Proses penataan ruang zonasi

49 2 Pencemaran air permukaan yang berasal dari perkotaan atau pemukiman penduduk yang menjadi salah satu sebab rusaknya terumbu karang. 3 Sedimentasi berasal dari daratan seperti erosi tanah merupakan faktor tambahan, tetapi tidaklah kritis seperti aktifitas yang langsung mempunyai dampak. 4 Penurunan stock ikan terjadi disebabkan oleh penangkapan secara berlebihan di kawasan pesisir dan meningkatnya polusi di perairan pesisir yang berdekatan dengan daerah perkotaan, industri atau daerah yang berpenduduk padat juga ikut ambil bagian dalam kelangsungan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara berkesinambungan. Dalam rangka menciptakan proteksi lingkungan dan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, maka zonasi perlu diperkenalkan untuk menjamin eksploitasi dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara sehat.

2.8.2 Pendekatan dalam zonasi

Pendekatan yang diambil dalam pengembangan skema zonasi memperhatikan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tujuan pembangunan yang ada dan kebutuhan konservasi dan proteksi lingkungan yang semakin penting yang apabila dilaksanakan secara bersamaan akan dapat menjamin kesinambungan sumberdaya dalam jangka panjang. Khususnya zona usulan mempertimbangkan tujuan tersebut yang memenuhi kebijakan pembangunan pesisir dan laut nasional termasuk perikanan mariculture, pertambangan lepas pantaipesisir, minyak dan gas laut, industri maritim perkapalan dan pariwisata. Selain itu, zonasi berusaha untuk menjamin bahwa proteksi lingkungan terjaga dengan baik, konflik dapat diselesaikan atau dikurangi, peningkatan sumberdaya diperhatikan, dan konservasi dan proteksi habitat laut dan pesisir diperlukan dengan prioritas yang sama melalui suatu pendekatan yang rasional untuk pemanfaatan dan alokasi sumberdaya.

2.8.3 Proses penataan ruang zonasi

Proses penataan ruang wilayah pesisir dan laut menurut Dahuri, et al., 2001 terbagi ke dalam 6 enam tahapan, yaitu: 50 1 Pada suatu kawasan pesisir-laut, berdasarkan batas-batas secara administratif atau ekologis dan sesuai peruntukannya dibagi atas 3 tiga zona, yaitu: zona preservasi inti, zona konservasi penyangga, dan zona pemanfaatan intensif. 1 Zona preservasi, adalah zona yang tidak diperkenankan adanya kegiatan pembangunan kecuali kegiatan penelitian dan pendidikan. Zona ini mengandung atribut ekologis, seperti spesies endemik, spesies langka, keystone species , dan lain-lain, dan proses ekologis seperti daerah pemijahan, daerah asuhan, alur migrasi biota, dan lain-lain. 2 Zona Konservasi, adalah zona yang diperbolehkan ada kegiatan pembangunan tetapi terbatas atau tidak intensif. Zona ini berfungsi juga sebagai zona penyangga buffer zone antara zona preservasi dengan zona pemanfaatan intensif. 3 Zona Pemanfaatan Intensif, adalah zona yang diperbolehkan ada kegiatan pembangunan secara intensif. Menurut Kelleher dan Konchington 1992 yang diacu dalam Clark 1996 mengusulkan lima langkah dalam pengembangan rencana penataan ruang zonasi: 1 Pengumpulan informasi awal dan persiapan: badan perencanaan, mungkin dengan bantuan pembantu konsultan merancang dan meninjau informasi tentang sifat dan kegunaan area dan mengembangkan materi-materi bagi partisipasi publik dan perwakilan-perwakilan tertentu. 2 Partisipasi publik atau konsultasi: prioritas kepada persiapan suatu perencanaan dimana badan mencari atau meminta komentar publik mengenai keakurasian dan kecukupan dari materi-materi yang review dan usulan-usulan bagi kandungan isian dari rencana zonasi yang diajukan. 3 Persiapan rencana draft: persiapan suatu draft rencana zonasi dan materi- materi yang menerangkan rencana bagi publik atau perwakilan-perwakilan yang tepat. Tujuan-tujuan khusus didefinisikan bagi setiap zona. 4 Partisipasi publik atau konsultasi: meninjau ulang review draft rencana: badan meminta komentar tentang draft rencana yang dipublikasikan dan materi-materi penjelasannya. 5 Finalisasi rencana: pemerintah atau badan mengadopsi suatu rencana yang telah diperbaiki, yang memperhatikan komentar-komentar dan informasi- informasi yang diterima sebagai respon terhadap draft rencana yang dipublikasikan. 51 2 Menentukan sektor unggulan yang terdapat di zoana konservasi dan zona pemanfaatan inti. Ciri-ciri sektor unggulan adalah dapat menghasilkan devisa, menyerap tenaga kerja yang banyak, memiliki ‘forward and backward linkages ’, yang ditentukan berdasarkan konsensus antar stakeholders. 3 Struktur wilayah susunan penggunaan ruang fisik wilayah pesisir-laut untuk kegiatan pembangunan lainnya harus bersifat kondusif terhadap sektor unggulan yang telah ditetapkan. 4 Penataan ruang tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah hulu terutama untuk kawasan yang dipengaruhi oleh Daerah Aliran Sungai harus mengikuti persyaratan lingkungan yang dikehendaki oleh sektor unggulan dan zona preservasi di kawasan pesisir. 5 Penyusunan tata ruang harus menggunakan pendekatan partisipatif berbasis masyarakat. Penataan ruang harus melibatkan segenap stakeholders seperti instansi pemerintah, swasta, masyarakat, LSM, kalangan universitas, dan lain- lain. Penataan ruang menggunakan musyawarah, public hearing, dan media partisipatif lainnya. Di samping itu, hak adat atau kearifan tradisional yang hidup dalam masyarakat pesisir dapat diadopsi dalam tata ruang. 6 Jarak antara zona preservasi dengan kegiatan pembangunan yang menghasil- kan eksternalitas negatif pencemaran, sedimentasi, dan lain-lain ditentukan berdasarkan pada daya sebar eksternalitas negatif tersebut dari sumbernya. St = Vt x t dimana, St : jarak tempuh pencemar dari sumbernya Vt : kecepatan sebar pencemar t : waktu tempuh, tergantung pada tipe pasang-surut 2.9 Teknologi Sistem Informasi Geografis SIG 2.9.1 Pengertian