28 1990. Walaupun memiliki kekuatan dalam memprediksi tetapi metode-metode
penilaian ini juga mempunyai beberapa keterbatasan. Secara ekonomi, umumnya penilaian RTH dilakukan secara tidak lang-
sung pada pasar terbuka mengingat klasifikasi RTH sebagai non-market commo- dity yang tidak diperdagangkan langsung dalam pasar kompetitif Bergstrom
1990. Karena itu RTH dan jasa lingkungannya ini harus dinilai dengan meng- gunakan teknik penilaian yang non-market seperti perubahan tingkat kesejah-
teraan Bergstrom 1990. Grey dan Deneke 1978 menyatakan ada 8 cara yang dapat digunakan
dalam menilai pohon-pohon dalam wilayah kota secara moneter yaitu berdasar- kan perhitungan 1 nilai alternatifnya, 2 sebagai aset kota, 3 legal values, 4
nilai kayu, 5 biaya pemeliharaan, 6 nilai properti, 7 evaluation formulas, dan 8 replacement cost. Temple, Wilkes, dan Morisson 1978 memberikan penilai-
an terhadap pohon berdasarkan metode yang mendekati evaluation formulae dari Grey dan Deneke 1978 tetapi peubah diameter batang setinggi dada dbh
ditambah dengan ukuran tajuk dan tinggi pohon karena pertimbangan amenity. Dalam berbagai penelitiannya, Bergstrom 1990 menyimpulkan ada empat
metode untuk penilaian manfaat berbagai bentuk lahan rekreasi yaitu dengan menggunakan 1 Travel Cost Method TCM, 2 Contingent Valuation Method
CVM, 3 nilai lahan Hedonic Pricing dan 4 penelitian dalam labo-ratorium. Pendekatan terhadap nilai lahan rekreasi dikembangkan pada penilaian manfaat
RTH karena manfaat eksternal yang dihasilkan oleh RTH ini mempunyai nilai positif yang tinggi, seperti peningkaan nilai properti karena adanya pohon-pohon
yang besar Gold 1980; Grey dan Deneke 1978, adanya greenbelt Correll et al. 1978; Nelson 1988; More et al. 1985; McPherson 1992; Peiser dan Schwann
1993 dan kenyamanan Diamonds 1980.
2.4. Pembangunan dan Sistem Nilai Masyarakat
Pembangunan, baik sebagai suatu proses maupun sebagai suatu cara per- wujudan, mengemban tugas kemanusiaan dan tugas kehidupan
3
. Dalam pem- bangunan ini tergantung berbagai harapan masyarakat tentang kehidupan yang
lebih baik, keadilan yang lebih terjamin, rasa memiliki yang kian meningkat,
3
Pembangunan sebagai satu cara untuk meningkatkan derajat dan kualitas hidup, baik ditinjau dari sudut pandang masyarakat maupun bangsa dan negara, mengharuskan pembangunan menjadi satu-satunya
tumpuan harapan kehidupan masyarakat. Sebab itu, pembangunan harus mampu menjembatani semua keragaman yang timbul akibat kehidupan berbangsa dan bernegara.
29 kebebasan dalam mengekspresikan aspirasi kemanusiaannya yang semakin
terbuka, ketahanan masyarakat dan bangsa yang semakin kuat, dan kepercaya- an diri sebagai manusia maupun sebagai bangsa yang semakin meningkat
Berbagai harapan ini menjadikan setiap anggota atau kelompok masyarakat perlu untuk selalu ikut dalam proses dan penentuan arah dan prioritas pem-
bangunan di tiap tahapan yang dilakukan. Menurut Biddle dan Biddle 1965 dan Browne 1988, dua pengertian
dasar mengenai pembangunan, yaitu bahwa 1 setiap anggota atau kelompok masyarakat merupakan pemilik pembangunan dengan semua
proses yang di-hasilkannya karena pembangunan secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan mereka, dan 2 setiap
anggota atau kelompok masya-rakat, karena memiliki latar belakang dan kepentingan yang berbeda, akan me-nerapkan sistem kepercayaan dan
sistem nilai yang berbeda dalam melihat dan menjalankan pembangunan. Hal inilah yang menyebabkan bahwa pembangun-an akan diartikan secara
berbeda oleh tiap kelompok bila pembangunan tidak dikaitkan penuh dengan sistem nilai masyarakat tersebut Geiger 1971.
Pertanyaan yang diajukan dalam menentukan arah dan prioritas pemba- ngunan ini adalah: whose value will be used to define virtue?. Menurut Seers
1979, penetapan prioritas pembangunan tidak pernah lepas dari sistem nilai masyarakat; dan bila penetapan prioritas pembangunan ini diserahkan hanya
pada mereka yang memiliki akses terbesar untuk merumuskannya maka pem- bangunan yang berkelanjutan dan adil akan sulit untuk dapat diwujudkan.
Sistem nilai yang digunakan, dinyatakan oleh Seers 1979, merupakan sistem nilai universal sebagai penuntun perumusan virtue jasa pembangunan.
Nilai-nilai universal yang dapat dijadikan dasar penentuan prioritas pembangunan yaitu kecukupan pangan, sandang, papan, kesehatan, kebebasan, dan keadilan
dengan pengertian umum bahwa pembangunan akan diprioritaskan untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran, kesenjangan, dan pemenuhan potensi
kemanusiaan kebebasan, pendidikan, dan kemerdekaan politik. Dasar dari praksis pembangunan adalah partisipasi masyarakat, dan tidak
membiarkan terjadinya ketergantungan masyarakat pada pemerintah. Menurut Fear 1990, partisipasi masyarakat diartikan sebagai kegiatan yang secara
sungguh-sungguh dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam meng- konsepsikan sesuatu yang disebut baik secara umum oleh masyarakat.
30 Dalam kaitannya dengan kegiatan masyarakat yang terkait dengan ling-
kungan, maka konsep keberlanjutan merupakan hal utama. Hal tersebut terkait dengan suatu konsep nilai yang meliputi tanggung jawab generasi saat ini ter-
hadap generasi yang akan datang tanpa harus mengorbankan peluang generasi sekarang untuk tumbuh dan berkembang dan meletakkan dasar-dasar pengem-
bangan bagi generasi yang akan datang Steven 1990. Dinyatakan selanjutnya, untuk mewujudkan konsep ini dalam realitas kehidupan maka dibutuhkan ber-
bagai perubahan mendasar mengenai cara-cara melakukan pembangunan, ber- konsumsi, kehidupan berbangsa, dan bekerja sama dalam memanfaatkan sum-
berdaya yang dimiliki.
2.5. Masyarakat Peduli Lingkungan