Bentuk RTH Kota Penilaian Masyarakat Terhadap RTH Kota 1. Fungsi RTH Kota

91 c Dari segi kesejarahan kota diketahui bahwa RTH pertamanan di kota penelitian Bogor, lebih ditekankan pada aspekfungsi arsitektural pada rencana awal pembangunannya Rachmawaty 1995; Widjaja 1993. Tata ruang kota yang relatif sulit untuk diubah dan diperluas, yang disebabkan karena struktur, konfigurasi dan karakter alami kota yang kuat dan juga karena keterbatasan luas lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan, menyebabkan pengembangan fungsi ekonomi secara langsung dari RTH kota ini relatif kurang dikembangkan Gambar 28. Alternatif untuk pengembangan fungsi ekonomi jasa RTH

5.3.2. Bentuk RTH Kota

Bentuk suatu RTH merupakan aspek utama dari design rancangan yang berperan dalam penataan ruang kota. Setiap RTH memiliki bentuk atau struktur fisik tertentu yang merupakan gambaran dari fungsinya Forman dan Godron 1986; Lyle 1981; Tim IPB 1993. Hasil korelasi, pada Tabel 10, memperlihatkan bahwa responden juga tidak dapat membedakan antar bentuk RTH yang diteliti. Tabel 10. Korelasi antar peubah bentuk RTH kota. Bentuk RTH 1. Mengelompok 2. Jalur a. Kawa- san b. Sim- pul a. Jalur hijau jalan raya b. Jalur hijau lintas k.a c. Jalur hijau tepi sungai d. Jalur hijau tepi kota 1. Mengelompok a. Kawasan 1.000 b. Simpul 0.921 1.000 2. Jalur Wisata menikmati pohon-pohon tua Colonial heritage tourism 92 a. Jalur hijau jalan raya 0.888 0.932 1.000 b. Jalur hijau lintas kereta 0.815 0.870 0.883 1.000 c. Jalur hijau tepi sungai 0.836 0.885 0.900 0.876 1.000 d. Jalur hijau tepi kota 0.831 0.866 0.873 0.894 0.899 1.000 Keterangan: Korelasi Spearman, rho coefficient Umumnya responden melihat RTH hanya sebagai suatu kumpulan tanam- antumbuhanvegetasi yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan outdoornya, tetapi tidak atau belum dapat memilahkannya berdasarkan kepentingan dari bentukrancangan utamanya. Seperti yang juga terjadi pada penilaian terhadap fungsi-fungsi RTH, diduga bahwa pengetahuan dan informasi serta persepsi mengenai bentuk RTH kota yang sifatnya sangat umum tidak spesifik merupa- kan penyebabnya. Beberapa kemungkinan lain terjadinya hal ini yaitu karena RTH kota penelitian sudah membentuk satu bentukan RTH yang berfungsi ganda karena sudah dibangun berpuluh tahun yang lalu, yaitu sejak berdirinya kebun raya atau kota tropikal Buitenzorg sehingga mereka sulit atau tidak dapat me- milah bentukan spesifik atau bentukan fungsionalnya, serta juga karena belum banyak diketahui bentukrancangandesign RTH yang dapat mengakomodasi fungsi-fungsi lingkungan tertentu. Bila diketahui bahwa fungsi dan bentuk serta lokasi saling mempengaruhi contoh pada Gambar 29 maka ketidak-tahuan ini – terutama terhadap bentuk fungsional RTH – akan membuat: 93 Gambar 29. Contoh bentuk fungsional RTH a hasil maksimum terhadap perbaikan kapasitas dan kualitas lingkungan yang diinginkan dari keberadaan RTH dalam kota kurang dapat diwu- judkan b bentukrancangan RTH yang tidak mendukung kondisi ekologis kota yaitu bentuk rancangan yang mendukung dan memudahkan adaptasi manusia untuk hidup dengan nyaman dalam wilayah perkotaan yang disebabkan karena rancangan RTH tidak sesuai dengan lokasi, fungsi yang diinginkan serta tata ruang dan keindahan kota c tidak tercapainya nilai estetika dan arsitektur kota yang merupakan nilai tambah dari penataan ruang-ruang dan arsitektur kota. Hal ini juga diduga merupakan salah satu penyebab akan kurangnya per- hatian masyarakat terhadap program penghijauan fungsional kota dan pelesta- rian lingkungan alami perkotaan. Untuk meningkatkan kepedulian ini, disarankan pada lembaga yang terkait dengan lingkungan, baik pemerintah daerah, swasta, untuk lebih giat dalam mensosialisasikan aspek teknis yang terkait dengan ben- tuk dan rancangan fungsional dari RTH ini, dan bukan hanya pada pengenalan jenis-jenis pohon. Selain mendapatkan rancangan yang sesuai, efisiensi lahan pada pusat atau kawasan-kawasan bernilai ekonomi tinggi dalam kota yang cenderung mahal dapat dilakukan

5.3.3. Hubungan Fungsi dan Bentuk RTH Kota