138
6.4. Konsepsi Model Pembangunan RTH Kota berdasarkan Preferensi Masyarakat
Dalam membangun suatu wilayah kota yang berwawasan lingkungan guna mencapai sasaran untuk mewujudkani konsep sistem kota yang berkelanjutan
dengan kualitas dan kapasitas lingkungan kota yang baik maka dibutuhkan suatu model pembangunan dan pengembangan sarana alami publik dalam kota yang
juga melibatkan peran-serta atau partisipasi masyarakatnya. Partisipasi masya- rakat, yang merupakan dasar dari suatu praksis pembangunan, diartikan sebagai
suatu bentuk kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam mengkonsepsikan sesuatu yang dinyatakan atau dinilai baik olehnya. Konseku-
ensi dari keikut sertaan ini yaitu masyarakat akan ikut berpartisipasi dalam menentukan arah dan bentuk pembangunan ruang-ruang kota, termasuk arah
dan penentuan dari ruang terbuka hijau RTH kotanya. Partisipasi dari masyarakat terhadap pembentukan atau pembangunan
RTH ini diharapkan akan dapat meningkatnya rasa memiliki dari masyarakat terhadap ruang kota dan kotanya, dan selanjutnya akan mempermudah dan
mengefektifkan pekerjaan pengelolaan oleh Pemerintah Kota Bogor. Melalui model simulasi yang dikembangkan, yang tertera pada Gambar 44, diharapkan
dapat terbentuk suatu masyarakat yang tidak hanya berpartisipasi tetapi juga akan memperhatikan dan peduli concern terhadap kualitas lingkungan kotanya
ecosociety movement dan, selanjutnya, peduli terhadap keberlanjutan atau kelestarian kotanya.
Model ini dikembangkan dengan pertimbangan pada kondisi riel suatu wilayah perkotaan dan juga dimana pada tiap bagian dalam wilayah kota diasum-
sikan membutuhkan RTH. Kebutuhan akan pembangunan dan pengadaan RTH ini tidak hanya bermanfaat dalam pengendalian dan peningkatan kualitas dan
kapasitas fisik wilayah kota tetapi juga akan bermanfaat dalam peningkatan kualitas dan kesejahteraan masyarakatnya.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran dari penelitian ini maka penggunaan
faktor-faktor bentuk dan fungsi ekonomi, biofisik, arsitektural, dan sosial yang
diinginkan masyarakat kota dalam model pembangunan dan pengelolaan RTH ini akan memberikan pembeda masukan input dan proses. Keluaran output yang
dihasilkan, selanjutnya akan dilihat bentuk dan tujuan kegunaannya dalam mendukung urban sustainable development melalui pembangunan RTH untuk
mewujudkan wilayah perkotaan yang berwawasan lingkungan.
139 Berbagai prasyarat yang merupakan hasil penelitian, dan kendala untuk
pengembangan fungsi lingkungan RTH ini dapat diantisipasi dengan membentuk suatu rencanarancangan RTH kota yang terstruktur. Berdasarkan hasil pene-
litian ini, diharapkan optimasi nilai-nilai RTH ini dapat membentuk suatu kondisi lingkungan wilayah perkotaan, dalam kasus Kotamadya Bogor, yang memiliki
RTH dengan ciri-ciri: konfigurasi arsitektural alami fungsi arsitektural, menjadi ruang publik rekreatif fungsi sosial, dan meningkatkan kualitas fisik lingkungan
perkotaan kota fungsi biofisik. Model yang dikembangkan ini bersifat statis karena terkait dengan masyarakat kota dan perkembangan kota secara fisik,
yang relatif akan menggunakan biaya yang tinggi bila akan diubah. Pada model ini juga dimasukkan berbagai kendala umum, terutama kendala yang terdapat
pada lahan perkotaan sewa, pemilikan, tata guna lahan.
6.5. Konsepsi Model Kebijakan Publik untuk Rencana Pengelolaan RTH Kota yang Berbasis Masyarakat