Keadaan RTH Saat Ini

39 Gambar 10. Diagram dan pola perubahan tata ruang kota kota Bogor Tabel 4. Sejarah perkembangan kota dan RTH kota Faktor pembentuk Masa prakolonial Masa Kolonial Masa pascakolonial 1990-an 1. Luas kota Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 11 850 ha 2. Batas kota Batas alami antara S Cisadane dan S Ciliwung, tebing Cipaku Kota dibagi 2: Kota Kaler Selatan dan Kota Kidul Utara Batas administratif: Utara : Cipakan- cilan Selatan : Tajur Barat : Cisadane Timur : Ciawi Batas administratif: Utara : Ciomas Selatan : Tajur Barat : Cisadane Timur : Ciawi 3. Pemerin- tahan Kerajaan Kolonial Eropa Republik Indonesia Republik Indonesia 4. Pusat aktifitas Kompleks istana Alun-alun Sekitar istana Downtown Tidak jelas Tersebar 5. Tata ruang Pemukiman Perdagangan Pertahanan Pemukiman Perkantoran Perdagangan Pertanian Pertahanan Pemukiman Perkantoran Perdagangan Pendidikan Penelitian Industri Pemukiman Perdagangan Pendidikan Penelitian Industri Wisata 6.Penduduk 50 000 jiwa 150 000 jiwa 271 841 jiwa 650 000 jiwa 7. Sosio- budaya Hindu Sunda, Barat, China, Arab Menuju budaya modern Memasuki budaya modern 8. Ekonomi Perladangan tradi- sional Perkebunan perdagangan Kota peristirahatan wisata Perdagangan Beragam, termasuk industri wisata 9. Vegetasi ciri kota Beringin Penataan sosial Kenari, mahoni, ki hujan pepohonan besar Penataan romantisme, Garden city Tidak khusus hanya pemeliharaan RTH sebelumnya Penataan mengikuti masa sebelumnya “Sesuai trend” Penataan “Kota dalam Taman” Sumber: Olahan data dari Rachmawati 1995 dan Widjaja 1991.

3.5.2. Keadaan RTH Saat Ini

Berdasarkan potensi sumberdaya alam dan sejarah perkembangan kota, Bogor diarahkan menjadi Kota Dalam Taman. Pola tata ruang kota cenderung bersifat 1924 1954 1984 40 konsentris dengan mempertahankan kebun raya sebagai pusat kota. Kebun raya ditetapkan sebagai induk pertamanan kota berdasarkan pertimbangan lokasi, ukuran, dan daya tarik wisata; selanjutnya RTH lain tersebar kearah luar kota Nurdin 1999. Diagram bentuk dan susunan RTH kota saat ini dapat dilihat pada Gambar 8. RTH yang bertema kolonial tropisch indisch dengan sebagian besar bentuk, struktur, dan jenis-jenis pohonnya yang spesifik masih terjaga baik di dalam kota. RTH Kotamadya Bogor, menurut Bappeda 1996 sampai tahun 2005 akan diperluas sampai mencapai 40 atau ± 3 555 ha, dari luas kota 11 850 ha., dengan persebaran yang mengikuti pola yang telah ditetapkan. Pada tahun 1999, berdasarkan pengukuran planimetris dari peta RUTR Kodya Bogor dan verifikasi di lapangan didapatkan luas dan proporsi RTH kota dimana luas dan keberadaan RTH sebesar 40.37 tetap dipertahankan; selain untuk menjaga citra kota sebagai kota wisata dan kota pendidikan dalam bidang pertanian, dan hal ini juga sejalan dengan peraturan dalam Inmendagri No. 14 Tahun 1988. Pembangunan kota secara fisik diarahkan ke bagian Timur dan Utara kota karena ke bagian Barat dan Selatan yang tidak memungkinkan secara fisik yaitu areal perbukitan. Tetapi karena kurang terkendalinya pengembangan fisik kota, keterbatasan lahan, dan masih lemahnya penerapan hukum maka terjadi per- sebaran dan luas RTH yang belum memadai. Bappeda Kotamadya Bogor 1996, mendistribusikan ketersediaan RTH berdasarkan zonasi kota, yaitu: 1 di pusat kota yang meliputi kawasan perkantoran, permukiman, dan kebun raya 2 di kawasan permukiman dan industri 3 di kawasan permukiman dan perdagangan dan selanjutnya membagi RTH menjadi 10 bentuk yaitu 1 kebun raya 2 pertamanan kota 3 taman lingkungan permukiman 4 kebun dan pekarangan 5 lapangan untuk berolah raga 6 areal untuk pemakaman 7 jalur hijau jalan 8 pertamanan kantor dan sekolah 41 9 RTH area industri 10 area pertanian dan hutan

3.5.3. Pengelolaan RTH Kota