Konsepsi Model Integratif Pengembangan RTH kota

130 Dari kondisi riel wilayah kota penelitian yaitu kotamadya Bogor, dimana pada tiap tipe wilayah diasumsikan membutuhkan keberadaan RTH, umumnya memiliki tiga karakteristik yang sering tidak sejalan: a dari sisi keberlanjutan fisik wilayah kota, kota membutuhkan keber- adaan vegetasi atau RTH untuk melindungi bagian wilayah atau kawa- san-kawasan kota yang rawan dan rapuh fragile terhadap bahaya lingkungan longsor, erosi, pencemaran dan untuk peningkatan kualitas lingkungan alami kota yang bernilai tinggi kenyamanan, keaneka ragaman hayati, keindahan alami dari perbukitan dan badan-badan air melalui fungsi-fungsi biofisik atau ekologis yang dimilikinya. b dari sisi perekonomian kota, setiap wilayah kota membatasi kebutuh- annya terhadap RTH karena kepentingan ekonomi perkotaan dari peng- gunaan lahannya c dari sisi masyarakat kota, mereka membutuhkan dan menginginkan keberadaan RTH karena kepentingan fisik kesehatan, kenyamanan, keamanan nahaya lingkungan dan sosial rekreasi, edukasi, budaya.

6.3. Konsepsi Model Integratif Pengembangan RTH kota

Pada umumnya, setiap bagian lahan kota memiliki 2 dua karakteristik yang kontradiktif, disatu sisi bagian dari lahan kota membatasi kebutuhannya terhadap RTH karena permasalahan yang terkait dengan ekonomi lahan tetapi disisi lain warga kota menginginkan manfaat dan dampak positif yang dihasilkan melalui bentuk dan fungsi yang dimiliki oleh RTH ini. Karena itu integrasi dari dua aspek ini harus dimasukkan dalam perencanaan pembangunannya tanpa “mengorbankan” kondisi lingkungan dan kehidupan wilayah perkotaan. Parameter bentuk dan fungsi yang akan digunakan dalam penentuan ke- bijakan publik ini sejalan dengan fungsi dan nilai yang diteliti yaitu fungsi biofisik, ekonomi, arsitektur, dan sosial, yang merupakan fungsi-fungsi yang umum digunakan dan dikembangkan oleh para perencanaperancang ruang luar lanskap kota dalam menata wadahruangwilayah kota. Kempat fungsi ini, di- asumsikan, mempunyai batasan yang signifikan, eksklusif, dan berpengaruh terhadap setiap proses pengambilan keputusan pada sisi penggunaan lahan serta sisi kebutuhan dan penilaian warga kota. Parameter bentuk dan fungsi RTH kota ini selanjutnya dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kesesuaian ruang-ruang kota. Diharapkan melalui proses ini perwujudan wilayahsubwilayah 131 yang sesuai dengan keinginan masyarakatnya serta yang mendukung kondisi lingkungan kota yang baik dapat terbentuk. Secara spasial, kaitan yang erat terjadi antara luas RTH suatu wilayah perkotaan dan dampak positif yang akan didapatkan dari fungsi biofisik, sehingga dari hal ini dapat dibuat asumsi dasar bahwa dampak ini berbanding lurus dengan luas RTH. Kendala permasalahan lain dalam pengembangan model ini adalah kondisi sumberdaya lahan itu sendiri yang dinyatakan dengan dan daya dukung lingkungan alam ecological support system. RTH akan memberikan dampak positif bila areal penghijauan ini telah mencapai ambang batas minimal kondisi alamiah kawasan ditambah dengan minimal gangguan yang terjadi pada kawasan itu Forman dan Godron 1986; Lyle 1985. Arti luas pada pengertian areal ini bukanlah akumulasi dari berbagai jumlah RTH tetapi satu luasan yang secara signifikan dapat memberikan dampak positif terhadap kapasitas dan kua- litas lingkungan sekitarnya, yang dinyatakan sebagai konfigurasi RTH Forman dan Godron 1986; Pakpahan 1993; Tim IPB 1993. . Bila prasyarat luas areal atau spasial dibutuhkan untuk membangun RTH maka akan timbul kendala non-alami yaitu keterkaitan fungsi-fungsi RTH eko- nomi, biofisik, arsitektural, dan sosial dengan masalah ekonomi dari lahan per- kotaan. Jika ditinjau dari fungsi dan manfaat ekonominya, tiap tipe subwilayah utama yang terdapat dalam wilayah perkotaan perdagangan, perindustrian, per- mukiman, memiliki ciri dan perilaku ekonomi tersendiri, dimana kedua hal ini terkait dengan luas areal serta bentuk kegiatan pengelolaan, pengawasan, dan pemeliharaannya. Bila RTH hanya memiliki luas areal yang kecil maka efisiensi ekonomi sulit untuk dicapai karena biaya pengelolaan, pengawasan, dan peme- liharaan akan lebih tinggi dari hasil produksinya. Karena itu, untuk meningkatkan efisiensi maka luas areal harus diperbesar dengan struktur fisik dan pengelolaan yang fungsional sehingga tidak hanya fungsi ekonomi yang dapat dicapai. Permasalahan kepemilikan lahan land ownership, sewa lahan land rent, dan fungsi lahan land use, akan menjadi pembatas utama dalam model simulasi pembangunan RTH yang akan dikembangkan. Jika ditinjau dari man- faat ekonomi lahan kota, kendala lain yang dijumpai yaitu bahwa pada setiap kawasan yang terdapat dalam wilayah perkotaan perkantoran, perdagangan, perindustrian, permukiman memiliki ciri dan perilaku ekonomi tersendiri, dimana kedua hal ini terkait dengan luas areal yang dibangun serta berbagai bentuk kegiatan pengelolaan, pengawasan, dan pemeliharaannya. 132 Dengan asumsi bahwa apa yang dirasakan oleh masyarakat adalah sama pentingnya dengan apa yang dilakukannya dalam suatu ruang maka dimensi manusia, aspek fisik dan aspek estetik merupakan tiga faktor utama yang harus diperhatikan dalam mendesain ruang sosial. Aspek manusia menjadi penting dan menjadi tumpuan utama karena kedua aspek lainnya, dalam penelitian ini, dapat menjadi aspek kreatif dan struktural pendukungnya. Untuk dapat menjadikan fungsi sosial ini terjadi secara spasial, dalam ben- tuk RTH kota, maka berbagai faktor yang mempengaruhinya haruslah diperhi- tungkan. Penentuan luas dan struktur RTH berfungsi sosial ini harus memper- hatikan sisi kebutuhan dan pilihan masyarakat . Fungsi sosial ini menekankan pada pembentukan ruang publik yang kreatif dan struktural untuk menjadi satu medium relasional sehingga akan terjadi komunikasi dan sosialisasi antar peng- guna atau masyarakat dalam kota ini. Menurut Hester 1984, ada 4 faktor yang mempengaruhi penggunaan suatu ruang sehingga dapat berfungsi sosial, yaitu 1 kualitas dan ukuran dari ruang, 2 social make-up dari pengguna yang potensial, 3 faktor psikologis yang mempengaruhi preferensi, dan 4 aksesibilitas terhadap ruang, fasilitas, dan pelayanan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa masyarakat Kota Bogor mempunyai preferensi dan keinginan atau pilihan tersendiri terhadap RTH kota dimana pilihan tertinggi adalah dalam bentuk RTH mengelompok yang relatif luas kawasan dengan fungsi non ekonomi biofisik, arsitektural, dan sosial. Dalam hasil penelitian ini, juga, diketahui bahwa faktor pendidikan dan latar belakang pengetahuan lingkungan merupakan faktor yang signifikan mempenga- ruhi penghargaan dan apresiasinya terhadap RTH kota, dan kedua faktor ini diasumsikan penting dalam pembentukan RTH berfungsi sosial ini. Keragaman penghargaan yang diberikan pengguna, terutama yang berkualifikasi rendah dalam faktor sosial ekonomi, menuntut jumlah areal yang lebih luas dimana hal ini akan memberi peluang bagi mereka untuk menikmatinya karena akan men- dapatkan pilihan-pilihan keinginan yang lebih banyak dan sesuai dengan ke- inginannya. Arsitektur merupakan seni dan teknik membangun ruang yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan ekspresif manusia. Fungsi arsitektur sangat terkait dengan pembentukan dan struktur ruang terutama dalam fung- sinya untuk meningkatkan kenyamanan lingkungan dan mengambil berbagai manfaat amenitiesnya visual, natural, dan cultural. Dampak yang diharapkan 133 dari pembentukan ruang arsitektural ini yaitu terjadinya penyempurnaan pera- saan dan persepsi serta pengalaman estetis pengguna terhadap lingkungannya dan juga dapat lebih memperjelas peranan dan hubungan sosialkultural yang terkait dengan kondisi lingkungan Catanese 1992; Lyle 1981; Tuan 1977. Pengakomodasian fungsi arsitektural pada RTH, yang bertujuan utama untuk meningkatkan kualitas ruang kota, yaitu melalui penataan struktur ruang dan elemen-elemen hijau alami secara fungsional dan estetik. Kenyamanan dari iklim mikro kota dan keindahan dari visual dan scenic amenity-nya yang di- dapatkan dari pengorganisasian ruang dan elemen hijau alami ini tidak hanya mengurangi kemonotonan dan kekakuan bangunan serta struktur kota tetapi diharapkan juga akan dapat meningkatkan kualitas estetika dari kota ini McHarg 1995; Simonds 1983; Sitawati dkk 1994; Wagar 1984. Dalam kaitannya dengan proporsi RTH terhadap wilayah kota, tergantung dari penekanan aspek nilai yang akan diberikan oleh pengguna atau warga kota. Hasil penelitian demand side kebutuhan dan keinginan pengguna yang akan diakomodasikan pada RTH integratif ini adalah: a Bila fungsi ekonomi saja yang dikembangkan maka akan terjadi penurunan jumlah areal RTH sampai batas ekonomis sehingga akan cenderung menurunkan fungsi-fungsi lainnya dan akan berdampak akan gangguan dan kerusakan fisik dan wajah kota; b Bila hanya fungsi alami yang dikembangkan maka akan terjadi pertam- bahan areal RTH untuk mendapatkan manfaat alami yang tinggi se- hingga determinan penentu bukan lagi kesejahteraan masyarakat tetapi daya dukung alamiahnya, c Bila hanya fungsi arsitektur dan fungsi sosial yang dikembangkan maka terdapat kecenderungan menurunnya fungsi biofisik walaupun keindah- an dan keteraturan kota akan dapat dinikmati masyarakatnya. Untuk mendapatkan RTH Kota Bogor yang lestari maka empat fungsi ini dianjurkan untuk diintegrasikan untuk mendukung bentuk wilayah kota yang berwawasan lingkungan. Melalui optimasi nilai-nilai fungsional ini dibentuk suatu kondisi lingkungan wilayah kota yang memiliki RTH pilihan masyarakatnya dengan ciri-ciri: berkonfigurasi arsitektural alami, ruang publik akomodatif, dan memberi peluang dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota. Dalam mengkonstruksi RTH fungsional, secara fisik, ini maka struktur RTH ini menjadi suatu faktor yang penting mengingat bentuk RTH ini pada tiap fungsi 134 memiliki batasan dan persyaratan yang berbeda yang selanjutnya akan mem- bentuk struktur fisik yang berbeda Gambar 39 sampai dengan Gambar 42. Gambar 42 memperlihatkan model integratif dari empat faktor fungsi lingkungan RTH kota ini dalam membentuk RTH kotanya. Gambar 39. Model perencanaan RTH kota dengan pertimbangan fungsi biofisik WILAYAH KOTA BATASAN BIOFISIK ECOLOGICAL SUPPORT SYSTEM RUANG TERBANGUN RUANG TERBUKA HIJAU BATASAN : FUNGSI FISIK DAN KENYAMANAN FUNGSI ALAMIi NILAI ALAMI BIOFISIK KONFIGURASI KENYAMANAN FUNGSI, STRUKTUR, LOKASI RTH KOTA KENDALA EKONOMI SEWA LAHAN, KEPEMILIKAN LAHAN, PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH KOTA RUANG TERBANGUN RUANG TERBUKA HIJAU BATASAN : 1 VISUAL SPATIAL AMENITY 30-50 2 ESTETIKA 30-50 NILAI ARSITEKTUR DARI PENGGUNA WAJAH ARSITEKTUR KOTA FUNGSI, STRUKTUR RTH KOTA KEINDAHAN KETERATURAN 135 WILAYAH KOTA BATASAN EKONOMI 1 SEWA LAHAN, KEPEMILIKAN LAHAN, PENGGUNAAN LAHAN 2 SUBWILAYAH PERDAGANGAN, PERINDUSTRIAN, PERMUKIMAN RUANG TERBANGUN RUANG TERBUKA HIJAU BATASAN : 1 FUNGSI EKONOMI LANGSUNG 2 FUNGSI EKONOMI TAK LANGSUNG NILAI EKONOMI DARI PENGGUNA RASIO FUNGSI, STRUKTUR RTH KOTA YANG MANAGABLE PROFITABLE Gambar 40. Model perencanaan RTH kota dengan pertimbangan fungsi arsitektur Gambar 41. Model perencanaan RTH kota dengan pertimbangan fungsi sosial WILAYAH KOTA RUANG TERBANGUN RUANG TERBUKA HIJAU BATASAN FUNGSI SOSIAL : 1 JUMLAH DAN KUALITAS RUANG 2 FAKTOR DEMOGRAFIS 3 FAKTOR PSIKOLOGIS NILAI SOSIAL DARI PENGGUNA RTH SEBAGAI RUANG PUBLIK FUNGSI, STRUKTUR, AKSESIBILITAS RTH KOTA KENDALA EKONOMI SEWA LAHAN, KEPEMILIKAN LAHAN, PENGGUNAAN LAHAN 136 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Gambar 42. Model perencanaan RTH kota dengan pertimbangan fungsi ekonomi 137 138

6.4. Konsepsi Model Pembangunan RTH Kota berdasarkan Preferensi Masyarakat