78 Berdasarkan pernyataan ini maka perlu dilakukan program penyuluhan
melalui kegiatan pemasyarakatan RTH secara terus menerus penyuluhan, pelatihan, perlombaan, dan lainnya sehingga warga akan dapat mengetahui
kepentingan dan makna RTH terhadap perbaikan kualitas lingkungan kota dan terhadap tingkat kesejahteraan dan kesehatannya. Dengan diketahuinya kepen-
tingan RTH terhadap individu dan wilayah perkotaannya maka, diharapkan, hal ini dapat memotivasi masyarakat untuk mengelola RTH di sekitar lingkungan
permukimannya dan juga pada wilayah yang lebih luas seperti kelurahan, ke- camatan, dan perkotaan. Model pemasyarakatan yang baik yaitu bila program
ini direncanakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat tersebut sehingga program penyediaan RTH dan perbaikan kualitas lingkungan perkotaan dapat
menjadi program kegiatan yang bersifat spontan. Korelasi yang sangat rendah ini juga dapat diterangkan dari pendapat
Umberto Eco dalam Grahn 1991 yang menyatakan bahwa tidak semua per- sepsi, pada tingkat individu dan tingkat kelompok masyarakat, harus sama
walaupun mereka memiliki pengalaman yang sama. Hal ini terutama bila terkait dengan bentuk dan kondisi “nature”, dimana hampir setiap orang memiliki model
“nature” tersendiri menurut pengamatan dan pengalamannya sendiri walaupun mereka berada dalam lingkungan kota yang sama.
5.2.3. Preferensi Masyarakat terhadap RTH Kota
Data pada Gambar 25 memperlihatkan bahwa dari empat pilihan bentuk RTH kawasan, simpul, jalur, tidak memilih yang ditanyakan pada responden,
diketahui bahwa RTH kawasan merupakan pilihan preferensi masyarakat yang tertinggi dan RTH bentuk jalur merupakan yang terendah. Preferensi tinggi pada
RTH kawasan, yang pada penelitian ini diwakilkan oleh ruang-ruang terbuka hijau dengan ukuran yang luas seperti Kebun Raya, diduga disebabkan karena
RTH ini merupakan satu contoh yang baik dalam bentuk, fungsi, dan terutama pemanfatan gandanya. Hal ini terkait dengan latar belakang dari responden yang
memiliki pengetahuan lingkungan yang baik serta taraf pendidikan yang juga relatif baik.
5,37 8,29
42,93 23,90
5,37 20,98
46,34 46,83
U K
U R
A N RT
H B
E N
T UK RT
H
KAWASAN SIMPUL
JALUR TIDAK MEMILIH
LUAS KECIL, HIJAU
KECIL, NYAMAN TIDAK MEMILIH
79
Gambar 25. Frekuensi preferensi masyarakat terhadap RTH kota Dari data pola penggunaan RTH Tabel 8, yang diamati langsung di
lapangan, juga mendukung hasil ini. Didapatkan RTH kawasan merupakan bentuk RTH yang sangat tinggi dan intensif penggunaannya dibandingkan de-
ngan bentuk lainnya. Ukuran yang luas sehingga dapat digunakan untuk berba- gai jenis kegiatan dengan rasa nyaman dan aman tanpa gangguan lalu lintas
kenderaan dan pejalan kaki serta polusi, dan lainnya mendukung pilihan terha- dap bentuk kawasan ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purwono
1998 di kota Bandung dan Malang, dinyatakan bahwa selain ukuran dan lokasi RTH maka adanya daya tarik kegiatan yang ada dalam RTH termasuk faktor
yang mengundang pemanfaatannya seperti dilakukannya olah raga pagi bersama warga lainnya, rekreasi keluarga, dan kegiatan berjualan.
Tabel 8. Pola umum pemanfaatan RTH kota.
Penggunaan Bentuk RTH Kota
Mengelompok Jalurkoridor hijau
No. Jenis
Kawa- san
Sim- pul
jalan raya Lintas
kereta Tepi
sungai Tepi kota
1. Berolah raga
∈ ∈
2. Bermain
3. Piknik
∈ ∈
∈ ∈
4. Melepas lelah
∈ ∈
5. Bersantai
6. Membaca
∈ ∈
∈ ∈
7. Berdiskusi
∈ ∈
80
8. Belajar
∈ ∈
∈ ∈
∈ ∈
9. Berbincang
∈ ∈
10. Berjualan
11. Bekerja
12. Mengasuh anak
∈ ∈
∈ ∈
∈ ∈
13. Berkebun
14. Berteduh
∈ ∈
∈ ∈
15. Mempos surat
∈ ∈
∈ ∈
∈ ∈
16. Menelpon
∈ ∈
∈ ∈
∈ ∈
17. Menunggu
kenderaan ∈
∈ ∈
∈ ∈
∈ 18.
Parkir kenderaan ∈
∈ ∈
∈ ∈
∈
19. Menumpuk barang
20. Pasang spanduk
Jumlah kegiatan 20
20 16
8 13
14 16
19 14
5 12
11 4
1 3
3 1
3 ∈
∈
3 12
7 6
Keterangan: = penggunaan intensif; = penggunaan kurang intensif, ∈ ∈
= tidakjarang digunakan, umumnya, karena kurang aman danatau nyaman atau alasan lainnya
.
Dari pengamatan di lapangan, yang ditabulasi pada Tabel 8, diketahui bahwa pemanfaatan RTH kota yang dominan adalah dengan penggunaan
berkelompok, untuk beragam kegiatan rekreatif maupun non-rekreatif pada waktu pagi sampai dengan sore hari. Diketahui bahwa penggunaan RTH secara
individual pada malam hari sangat jarang dilakukan disebabkan oleh faktor sosial budaya seperti adanya pandangan negatif bagi warga yang datang ke RTH atau
taman kota pada malam hari juga ketidak biasaan Waluyo 1990 dan kondisi lainnya seperti tidak adanya penerangan, faktor iklim hujan, dan kerimbunan
tanaman. Dari waktu pengunaan, maka penggunaan RTH pada waktu pagi dan sore hari, serta hari Minggu umumnya digunakan untuk kegiatan rekreasi, yang
bersifat individu maupun dalam kelompok. Penggunaan setiap saat terutama pagi dan siang hari, umumnya dilakukan oleh warga kota untuk kepentingan
non-rekreatif seperti mencari nafkah atau hanya melintas. Preferensi masyarakat tertinggi terhadap RTH kota adalah RTH berbentuk
kawasan, berfungsi ganda, memiliki ragam biota tinggi atau yang dinyatakan dengan bentuk yang menyerupai hutanbentukan alami dan tidak berkesan
monoton ilustrasi pada Gambar 26. Kondisi yang diinginkan warga masyarakat ini selain akan sangat mendukung program pelestarian RTH kota karena kondisi
RTH kota saat ini pada kenyataannya cukup beragam, juga sesuai dengan kondisi lanskap Kota Bogor yang berbukit sehingga bahaya lanskap landscape
81 hazards dapat diminimumkan, mendukung keharmonisan visual alami kota,
serta menjaga kondisi awal pembentukannya kota dengan pohon-pohon tropis besar.
Gambar 26. Contoh preferensi bentuk RTH yang diinginkan masyarakat kota Bentuk RTH jalur hijau memiliki preferensi terendah. Kemungkinan bentuk
jalur hijau ini dirasakan kurang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh masya- rakat untuk sarana rekreasi. Jalur hijau-jalur hijau di kota ini lebih berfungsi
sebagai penyangga buffer seperti pada tepibantaran sungai, tepi jalan raya, dan tepi lintas kereta. Juga bentukan jalur hijau ini, terutama pada tepi sungai
dan tepi lintas kereta dan juga jalur hijau tepi kota cenderung terus menurun ketersediaannya.
Jalur hijau, terutama yang mendekati bentuk kawasan penebalan jalur hijaukoridor hijau seperti rancangan pedestrian park yang terdapat di sekeliling
kebun raya dan beberapa lokasi lainnya, dianjurkan menjadi salah satu bentuk modelrancangan RTH yang dapat dikembangkan di kota ini. Pengembangan
jalur hijau berbentuk pedestrian park atau parkways seperti ini selain untuk men- dapatkan fungsi biofisik reduksi pencemaran dan kebisingan, juga fungsi arsi-
tektural keindahan, kerapian, identitas kota, pengarah lokasi dan mengakomo-
Bentuk kawasan, hutan
Fungsi ganda Tidak monoton
82 dasikan fungsi lainnya, yaitu, sosial rekreasi, dan juga fungsi ekonomi wisata,
areal berjualan terbatas. Pilihan masyarakat terhadap RTH ini disarankan untuk diakomodasikan
dalam ruang-ruang kota, terutama karena pilihan yang dilakukan ini dikategorikan bernilai tinggi bila dikaitkan dengan fungsi lingkungan misalnya kestabilan eko-
logis, kenyamanan melakukan kegiatan bagi warga kota. Pilihan mereka yang baik secara lingkungan ini diduga karena lingkungan kehidupan fisiknya sehari-
hari, dan dalam kasus ini adalah kondisi fisik dan hayati kota yang masih domi- nan bentukan “alami”nya, yang memberikan pengalaman dan persepsi yang baik
dan selanjutnya membentuk model RTH pada responden untuk memilih kondisi RTH kota yang terbaik. Hal seperti ini sudah dibuktikan, bahwa lingkungan yang
terdekat pada seseorang akan berkontribusi dalam membentuk karakter dan pandangannya Linawati 1995; Nasution 1995, Rapoport 1979: Sadli 1979; Zube
et al., 1974, sama seperti yang dinyatakan Umberto Eco dalam Grahn 1991 bahwa “nature” lingkungan yang dihuni oleh seseorang akan membentuk
pengalaman dan persepsi lingkungannya. Preferensi responden yang tertinggi pada bentuk RTH juga memiliki arti
ekonomi yang tinggi dan berjangka panjang karena, menurut Anwar 1994, diversitas biologik yang dinyatakan sebagai ragam biota yang tinggi mempunyai
nilai penting dalam memperbesar suplai sumberdaya alam dan lingkungan di lahan perkotaan yang terbatas. Rencana pembangunan fisik kota yang terarah,
terstruktur dan bernilai positif dengan memperhatikan berbagai kepentingan ling- kungan, menurut Mc Phearson 1992 dapat mendukung sustainable urban
development. Menurut Pearce dan Georgiou 1994 preferensi dan keinginan terhadap
suatu bentuk lingkungan bersifat antroposentrik sehingga saran baik yang di- berikan oleh sebagian besar masyarakat akan dapat mendukung upaya mem-
pertahankan keberadaan atau kelestariannya. Preferensi tertinggi ini merupakan gambaran lingkungan yang, secara teoritis, disarankan untuk dikembangkan
karena memiliki banyak nilai positif secara ekologis dan arsitektural,
5.2.4. Bahasan Umum Terhadap RTH Pilihan Masyarakat