18
Gambar 3. Oportunitas tata ruang kota Dalam kaitannya dengan bentukan sumberdaya alam dan jasa ling-
kungan, maka amenity rent dan institutional rent serta beberapa rents dan biaya-biaya lain yang “melekat” dengan sifat dan karakter sumberdaya ini
perlu diketahui untuk kelangsungan ketersediaan suplainya Dicken dan Lloyd 1990.
c. Ruang dalam pengertian ekologis
Ruang yang habitable, dalam pengertian aman, nyaman, dan memu- askan, antara berbagai mahkluk yang menghuni dengan elemen pem-
bentuk ruangnya merupakan ruang dalam pengertian ekologis Forman dan Godron 1986, Mc Harg 1995, Simonds 1983, Tuan 1977. Kehilangan
atau gangguan pada elemen danatau unsur pembentuknya akan menye- babkan perubahan bentuk dan ukuran ruang, secara kuantitas dan kualitas,
dapat mengubah stabilitas dan keragaman jenis yang telah dimiliki oleh ruang atau habitat ini.
Teori mengenai island biogeography yang dikenalkani oleh Charles Darwin merupakan salah satu teori yang dapat digunakan dalam meng-
analisis aspek keruangan secara ekologis karena ekosistem, spesies, dan individu biota yang beranekaragam menghuni permukaan bumi dengan
pola persebaran tertentu Forman dan Godron 1986. Dari penemuannya, diketahui bahwa 1 luas pulau, 2 derajat keterisolasian, dan 3 umur
geologis, mempengaruhi keragaman spesies di satu lokasi. Secara diag- ramatis, bentuk ruang berdimensi ekologis dapat dilihat pada Gambar 4.
1. Center of the city
2. Commercial 3.
Industrial 4.
Residential 5.
Agricultural
19
Gambar 4. Ukuran dan bentuk ruang ekologis Sumber: Forman dan Godron 1986
d. Ruang dalam pengertian arsitektural
Catanese 1992 mengemukakan bahwa dalam membuat rencana ruang suatu kota tidak hanya memperhatikan fungsinya saja tetapi juga
keindahan yang dihasilkannya. Keindahan ruang ini dapat terjadi secara alami dan dapat juga dibuat oleh manusia Tuan 1977. Keindahan juga
dimiliki oleh sumberdaya alam di wilayah kota seperti bangun arsitektur alami dari pepohonan, sungai dan lanskap, yang umumnya lebih kompleks
dan beragam dibandingkan dengan arsitektur yang dibangun manusia Dawson, Mc Collum, dan Tatum 1997.
Rassmussen dan Tuan 1977 menyatakan bahwa arsitektur kota se- harusnya dapat mempengaruhi perasaan warga kota melalui pandangan,
sentuhan dan juga pendengaran. Ruang yang terbentuk dari penataan arsitektur kota ini, menurut Tuan 1977, merupakan lingkungan yang dapat
mempengaruhi manusia yang hidup didalamnya. Dampak yang diharapkan dari pembentukan ruang arsitektural ini yaitu terjadinya penyempurnaan
perasaan dan persepsi manusia terhadap lingkungannya, bersifat sebagai guru dan sering bermakna simbolistik, dan dapat lebih memperjelas
peranan dan hubungan sosial yang terkait dengan kondisi lingkungan. Kesadaran estetis ini terkait dengan interaksi antara apa yang di-
rasakan, bagaimana merasakannya, dan reaksi pengguna terhadapnya. Pengalaman estetis yang dihasilkan didasarkan pada harapan dan pada
kemampuan lingkungan untuk memberikan seperangkat harapan-harapan melalui kesadaran perasaan manusia. Diketahui ada dua arah yang mem-
pengaruhi reaksi individu terhadap pengalaman dan kepuasan yaitu kearah keteraturan dan logis, serta kearah kompleksitas dan mengagumkan.
Ukuran
Bentuk
kecil intermediate
besar
isodiametris memanjang
panjang menyempit
20 Faktor yang mempengaruhi arahan ini yaitu budaya, kebutuhan pribadi dan
lingkungan sebelumnya. Menurut Lynch 1982, kualitas visual merupakan nilai penentu ruang
dalam suatu cityscape, walaupun ukuran, waktu dan kompleksitas kota mempengaruhinya. Kualitas visual ini diukur berdasarkan empat faktor
utamanya yaitu 1 legibilitas kemudahan untuk dikenal, 2 dapat mem- bentuk suatu kesan tertentu, 3 memberi bentuk identitas tersendiri, dan
4 kemampuan untuk dikenang.
e. Ruang dalam pengertian sosial