129 nusiaannya, dan kepercayaan diri sebagai manusia dan bangsa. Berbagai harap-
an ini menuntut masyarakat untuk ikut berperan serta dalam proses dan penentuan arah pembangunan RTH, dan hal keikut sertaan masyarakat ini juga
merupakan kunci strategis untuk membangun kebijakan publik yang mendukung perbaikan kapasitas dan kualitas lingkungan perkotaan.
6.2. Kondisi Faktual Kota
Wilayah Kota Bogor, yang memiliki bentang alam yang indah natural and scenic amenity dan iklim mikro yang nyaman tetapi dengan luas lahan kota yang
terbatas, cenderung semakin dipadati oleh struktur dan bangunan fisik pendu- kung berbagai kegiatan perkotaan. Berbagai struktur dan bangunan tersebut
dibangun guna meningkatkan kegiatan perekonomian kota serta guna mendu- kung pertambahan penduduk dan peningkatan kesejahteraannya Pembangunan
fisik ini, baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat, umumnya dilakukan secara horizontal dengan cara mengkonversi lahan-lahan
terbuka, lahan-lahan bervegetasi atau lahan alami lainnya baik yang berlokasi di dalam, di pusat kota ataupun yang berlokasi di tepi kota.
Walaupun rasio antara ruang terbuka hijau RTH dan ruang-ruang ter- bangun dalam kota penelitian ini masih dalam kategori nilai yang baik jika dilihat
dari jumlah dan distribusi fisiknya dalam wilayah kota, per kapita, dan berdasar- kan bentuk dan fungsi RTH yang ada saat ini tetapi pertimbangan untuk me-
lestarikan RTH yang telah ada, untuk mengembangan serta pertimbangan untuk menyesuaikan RTH dengan kondisi lingkungan kota harus dilakukan. Bila tidak
dilakukan upaya untuk mengendalikan terjadinya konversi lahan terbuka, lahan bervegetasi dan lahan alami ini maka akan terjadi ketidakseimbangan kebutuhan
antara ruang terbuka dan ruang terbangun kota. Penurunan jumlah ruang-ruang terbuka, terutama ruang terbuka hijau
RTH yang diketahui memiliki manfaat kualitas lingkungan, akan menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas dan kualitas lingkungan kota. Kejadian ini sering
dirasakan dengan semakin berkurangnya kenyamanan dan keindahan kota, dan juga dengan peluang yang tinggi untuk terjadinya bahaya pada bentang alam
atau lanskap landscape hazards kota seperti longsor pada tebing-tebing terjal. Karena itu, ketersediaan RTH dalam jumlah dan kualitas serta tata letak yang
sesuai dengan kondisi wilayah kota perlu direncanakan dan dikelola dengan baik untuk mendapatkan manfaat lingkungan yang efektif dan optimal.
130 Dari kondisi riel wilayah kota penelitian yaitu kotamadya Bogor, dimana
pada tiap tipe wilayah diasumsikan membutuhkan keberadaan RTH, umumnya memiliki tiga karakteristik yang sering tidak sejalan:
a dari sisi keberlanjutan fisik wilayah kota, kota membutuhkan keber- adaan vegetasi atau RTH untuk melindungi bagian wilayah atau kawa-
san-kawasan kota yang rawan dan rapuh fragile terhadap bahaya lingkungan longsor, erosi, pencemaran dan untuk peningkatan kualitas
lingkungan alami kota yang bernilai tinggi kenyamanan, keaneka ragaman hayati, keindahan alami dari perbukitan dan badan-badan air
melalui fungsi-fungsi biofisik atau ekologis yang dimilikinya. b dari sisi perekonomian kota, setiap wilayah kota membatasi kebutuh-
annya terhadap RTH karena kepentingan ekonomi perkotaan dari peng- gunaan lahannya
c dari sisi masyarakat kota, mereka membutuhkan dan menginginkan keberadaan RTH karena kepentingan fisik kesehatan, kenyamanan,
keamanan nahaya lingkungan dan sosial rekreasi, edukasi, budaya.
6.3. Konsepsi Model Integratif Pengembangan RTH kota