonta Bergas ... 96 16. Rekapitulasi Rata-Rata Pengelolaan Kelas Guru IPS Di SMP Swasta


(15)

xv

17. Kisi-Kisi Instrumen Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan

Kelas guru IPS ... 99

Lampiran Halaman 18. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Kelas guru IPS ... 100

19. Uji Validitas dan Realibilitas Angket ... 106

20. Data Hasil Penelitian ... 110


(16)

1 1.1.Latar Belakang

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Siswoyo (2008:25) menjelaskan bahwa peranan pendidikan dalam drama kehidupan kemajuan umat manusia semakin penting. Ini berkaitan dengan semakin perlunya bagi manusia pada umumnya dan pendidik khususnya untuk senantiasa mengembangkan pemahaman yang terus mengenal pendidikan.

Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan untuk mengemban fungsi reproduksi, penyadaran, dan mediasi secara simultan. Fungsi-fungsi sekolah itu diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran sebagai inti bisnisnya (Danim, 2008:1).

Pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru atau kompetensi guru sangat menentukan proses pembelajaran di kelas dan pendidikan di sekolah. Kompetensi guru akan menentukan mutu lulusan suatu pendidikan, karena murid belajar langsung dari para guru (Musfah, 2011:60).


(17)

Widodo (2012:67) menyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu dan kualitas serta kuantitas kegiatan belajar mengajar, banyak upaya yang dapat dilakukan guru, seperti keterampilan mengelola kelas. Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah usaha untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik agar tujuan pengajaran tercapai secara optimal. Dengan demikian pengelolaan kelas harus ditangani secara serius karena erat kaitannya dengan keberhasilan belajar mengajar.

Arikunto (1990:195) mengemukakan bahwa pengelolaan kelas adalah menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memaksimalkan pemanfaatan sarana, menjaga keterlibatan siswa dan memberikan layanan agar tercipta situasi kelas yang kondusif untuk terjadinya proses pengajaran yang efektif. Rusydie (2011:24) menjelaskan bahwa manajemen kelas adalah segala usaha yang dilakukan untuk mewujudkan terciptanya suasana belajar-mengajar yang efektif dan menyenangkan, serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan mereka.

Menurut Sardiman (dalam Suryosobroto, 2002:49) kegiatan mengelola kelas menyangkut dua hal. Pertama mengatur tata ruang kelas, misalnya mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, dan yang kedua, menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi, artinya guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didik agar tidak merusak suasana kelas.

Yamin (2009:40) menjelaskan bahwa kelas adalah ruang belajar (lingkungan fisik) dan rombongan belajar (lingkungan emosional). Lingkungan fisik meliputi ruangan, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan saran dan tempat


(18)

pengajaran, ventilasi. Sedangkan sosio emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan yang baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat penting karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi menata lingkungan fisik, mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif dapat menciptakan proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif.

Pembelajaran IPS pada hakikatnya adalah pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan siswa mengenali dan memahami gejala sosial dan kehidupan untuk menghadapi permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh lingkungan. Satu hal yang seharusnya disadari ketika seorang guru mengembangkan pembelajaran IPS adalah IPS lebih dari sekedar kumpulan fakta atau konsep, karena dalam IPS juga terdapat kumpulan proses yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata.

SMP di Kecamatan Bergas terdiri dari satu sekolah negeri yaitu SMP Negeri 1 Bergas dan tiga sekolah swasta yaitu SMP PGRI Bergas, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas, dan SMP Kanisius Girisonta Bergas. Jumlah sekolah swasta lebih banyak daripada sekolah negeri menjadi bukti bahwa pihak swasta turut berperan aktif dalam pembangunan dunia pendidikan di Kecamatan Bergas sehingga pengelolaan kelas, terutama pengelolaan kelas oleh guru IPS menjadi hal yang menarik untuk dijadikan fokus penelitian.


(19)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengambil judul: “Pengelolaan Kelas Guru IPS di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?

2. Bagaimana pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?

3. Bagaimana pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Mengetahui pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.

2. Mengetahui pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.

3. Mengetahui pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.


(20)

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut tentang kemampuan pengelolaan kelas seorang guru, khususnya kemampuan pengelolaan kelas guru IPS.

1.4.2. Manfaat Praktis 1.4.2.1. Bagi kepala sekolah

Memberikan masukan terhadap kemampuan mengelola kelas yang dimiliki oleh seorang guru IPS sehingga lebih ditingkatkan lagi pembinaan serta pengawasan terhadap kinerja guru tersebut.

1.4.2.2. Bagi guru

Memberikan umpan balik terhadap kemampuan mengelola kelas yang dimilikinya agar lebih ditingkatkan lagi kemampuan tersebut untuk proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa.

1.4.2.3. Bagi penulis

Memberikan wawasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, terutama wawasan mengenai pengelolaan kelas.

1.5.Penegasan Istilah

Guna menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah yang terdapat dalam penelitian ini.


(21)

1.5.1. Pengelolaan Kelas

Mulyasa (2008:91) menyatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Pengertian pengelolaan kelas dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan seorang guru IPS berdasarkan pengelolaan fisik, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan organisasional dengan tujuan menciptakan situasi pembelajaran ke arah yang lebih baik.

1.5.3. SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas

SMP Swasta yang terdapat di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang berjumlah tiga sekolah, yaitu SMP PGRI Bergas, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas dan SMP Kansius Girisonta Bergas. Seluruh guru IPS dan siswa kelas VII semester II tahun ajaran 2012/2013 diketiga sekolah tersebut merupakan objek penelitian yang dijadikan populasi. Peneliti hanya mengambil sampel kelas VII karena siswa kelas VII merupakan siswa yang baru lulusan SD, sehingga kemampuan guru dalam pengelolaan kelas sangat penting untuk dioptimalkan demi tercapainya tujuan pembelajaran.


(22)

7 2.1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Arikunto (dalam Mudasir, 2011:15) berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran atau membantu maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat melaksanakan kegiatan belajar seperti diharapkan. Djamarah (2005:173) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.

Pengelolaan kelas yang baik akan memberikan motivasi dan semangat belajar kepada peserta didik, sehingga keinginan peserta didik untuk bermain-main disaat belajar, membolos saat jam belajar, dan melakukan perbuatan yang tidak diharapkan tidak akan terjadi, tentu hal ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Maka, manajemen kelas merupakan persyaratan penting yang menentukan terciptanya pembelajaran yang efektif. Secara logika bahwa manajemen kelas yang efektif adalah suatu segi penting dari proses belajar mengajar (Widayati, 2011:29).

Surjana (2002:67) menyatakan bahwa pengelolaan kelas didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan


(23)

kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan/persiapan mengajar.

Kegiatan pengelolaan kelas merupakan usaha sengaja yang dilakukan (terencana), adanya pengorganisasian alat dan waktu, adanya fungsionalisasi sumber daya kelas yang ada, dan terciptanya efektifitas dan efisiensi belajar untuk mencapai tujuan (Jamil, 2009:51). Pengelolaan kelas atau manajemen kelas (classroom management) merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal (Sugianto, 2008:117).

Mato (2010:12) mengemukakan pengelolaan kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh seorang guru dalam berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan yang kreatif dan terarah.

Berdasarkan uraian di atas, maka konsep dasar pengelolaan kelas sangat perlu dan penting dipahami oleh seorang pendidik karena berperan penting dalam menciptakan suasana kelas yang konduksif. Pengelolaan kelas menjadi sederhana untuk dilakukan apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan guru mengetahui bahwa gaya kepemimpinan situasional sangat bermanfaat bagi guru dalam melakukan tugas mengajarnya.


(24)

2.2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Secara umum, tujuan pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran akan tercapai jika tercapainya tujuan pembelajaran. Karakter kelas yang dihasilkan karena adanya proses pengelolaan kelas yang baik akan memiliki sekurang-kurangnya tiga ciri, yaitu:

1. Speed, artinya anak dapat belajar dalam percepatan proses dan progress sehingga membutuhkan waktu yang relatif singkat.

2. Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi kelas kondusif.

3. Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi (Fathurrohman, 2009:104).

Arikunto (dalam Mudasir, 2011:18) menjelaskan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Rusydie (2011:29) menjelaskan bahwa secara umum, manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan demikian, proses tersebut akan dapat berjalan dengan efektif dan terarah, sehingga cita-cita pendidikan dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.

Djamarah (2005:147-148) berpendapat bahwa semua komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan yang baik untuk anak didik maupun guru, yaitu:


(25)

1. Anak didik

a. Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri. b. Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata

tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.

c. Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan.

2. Guru

a. Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancer dan kecepatan yang tepat.

b. Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik.

c. Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik yang mengganggu.

d. Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam kelas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar, terciptanya suasana


(26)

sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, emosional dan sikap pada siswa.

2.3. Prinsip Pengelolaan Kelas

Usman (2009:97) menjelaskan bahwa dalam melakukan pengelolaan kelas, untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa senang, nyaman dan menantang bagi peserta didik, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal.

2. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

3. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar-mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

4. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif.


(27)

5. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya, didalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.

6. Penanaman disiplin diri

Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu, guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.

Djamarah (dalam Partono, 2009:95) menyatakan bahwa untuk menunjang dalam keberhasilan dalam mengajar, seorang guru juga harus dapat mengelola kelas dengan baik, adapun indikator dalam pengelolaan kelas meliputi: (1) hangat dan antusias, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) keluwesan, dan (5) penekanan pada hal-hal yang positif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua prinsip pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan hal penting bagi guru dalam rangka memperkecil masalah atau gangguan yang dihadapi guru dalam melakukan pengelolaan kelas.

2.4. Pendekatan Pengelolaan Kelas

Terdapat beberapa pendekatan pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah (2005:145), yaitu:


(28)

1. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya.

2. Pendekatan Ancaman

Pendekatan ancaman ini berarti bahwa pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses mengontrol tingkah laku anak didik. Pelaksanaannya dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, mengejek, menyindir dan memaksa. 3. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses membantu anak didik untuk merasa bebas mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semakin mungkin kebebasan anak didik.

4. Pendekatan Resep (Cookbook)

Pendekatan ini dilakukan dengan mendaftar apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk sesuai yang tertulis dalam resep.

5. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan pemecahan diperlukan bila masalah tidak bisa dicegah. Pendekatan ini


(29)

menganjurkan tingkat guru dalam mengajar dapat mencegah atau menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik.

6. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku

Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas disini diartikan sebagai suatu proses mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. 7. Pendekatan Sosioemosional

Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas. Sosioemosional yang positif artinya adanya hubungan positif antara antara guru dengan didik.

8. Pendekatan Proses Kelompok

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses menciptakan kelas sebagai suatu sitem sosial dan proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar pengembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif.

9. Pendekatan Pluralistik

Pengelolaan kelas berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses interaksi edukatif berjalan dengan efektif dan efisien. Disini bebas memilih pendekatan yang sesuai dan dapat dilaksanakan.

Dumiyati (2010:3-5) berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan yang umumnya dilakukan oleh para guru dalam melakukan pengelolaan kelas yaitu:


(30)

1. Behavior - Modification Approach (Behaviorism Approach)

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.

2. Socio – Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik-guru dan atau peserta didik-peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim, sosio-emosional yang baik. 3. Group Process Approach

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua prinsip pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan hal yang penting bagi guru. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan seorang guru dalam rangka memperkecil masalah atau gangguan yang dihadapi dalam melakukan pengelolaan kelas.


(31)

2.5. Aspek-Aspek Pengelolaan Kelas 2.5.1. Pengelolaan Fisik Kelas

Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah lingkungan. Sejak dulu pengaruh lingkungan terhadap pendidikan telah disadari. Sekalipun lingkungan itu mempunyai makna yang luas, tetapi lingkungan fisik menjadi salah satu dari sekian banyak masalah yang berhubungan dengan penciptaan lingkungan yang baik, yang mampu menciptakan suasana kelas yang mampu mendorong siswa belajar dengan baik.

Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan subyek didiknya (siswa). Dengan teknik motivasi yang akurat, guru dapat menciptakan kontribusi iklim kelas yang sehat. Lingkungan ini hendaknya mencerminkan kepribadian guru dan perhatian serta penghargaan atas usaha siswanya. Siswa harus dibuat secara terus menerus memberikan reaksi pada lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Pengelolaan fisik kelas yang menjadi faktor penunjang terciptanya pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas yaitu:

2.5.1.1. Ruangan Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar

Ruangan tempat belajar di kelas harus memungkinkan semua siswa dapat bergerak secara leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara satu siswa dengan siswa yang lainnya pada saat pembelajaran. Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai macam faktor, diantaranya adalah jenis kegiatan dan jumlah siswa. Sebagaimana dinyatakan Rohani (2004:128) bahwa besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal antara lain: (1) jenis


(32)

kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas ataukah bekerja di ruang praktikum dan (2) jumlah siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama secara klasikal atau kelompok.

2.5.1.2. Pengaturan Tempat Duduk

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan tempat duduk adalah memungkinkan terjadinya tatap muka secara tepat, yang artinya guru dapat mengontrol tingkah laku peserta didik pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses belajar mengajar (Rohani, 2004:128).

Djamarah (2005:175) menyatakan bahwa tempat duduk mempengaruhi anak didik dalam belajar. Apabila pengaturan tempat duduk sesuai dengan postur tubuh anak didik, maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang. Apabila pada saat proses pembelajaran akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat duduk sebaiknya berbentuk melingkar. Sedangkan apabila pembelajaran ditempuh dengan metode ceramah, tempat duduk sebaiknya berderet memanjang ke belakang. Selain kedua pengaturan tempat duduk tersebut,, masih ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai kebutuhan guru dalam menyampaikan materi di dalam kelas.

2.5.1.3. Ventilasi Dan Pengaturan Cahaya

Suhu, ventilasi, dan cahaya merupakan salah satu faktor yang perlu menjadi perhatian oleh seorang guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang berlangsung dengan nyaman. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, serta kondisi ventilasi yang mampu


(33)

menghasilkan udara sehat sehingga semua siswa dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung oksigen.

Pengaturan cahaya perlu diperhatikan agar siswa dapat melihat tulisan yang ada di papan tulis maupun pada buku bacaan dengan jelas . Kapur tulis yang digunakan sebaiknya kapur yang bebas dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang tetapi tidak menyilaukan. Hal ini disebabkan agar pada saat siswa menulis atau mengerjakan sesuatu tidak terhalangi oleh bayangan yang dihasilkan apabila cahaya dating dari sebelah kanan.

2.5.1.4. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang

Barang-barang pendukung proses pembelajaran hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai apabila segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti absensi, buku pelajaran, atlas, peta, pedoman kurikulum dan sebagainya hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa.

Yamin (dalam Arpan, 2010:64) mengemukakan bahwa kegiatan mengelola kelas menyangkut kegiatan menata ruang belajar (lingkungan fisik) meliputi: ruangan, keindahan kelas, kebersihan kelas, kerapian kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana dan tempat pengajaran, ventilasi dan jendela. 2.5.2. Pengelolaan Sosio-Emosional

Pengelolaan sosio-emosional dalam kelas yang terjalin dengan baik akan berpengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan dan


(34)

motivasi siswa dalam belajar merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Rohani (2004:130) menyatakan bahwa pengelolaan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan, sikap guru, suara guru, dan pembinaan hubungan baik. Secara lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

2.5.2.1. Tipe Kepemimpinan

Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Apabila guru memiliki tipe kepemimpinan yang otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis tetapi dipihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif.

Tipe kepemimpinan guru yang cenderung laissez-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Apabila guru di dalam kelas, siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan, bukan kegiatan positif yang sifatnya aktif dalam pembelajaran.

Tipe kepemimpinan guru yang paling baik digunakan oleh seorang guru agar dapat mengelola kelas dengan baik adalah tipe kepemimpinan yang bersifat demokratis. Tipe kepemimpinan ini lebih memungkinkan terjadinya jalinan yang hangat antara guru dan siswa dengan dasar saling memahami, mempercayai dan menghargai sehingga sikap ini dapat membantu menciptakan suasana yang menguntungkan antara guru dan siswa dalam terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang optimal dan mencapai tujuan.

2.5.2.2. Sikap Guru

Sikap seorang guru di dalam kelas terhadap siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dan tidak hanya untuk kepentingan dirinya maka akan melakukan


(35)

pengelolaan kelas dengan tepat. Guru tersebut akan menaruh perhatian bagi siswa dan kelasnya. Guru akan melakukan yang terbaik bagi siswa. Dalam mentransfer materi pelajaran pada siswa, guru akan mempelajari dan mengatur kelas sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru akan mencermati kemampuan para siswa satu per satu, sehingga guru mengetahui kemampuan siswa pada tingkatan rendah, sedang atau tinggi. Dengan demikian, guru akan menentukan siswa-siswa yang mana, yang perlu mendapat bimbingan yang banyak guru dapat menentukan metoda mengajar atau media pembelajaran yang harus digunakan.

2.5.2.3. Suara Guru

Suara guru yang terlalu keras ataupun terlalu pelan dapat merubah minat siswa untuk mendengarkan materi yang akan disampaikan. Suara guru ketika kegiatan pembelajaran berlangsung hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya dan terdorong untuk memperhatikan penjelasan guru secara maksimal sehingga kelas berada dalam kondisi yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat terccapai dengan optimal.

2.5.2.4. Pembinaan Hubungan Baik

Terciptanya pembinaan hubungan baik atau komunikasi yang terjalin antara siswa dengan guru diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa seperti perasaan gembira, penuh gairah dan semangat dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya. Komunikasi yang kurang baik dapat mendorong terjadinya berbagai masalah dalam pengelolaan kelas.


(36)

2.5.3. Pengelolaan Organisasional

Rohani (2004:132) menyatakan bahwa kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik ditingkat kelas maupun ditingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka akan menyebabkan tertanam pada diri siswa kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku. Beberapa hal yang menjadi kegiatan organisasi kelas, yaitu:

2.5.3.1. Penggantian Pelajaran

Beberapa mata pelajaran mungkin ada baiknya siswa berada dalam satu ruangan dan guru yang datang. Akan tetapi, untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti belajar di laboratorium, olah raga, dan kesenian, siswa diharuskan untuk berpindah ruangan. Hal semacam ini hendaknya diatur secara tertib dan berada di bawah pengawasan guru.

2.5.3.2. Guru Berhalangan Hadir

Apabila suatu saat guru berhalangan hadir karena ada sesuatu hal, maka siswa sudah tahu cara mengatasinya, yaitu dengan cara melapor kepada guru piket dan guru piketlah yang akan mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan guru tersebut.

2.5.3.3. Masalah Antarsiswa

Apabila terjadi masalah antarsiswa yang tidak dapat diselesaikan oleh mereka, maka ketua harus melapor kepada guru untuk bersama-sama


(37)

memecahkan dan mengatasi masalah tersebut serta mendapatkan petunjuk kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut.

Djamarah (2005:179) mengemukakan untuk melatih dan menciptakan ketertiban kelas, perlu dibentuk organisasi anak didik di kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal melatih dan membina anak didik dalam hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggungjawab atas tugas yang dipercayakan. Organisasi anak didik dapat membantu guru dalam menyediakan sarana pengajaran, seperti menyediakan spidol, alat peraga, buku paket, mengisi presensi siswa atau guru dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua faktor pengelolaan kelas sangat penting dilakukan oleh seorang guru dalam penyediaan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Faktor-faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi guru dalam melakukan pengelolaan kelas.

2.6. Hambatan Pengelolaan Kelas

Rohani (2004:155) menyatakan bahwa hambatan dalam pengelolaan kelas dapat muncul dari berbagai macam hal, yaitu:

2.5.4.1 Faktor Guru

Guru dapat menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Faktor penghambat yang datang dari guru dapat berupa beberapa faktor, yaitu:


(38)

1. Tipe Kepemimpinan Guru

Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap pasif atau agresif siswa. Kedua sikap siswa ini merupakan sumber masalah pengelolaan kelas karena berpengaruh terhadap komunikasi yang terjalin antara guru dengan siswa di kelas. 2. Format Kegiatatan Belajar Mengajar yang Monoton

Format kegiatan belajar mengajar yang monoton menimbulkan kebosanan bagi siswa. Format kegiatan belajar mengajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan siswa bosan, frustasi/kecewa dan hal ini merupakan sumber pelanggaran disiplin.

3. Kepribadian Guru

Seorang guru yang berhasil dituntut untuk bersikap hangat, adil, objektif, dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas.

4. Pengetahuan Guru

Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah dan pendekatan pengelolaan kelas, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis dapat menimbulkan hambatan dalam pengelolaan kelas. Mendiskusikan masalah ini dengan teman sejawat akan membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan mengelola kelas dalam proses belajar mengajar.


(39)

5. Pemahaman Guru tentang Peserta Didik

Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya. Kemungkinan karena tidak mengetahui caranya ataupun karena beban mengajar guru yang di luar batas kemampuannya sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk mengajar.

2.5.4.2. Faktor Siswa

Siswa dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya.

Siswa harus sadar bahwa jika mereka mengganggu temannya yang sedang belajar, berarti ia tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota masyarakat kelas dan tidak menghormati hak siswa lain untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan belajar mengajar. Kurang sadarnya siswa dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat menjadi faktor utama penyebab masalah pengelolaan kelas. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan siswa (dengan penuh kesadaran) akan membawa peserta didik kea rah yang lebih tertib.


(40)

2.5.4.3. Faktor Keluarga

Tingkah laku siswa di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku siswa yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada siswa pengganggu dan pembuat rebut. Mereka itu biasanya berasal dari keluarga yang tidak utuh (broken home).

Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan, ataupun terlalu dikekang merupakan latar belakang yang menyebabkan siswa melanggar disiplin kelas sehingga terlihat jelas bahwa tuntutan di kelas berbeda dengan kondisi keluarga yang menimbulkan kesukaran bagi siswa untuk menyesuaikan diri. Salah penyesuaian (maladjusted) siswa terhadap situasi kelas merupakan masalah dalam pengelolaan kelas. Disinilah pentingnya kerja sama yang seimbang antara sekolah dengan rumah agar terjadi keselarasan antara situasi dan tuntutan di kelas atau sekolah.

2.5.4.4. Faktor Fasilitas

Faktor fasilitas merupakan salah satu penghambat dalam pengelolaan kelas. Faktor tersebut diantaranya yaitu:

1. Jumlah Siswa dalam Kelas

Kelas yang jumlah siswanya banyak merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan kelas. Hal ini karena banyaknya siswa tersebut menyebabkan sulit dikelola oleh guru.


(41)

2. Besar Ruangan Kelas

Ruangan kelas yang kecil dibandingkan dengan jumlah siswa dan kebutuhan siswa untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi pengelolaan kelas. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang disbanding dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan memerlukan penanganan tersendiri.

3. Ketersediaan Alat

Jumlah buku yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah siswa yang membutuhkannya akan menimbulkan masalah dalam pengelolaan kelas.

Berdasarkan uraian di atas, yaitu mengenai faktor guru, siswa, lingkungan keluarga, dan fasilitas merupakan faktor yang senantiasa harus diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam masalah pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam pengelolaan kelas merupakan suatu cara untuk mengkondisikan kelasm sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara optimal.

2.7. Kerangka Berpikir

Masyarakat pada umumnya, siswa dan guru pada khususnya selalu menginginkan hasil belajar yang baik. Namun, untuk mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai prasyarat terjadinya kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Rohani (2004:127) menjelaskan bahwa pengelolaan kelas


(42)

dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu pengelolaan fisik, pengelolaan sosio-emosional, dan pengelolaan organisasional. Aspek-aspek ini merupakan bagian dari pengelolaan kelas yang saling berkaitan dan perlu dilakukan guru secara merata, menyeluruh, dan terintegrasi.

Pengelolaan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.

Pengelolaan sosio-emosional dalam kelas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar. Siswa sebagai salah satu objek pendidikan di dalam kelas, tidak lepas dari hal-hal yang dapat mempengaruhi belajarnya.

Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan dengan baik dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa menyebabkan kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku.

Pencapaian aspek-aspek di atas oleh seorang guru diharapkan dapat mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal, menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, dan guru lebih mampu mengelola kelasnya dengan baik sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Kerangka berpikir dalam penelitian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(43)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Pengelolaan Fisik (X1) Pengelolaan Organisasional (X3)

a. Ruangan tempat berlangsungnya PBM

b. Pengaturan tempat duduk

c. Ventilasi dan pengaturan cahaya d. Pengaturan penyimpanan barang-barang a. Pergantian pelajaran

b. Guru berhalangan hadir

c. Masalah antarsiswa Hasil Belajar kognitif IPS Pengelolaan Kelas Pengelolaan Sosio-Emosional (X2) a. Tipe kepemimpinan b. Sikap guru c. Suara guru d. Pembinaan


(44)

29 3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Populasi Siswa Kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2012/2013

No. Nama Sekolah Jumlah guru IPS Jumlah Siswa Kelas VII

1 SMP PGRI Bergas 1 15

2 SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas

1 25

3 SMP Kanisius Girisonta Bergas

1 57

Jumlah 3 97

Sumber: Data Sekunder 2013

3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Teknik sampling yang digunakan untuk memilih sampel adalah teknik total sampling, karena jumlah seluruh guru IPS dan siswa kelas VII di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang adalah 3 guru dan 97 siswa, yang berarti jumlahnya kurang dari 100 orang, maka semuanya dijadikan sebagai sampel. Arikunto (2002:120) menyatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga merupakan sampel populasi atau semua populasi dijadikan sampel.


(45)

3.3. Variabel Penelitian

Arikunto (2006:118) mengemukakan bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadikan titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah pengelolaan kelas yang terdiri dari sub variabel yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan organisasional.

Definisi operasional dari masing-masing sub variabel dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Pengelolaan Fisik Kelas Indikator:

a. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar b. Pengaturan tempat duduk

c. Ventilasi dan pengaturan cahaya

d. Pengaturan penyimpanan barang-barang 2. Pengelolaan Sosio-Emosional

Indikator:

a. Tipe kepemimpinan b. Sikap guru

c. Suara guru

d. Pembinaan hubungan baik 3. Pengelolaan Organisasional

Indikator:


(46)

b. Guru berhalangan hadir c. Masalah antarsiswa

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Metode angket/kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:151). Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pengelolaan kelas (pengelolaan fisik, sosio-emosional dan organisasional) yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 yang diperoleh dengan menggunakan lembar angket. Lembar angket yang digunakan adalah jenis angket yang tertutup (close from questioner), yaitu angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban yang lengkap, sehingga pengisi atau responden hanya memberikan jawaban silang pada jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor untuk angket adalah:

a. Skor 4 untuk jawaban a b. Skor 3 untuk jawaban b c. Skor 2 untuk jawaban c d. Skor 1 untuk jawaban d


(47)

3.4.2. Metode observasi/pengamatan

Arikunto (2006:156) menjelaskan bahwa di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Metode observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan guru IPS kelas VII dalam melakukan pengelolaan kelas (pengelolaan fisik, sosio-emosional dan organisasional). Metode ini dilakukan dengan cara menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh seorang observer (peneliti) yang duduk di belakang kelas dan terus mengamati jalannya pembelajaran selama tiga kali pertemuan. Observer mengamati jalannya pembelajaran dengan Standar Kompetensi: Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa dengan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa.

3.5. Analisis Instrumen

3.5.1. Instrumen Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Kelas Guru IPS

Instrumen angket yang telah disusun kemudian diuji coba kepada sejumlah sampel diluar sampel penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui mutu angket yang dibuat. Sasaran uji coba instrument angket ini adalah siswa kelas VIII SMP PGRI Bergas. Analisis instrumen angket ini meliputi uji validitas dan reliabilitas angket.


(48)

3.5.1.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Sebelum angket yang sesungguhnya disebar, terlebih dahulu perlu dilakukan uji coba instrumen pada beberapa responden sebagai sampel. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan butir pernyataan yang tidak relevan, mengevaluasi apakah pertanyaan yang diajukan dalam angket mudah dimengerti oleh responden atau tidak, dan untuk mengetahui lamanya pengisian angket. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment-Pearson (Arikunto, 2002:72) sebagai berikut.

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi X : skor butir soal Y : skor total N : jumlah subyek

Hasil perhitungan rxy dihitung kemudian dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5%. Jika didapatkan harga rxy > rtabel, maka butir instrument dapat dikatakan valid, akan tetapi jika harga rxy < rtabel, maka dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak valid. Hasil uji validitas Angket Tanggapan Siswa tentang Pengelolaan Kelas dapat dilihat pada Tabel 3.2.


(49)

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Angket Tanggapan Siswa tentang Pengelolaan Kelas Guru IPS

No Item Soal r xy r tabel Kriteria No Item Soal r xy r tabel Kriteria

1 Item 1 0.481 0.367 Valid 16 Item 16 0.608 0.367 Valid

2 Item 2 0.455 0.367 Valid 17 Item 17 0.570 0.367 Valid

3 Item 3 0.452 0.367 Valid 18 Item 18 0.671 0.367 Valid

4 Item 4 0.459 0.367 Valid 19 Item 19 0.305 0.367 TIDAK

5 Item 5 0.541 0.367 Valid 20 Item 20 0.565 0.367 Valid

6 Item 6 0.270 0.367 TIDAK 21 Item 21 0.564 0.367 Valid

7 Item 7 0.712 0.367 Valid 22 Item 22 0.637 0.367 Valid

8 Item 8 0.814 0.367 Valid 23 Item 23 0.525 0.367 Valid

9 Item 9 0.712 0.367 Valid 24 Item 24 0.340 0.367 TIDAK

10 Item 10 0.537 0.367 Valid 25 Item 25 0.676 0.367 Valid

11 Item 11 0.245 0.367 TIDAK 26 Item 26 0.436 0.367 Valid

12 Item 12 0.504 0.367 Valid 27 Item 27 0.489 0.367 Valid

13 Item 13 0.418 0.367 Valid 28 Item 28 0.375 0.367 Valid

14 Item 14 0.580 0.367 Valid 29 Item 29 0.336 0.367 TIDAK

15 Item 15 0.536 0.367 Valid 30 Item 30 0.475 0.367 Valid

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen tanggapan siswa tentang pengelolaan kelas guru IPS pada Tabel 3.2 diketahui bahwa dari 30 item pertanyaan yang telah diujicobakan pada 29 siswa dan dianalisis menggunakan kevaliditasan, 25 pertanyaan diantaranya termasuk dalam kriteria valid karena pertanyaan tersebut mempunyai rxy lebih besar dari rtabel sedangkan 5 pertanyaan lainnya tidak valid karena rxy lebih kecil dari rtabel. Butir item yang tidak valid kemudian dihapus dan tidak digunakan dalam penelitian.

3.5.1.2. Uji Realibilitas

Realibilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Pengukuran realibilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2006:196), yaitu:


(50)

Keterangan:

: reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ : jumlah varians butir

: varians total

Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel r product moment dengan taraf signifikan 5%, dimana suatu instrumen dikatakan reliabel apabila harga r11 lebih besar dari rtabel.

Hasil perhitungan reliabilitas (Lampiran 19) dari 29 responden diperoleh nilai r11 = 0,90 sedangkan rtabel = 0,367. Karena r11 > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian reliabel, sehingga angket tersebut dapat digunakan sebagai alat penelitian.

3.5.2. Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS dalam Pengelolaan Kelas Untuk menganalisis instrumen kemampuan guru dalam pengelolaan kelas dilakukan analisis instrumen lembar observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas dengan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam menganalisis instrumen lembar observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas ini dilakukan uji validitas instrumen.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Pengujian validitas instrumen lembar observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan


(51)

kelas ini menggunakan pengujian validitas konstruk. Untuk menguji validitas konstruk, dalam penelitian ini digunakan pendapat ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2008:352). Dalam penelitian ini ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing skripsi. Instrumen lembar observasi yang telah dikonsultasikan dan disetujui oleh para ahli tersebut dapat dikatakan valid.

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengelolaan kelas guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 yaitu deskriptif persentase.

Analisis deskriptif persentase adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing sub variabel terhadap hasil belajar IPS kelas VII di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013. Langkah-langkah analisis data deskriptif persentase adalah:

a. Mengkuantitatifkan jawaban butir pertanyaan dengan memberikan tingkat-tingkat skor untuk masing-masing jawaban yaitu:

Tabel 3.3. Tingkat Skor Butir Pertanyaan

No. Pilihan Skor

1. A 4

2. B 3

3. C 2

4. D 1


(52)

Sumber: Analisis Data Tahun 2013

b. Mendeskripsikan Sub Variabel yang ada dalam penelitian dengan cara sebagai berikut.

1) Menentukan jumlah item soal variabel.

2) Menghitung skor maksimal, dengan menggunakan rumus: Skor maksimal = ∑ item soal x skor tertinggi

3) Menghitung skor minimal dengan menggunakan rumus: Skor minimal = ∑ item soal variabel x skor tertinggi 4) Menentukan range dengan rumus:

Range = skor maksimal – skor minimal 5) Menentukan interval dengan rumus:

Interval =

6) Membuat kriteria

Kriteria dibagi menjadi empat, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Kriteria penilaian variabel pengelolaan kelas diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut.

Skor maksimal : 100% Skor minimal : 20%

Range : 100% - 20% = 80%

Interval : 80% : 4 = 20% Tabel 3.4. Kriteria Deskripsi Persentase

No. Interval Persentase Kriteria Persentase

1 81% - 100% Sangat Baik

2 61% - 80% Baik

3 41% - 60% Cukup Baik


(53)

7) Menghitung frekuensi untuk tiap kriteria

8) Jumlah yang diperoleh kemudian dipersentasekan dengan rumus:

Keterangan:

p = angka persentase

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = (Numb of Cases) jumlah frekuensi/banyaknya individu

9) Mendeskripsikan hasil persentase yang diperoleh kemudian ditarik kesimpulan.

3.7. Alur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa langkah. Adapun langkah-langkahnya adalah:

3.8.1. Pra Lapangan

Tahap ini ada beberapa langkah yang ditempuh yakni yang pertama adalah penentuan lokasi penelitian, dan observasi lapangan. Langkah selanjutnya adalah penentuan populasi dan sampel sebelum menyusun rancangan penelitian yang dalam hal ini adalah pembuatan proposal penelitian yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Berikutnya adalah pembuatan surat ijin penelitian dan penyusunan perlengkapan penelitian, yakni instrumen penelitian seperti lembar observasi dan lembar angket.


(54)

3.8.2. Lapangan

Pada tahap lapangan ini, yang pertama adalah uji coba instrumen yang meliputi uji coba angket kepada subjek yang bukan populasi penelitian, dalam hal ini subjek adalah dari siswa kelas VIII dari salah satu sekolah yang diambil secara acak, yaitu SMP PGRI Bergas.

Langkah selanjutnya peneliti memberikan perlakuan yang sama antara SMP PGRI Bergas, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas dan SMP Kanisius Girisonta Bergas yaitu guru melaksanakan proses pembelajaran seperti biasa dengan observer berada di belakang untuk mengobservasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan organisasional. Hal ini dilakukan selama tiga kali pertemuan pada materi dengan Standar Kompetensi: Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa dengan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa.

Pada pertemuan terakhir, siswa diberikan lembar angket untuk mengetahui pengelolaan kelas yang telah dilakukan oleh guru IPS pada pelaksanaan pembelajaran.

3.8.3. Pasca Lapangan

Tahap pasca lapangan ini data yang telah diperoleh di lapangan kemudian dianalisis dan selanjutnya hasil data-data tersebut disajikan dalam bentuk laporan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(55)

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian Lapangan

Uji coba instrumen Penentuan lokasi

penelitian

Observasi lapangan

Penyusunan rancangan penelitian

Pembuatan surat ijin

Penyusunan perlengkapan penelitian Penentuan populasi

dan sampel

Angket

Melakukan observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas (pengelolaaan fisik kelas, sosio-emosional dan organisasional) selama proses pembelajaran

Pasca Lapangan

Analisis dan Pengujian Hipotesis

SMP IT Cahaya Ummat Bergas SMP Kanisius Girisonta Bergas SMP PGRI Bergas


(56)

41 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Bergas adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini terdiri dari 12 desa yaitu desa Gebugan, Munding, Wujil, Pagersari, Bergas Kidul, Bergas Lor, Karangjati, Diwak, Jatijajar, Ngempon, Wringinputih dan Gondoriyo. Lebih jelasnya tentang lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Batas-batas Kecamatan Bergas secara adminstratif yaitu: Sebelah Utara : Kecamatan Ungaran Timur

Sebelah Timur : Kecamatan Pringapus Sebelah Barat : Kecamatan Bandungan Sebelah Selatan : Kecamatan Bawen

4.1.2. Deskripsi Umum Objek Penelitian

SMP di Kecamatan Bergas terdiri dari satu sekolah negeri dan tiga sekolah swasta. Jumlah sekolah swasta lebih banyak daripada sekolah negeri menjadi bukti bahwa pihak swasta turut berperan aktif dalam pembangunan dunia pendidikan di Kecamatan Bergas. Ketiga SMP Swasta yang menjadi objek penelitian ini adalah:


(57)

Sumber: Dokumentasi Peneliti a. SMP PGRI Bergas

Letak astronomis : 7°10‟42” LS, 110°25‟36” BT

Alamat Sekolah : Jl. PTP-Ngobo, Bergas, Kab. Semarang Telepon : (0298) 525083

Akreditasi : B

Visi: Membentuk siswa yang bertaqwa, berbudi, berdisiplin, trampil dan berprestasi.

Misi:

1. Membiasakan siswa taat beribadah menurut kepercayaan masing-masing. 2. Membiasakan siswa berbakti pada orang tua, masyarakat, dan negara. 3. Membiasakan siswa memiliki kepribadian yang baik.

4. Membiasakan ketertiban di sekolah, rumah dan masyarakat. 5. Mengusahakan lingkungan belajar yang kondusif.

6. Meningkatkan prestasi siswa dalam berbagai disiplin ilmu.


(58)

Sumber: Dokumentasi Peneliti b. SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas Letak astronomis : 7°12‟40” LS, 110°25‟40” BT

Alamat Sekolah : Jl. Kalinjaro Karangjati Bergas, Kab. Semarang Telepon : (024) 70771295

Akreditasi : B

Visi: Menjadi lembaga pendidikan Islam yang efektif, modern, dan berkualitas dalam rangka melahirkan generasi muslim yang kokoh dalam ilmu, iman dan amal

Misi:

1. Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan Islami. 2. Mengembangkan model pembelajaran yang kondusif dan efektif.

3. Menerapkan sistem pendidikan Islam terpadu dalam rangka membentuk kepribadian peserta didik agar cerdas, intelektual, emosional, dan spiritual. 4. Mengoptimalkan peran serta orang tua, masyarakat dan pemerintah.

5. Menjadi sekolah rujukan bagi sekolah negeri maupun swasta di Kabupaten Semarang dan sekitarnya.


(59)

Sumber: Dokumentasi Peneliti c. SMP Kanisius Girisonta Bergas

Letak astronomis : 7°10‟25” LS, 110°27‟15” BT

Alamat Sekolah : Jl. Soekarno-Hatta, Karangjati, Kab. Semarang Telepon : (0298) 522479

Akreditasi : B

Visi: Sebagai agen perubahan sosial sekaligus tempat yang baik bagi munculnya pelaku perubahan-perubahan sosial.

Misi:

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga warga sekolah berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2. Mengembangkan kreatifitas seluruh warga sekolah.

3. Meningkatkan kedisiplinan warga sekolah di semua bidang. 4. Mengembangkan sikap bertanggung jawab.

5. Menerapkan management partisipasif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dengan penuh kekeluargaan.


(60)

Dari ketiga sekolah tersebut diperoleh jumlah keseluruhan guru yang mengampu mata pelajaran IPS yaitu terdapat tiga orang. Profil guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Profil Guru IPS

No. Asal Sekolah Nama Guru Umur Lama

Mengajar

Pendidikan Terakhir 1 SMP PGRI

Bergas

Vita Millia, S.Pd. 31 tahun 5 tahun S1 Pendidikan Akuntansi 2 SMP Islam

Terpadu Cahaya Ummat Bergas

Kusdarti, S.Pd, Ek.

51 tahun 31 tahun S1 Pendidikan Ekonomi 3 SMP Kanisius

Girisonta Bergas

Christiana Hermiyati, S.Pd.

57 tahun 37 tahun S1 Bahasa Sastra Indonesia Sumber: Data Primer Tahun 2013

4.1.3. Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Guru IPS

Deskripsi variabel penelitian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian yang tersaji untuk masing-masing sub variabel penelitian dan setiap indikator sub variabel penelitian.

4.1.3.1. Pengelolaan Fisik Kelas

Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran (Rohani, 2004:127).

Kemampuan guru dalam mengelola kondisi fisik kelas merupakan salah satu cara untuk mengkondisikan kelas, sehingga proses pembelajaran dapat


(61)

Rata-Rata Klasikal berjalan secara optimal. Kondisi fisik kelas berpengaruh langsung terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas.

Tabel 4.2. Pengelolaan Fisik Kelas

Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase

32,6 - 40,0 Sangat Baik 26 27%

72%

25,1 - 32,5 Baik 46 47%

17,6 - 25,0 Cukup Baik 23 24%

10,0 - 17,5 Kurang Baik 2 2%

Jumlah 97 100% Baik

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013

Hasil penelitian pada Tabel 4.2 tentang pengelolaan fisik kelas yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 diketahui bahwa dari 97 siswa, sebanyak 26 siswa atau 27% menilai sangat baik, 46 siswa atau 47% baik, 23 siswa atau 24% cukup baik, dan 2 siswa atau 2% kurang baik. Rata-rata klasikal yang diperoleh sebesar 72%, sehingga termasuk dalam kategori baik.

Mengenai variabel pengelolaan fisik kelas untuk lebih detailnya dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap sub variabel pengelolaan fisik kelas sebagai berikut. a. Ruangan Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar

Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal, diantaranya: jenis kegiatan dan jumlah siswa. Sebagaimana dinyatakan Rohani (2004:128) bahwa besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal antara lain: (1) jenis kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas ataukah bekerja di ruang praktikum


(62)

dan (2) jumlah siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama secara klasikal atau kelompok.

Ruangan tempat berlangsungnya pembelajaran berpengaruh terhadap proses belajar siswa di dalam kelas. Seorang guru yang kurang atau bahkan tidak memperhatikan ruangan di dalam kelas, misalnya acuh tak acuh terhadap ruangan yang terlalu sempit, tempat duduk siswa berdesak-desakan, siswa merasa tidak nyaman, tidak memperhatikan kepentingan dan kebutuhan siswa di dalam ruangan dapat menyebabkan kendala siswa dalam belajarnya.

Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 4.3. mengenai kemampuan guru IPS di SMP Swasta se Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 dalam mengatur ruangan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, diketahui dari 97 siswa, sebanyak 52 siswa menilai sangat baik (54%), 24 siswa baik (25%), 17 siswa cukup baik (18%), dan 4 siswa (4%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 78%, sehingga kemampuan guru dalam mengelola ruangan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar termasuk dalam kategori baik.

Tabel 4.3. Ruangan Tempat Berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase

9,76 - 12,00 Sangat Baik 52 54%

78%

7,51 - 9,75 Baik 24 25%

5,26 - 7,50 Cukup Baik 17 18%

3,00 - 5,25 Kurang Baik 4 4%

Jumlah 97 100% Baik


(63)

b. Pengaturan Tempat Duduk

Djamarah (2005:175) menyatakan bahwa tempat duduk mempengaruhi anak didik dalam belajar. Bila tempat duduk bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, tidak berat, bundar, persegi empat panjang dan sesuai dengan postur tubuh anak didik, maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang. Tempat duduk dapat mempengaruhi siswa dalam belajar. Apabila tempat duduknya baik, formasinya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang sedang ditempuh maka siswa dapat belajar dengan tenang dan nyaman.

Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 4.4 mengenai pengaturan tempat duduk yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas, diketahui sebanyak 46 siswa atau 47% menilai sangat baik, 35 siswa atau 36% baik, 10 siswa atau 10% cukup baik, dan 6 siswa atau 6% kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 82%, sehingga mengenai pengaturan tempat duduk yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria sangat baik.

Tabel 4.4. Pengaturan Tempat Duduk

Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase

6,6 - 8,0 Sangat Baik 46 47%

82%

5,1 - 6,5 Baik 35 36%

3,6 -5,0 Cukup Baik 10 10%

2,0 - 3,5 Kurang Baik 6 6%

Jumlah 97 100% Sangat Baik

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 c. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya

Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam mengelola kelas adalah memperhatikan sirkulasi udara atau ventilasi dalam kelas. Hal ini


(64)

bertujuan untuk menjaga situasi belajar yang kondusif. Apabila kondisi kelas memiliki ventilasi yang baik, maka kesegaran dalam kelas tersebut akan terjaga dengan baik pula. Sedangkan apabila kondisi ventilasi udara dalam kelas itu buruk, maka kelas menjadi sumpek dan kurang kondusif.

Berdasarkan Tabel 4.5. tentang ventilasi dan pengaturan cahaya yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas diketahui sebanyak 27 siswa (28%) menilai sangat baik, 40 siswa (41%) baik, 23 siswa (24%) cukup baik, dan 7 siswa (7%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 70%, sehingga ventilasi dan pengaturan cahaya yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria baik.

Tabel 4.5. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya

Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 9,76 - 12,00 Sangat Baik 27 28%

70%

7,51 - 9,75 Baik 40 41%

5,26 - 7,50 Cukup Baik 23 24%

3,00 - 5,25 Kurang Baik 7 7%

Jumlah 97 100% Baik

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 d. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang

Pengaturan penyimpanan barang-barang merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh seorang guru. Hal ini menjadi penting karena pengaturan penyimpanan barang-barang mempunyai peran dalam kemajuan belajar anak didik. Peran tersebut antara lain mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar yang terjadi dalam kelas.

Berdasarkan hasil angket (Tabel 4.6) tentang pengaturan penyimpanan barang-barang yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan


(65)

Bergas diketahui bahwa sebanyak 16 siswa (16%) menilai sangat baik, 14 siswa (14%) baik, 37 siswa (38%) cukup baik, dan 30 siswa (31%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 57%, maka pengaturan penyimpanan barang-barang yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas termasuk kriteria cukup baik.

Tabel 4.6. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang

Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 6,6 - 8,0 Sangat Baik 16 16%

57%

5,1 - 6,5 Baik 14 14%

3,6 -5,0 Cukup Baik 37 38%

2,0 - 3,5 Kurang Baik 30 31%

Jumlah 97 100% Cukup Baik

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 4.1.3.2. Pengelolaan Sosio-Emosional

Rohani (2004:130) menyatakan bahwa suasana sosio-emosional dalam kelas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Pengelolaan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan, sikap guru, suara guru, dan pembinaan hubungan baik.

Sumber: Dokumentasi Peneliti


(66)

Berdasarkan Tabel 4.7. tentang pengelolaan sosio-emosional menunjukkan sebanyak 34 siswa (35%) menilai sangat baik, 42 siswa (43%) baik, 19 siswa (19%) cukup baik, dan 2 siswa (2%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 76%, sehingga pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria baik.

Tabel 4.7. Pengelolaan Sosio-Emosional

Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 32,6 - 40,0 Sangat Baik 34 35%

76%

25,1 - 32,5 Baik 42 43%

17,6 - 25,0 Cukup Baik 19 20% 10,0 - 17,5 Kurang Baik 2 2%

Jumlah 97 100% Baik

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013

Mengenai variabel pengelolaan sosio-emosional untuk lebih detailnya dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap sub variabel pengelolaan sosio-emosional sebagai berikut.

a. Tipe kepemimpinan

Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan otoriter menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis tetapi dipihak lain juga menumbuhkan sikap yang agresif. Tipe kepemimpinan yang cenderung laissez-faire biasanya tidak produktif .Tipe kepemimpinan guru yang demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang optimal.


(67)

Berdasarkan Tabel 4.8. tentang tipe kepemimpinan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas menunjukkan bahwa dari jumlah 97 siswa, sebanyak 40 siswa atau 41% menilai sangat baik, 38 siswa atau 39% menilai baik, 16 siswa atau 16% cukup baik, dan 3 siswa 3% kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 76%, sehingga tipe kepemimpinan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria baik.

Tabel 4.8. Tipe Kepemimpinan

Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 9,76 - 12,00 Sangat Baik 40 41%

76%

7,51 - 9,75 Baik 38 39%

5,26 - 7,50 Cukup Baik 16 16%

3,00 - 5,25 Kurang Baik 3 3%

Jumlah 97 100% Baik

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 b. Sikap Guru

Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah adalah tetap sabar dan bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa dapat diperbaiki. Guru hendaknya bersikap adil dalam bertindak dan menciptakan suatu kondisi yang menyebabkan siswa sadar terhadap kesalahannya dan ada dorongan untuk memperbaikinya.

Berdasarkan Tabel 4.9 tentang sikap guru diketahui sebanyak 51 siswa (53%) menilai sangat baik, 22 siswa (23%) baik, 21 siswa (22%) cukup baik, dan 3 siswa (3%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 77%, maka sikap guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria baik.


(68)

Tabel 4.9. Sikap Guru

Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 9,76 - 12,00 Sangat Baik 51 53%

77%

7,51 - 9,75 Baik 22 23%

5,26 - 7,50 Cukup Baik 21 22%

3,00 - 5,25 Kurang Baik 3 3%

Jumlah 97 100% Baik

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 c. Suara guru

Suara guru mempunyai pengaruh dalam proses belajar mengajar. Suara guru harus bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya dan terdorong untuk memperhatikan penjelasan guru secara maksimal. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.10. mengenai suara guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang diketahui bahwa sebanyak 28 siswa (29%) menilai sangat baik, 26 siswa (27%) baik, 39 siswa (40%) cukup baik, dan 4 siswa (4%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 75%, sehingga termasuk dalam kriteria baik.

Tabel 4.10. Suara Guru

Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase

6,6 - 8,0 Sangat Baik 28 29%

75%

5,1 - 6,5 Baik 26 27%

3,6 -5,0 Cukup Baik 39 40%

2,0 - 3,5 Kurang Baik 4 4%

Jumlah 97 100% Baik

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 d. Pembinaan Hubungan Baik

Terciptanya pembinaan hubungan baik antara siswa dengan guru diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa seperti perasaan


(69)

gembira, penuh gairah dan semangat dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.11. mengenai pembinaan hubungan baik yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas diketahui sebanyak 52 siswa (54%) menilai sangat baik, 21 siswa (22%) baik, 21 siswa (22%) cukup baik dan 3 siswa (3%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh yaitu 83%, sehingga termasuk dalam kriteria sangat baik.

Tabel 4.11. Pembinaan Hubungan Baik

Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase

6,6 - 8,0 Sangat Baik 52 54%

83%

5,1 - 6,5 Baik 21 22%

3,6 -5,0 Cukup Baik 21 22%

2,0 - 3,5 Kurang Baik 3 3%

Jumlah 97 100% Sangat Baik

Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 4.1.3.3. Pengelolaan Organisasional

Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik ditingkat kelas maupun ditingkat sekolah dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka menyebabkan tertanam pada diri siswa kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku (Rohani, 2004:132).

Berdasarkan Tabel 4.12. tentang pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-Kecamatan Bergas menunjukkan bahwa dari 97 siswa, sebanyak 23 siswa (24%) menilai sangat baik, 55 siswa (57%) baik, 13 siswa (13%) cukup baik, dan 6 siswa (6%) kurang baik. Rata-rata yang


(1)

Sumber: Data Analisis Penelitian Tahun 2013


(2)

116

Lampiran 21


(3)

(4)

(5)

(6)