34
menggunakan sumberdaya alam laut bagi kesejahteraan pengawetan sumber plasma nutfah.
3 Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumberdaya alam laut sehingga terjamin kelestariannya.
Tercapainya ke tiga sasaran konservasi sumberdaya alam laut tersebut dalam pelaksanaannya memerlukan dukungan semua pihak terkait serta
diperlukan koordinasi, sinkronisasi serta integrasi oleh stakeholders pengguna mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, sehingga tercipta
suatu kesatuan gerak dan langkah dalam operasionalnya. Kebijakan kawasan konservasi laut di Indonesia merupakan bagian dari
kebijakan pembangunan wilayah pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil. Oleh karena itu arah kebijakan yang ditempuh yaitu untuk mencapai pembangunan
yang optimal dan berkelanjutan. Untuk mencapai pembangunan sumberdaya wilayah pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil secara optimal dan berkelanjutan,
maka diperlukan arahan kebijakan pengelolaan secara terpadu. Menurut Ditjen. Pembangunan Daerah, Depdagri 1998, bahwa pada dasarnya arahan kebijakan
pembangunan wilayah pesisir, dan lautan termasuk pulau-pulau kecil meliputi empat aspek utama, yaitu: 1 aspek teknis dan ekologis; 2 aspek sosial,
ekonomi dan budaya; 3 aspek politik; dan 4 aspek hukum dan kelembagaan termasuk pertahanan dan keamanan. Uraian secara lebih jelas dari ke empat
aspek tersebut adalah sebagai berikut:
2.5.1 Aspek teknis dan ekologis
Aspek teknis dan ekologis dari setiap kegiatan pembangunan dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan lautan harus memperhatikan
tiga persyaratan, yaitu: 1 keharmonisan spasial; 2 kapasitas asimilasi daya dukung lingkungan; dan 3 pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan.
1 Keharmonisan spasial
Keharmonisan spasial ruang menuntut perlunya penyusunan tata ruang pembangunan di wilayah pesisir dan lautan secara tepat dan akurat berdasarkan
potensi sumberdaya yang ada. Penyusunan tata ruang ini meliputi tiga jenis, yaitu: Penyusunan tata ruang yang menggambarkan keterkaitan kegiatan pembangunan
35
dan pemanfaatan sumberdaya alam yang dilaksanakan di lahan atas, dan wilayah pesisir dan lautan termasuk pulau-pulau kecil.
1 Penyusunan tata ruang berdasarkan peruntukan lahan dan sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan termasuk pulau-pulau kecil yang meliputi wilayah
preservasi, konservasi dan wilayah untuk kegiatan pembangunan secara intensif.
2 Penyusunan tata ruang wilayah pembangunan intensif di wilayah pesisir dan lautan untuk setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan.
Menurut Husni 1998, rencana tata ruang pada hakikatnya merupakan hasil dari suatu proses yang mengalokasikan obyek-obyek fisik dan aktifitas ke
suatu kawasan di suatu wilayah. Proses tersebut terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan, yaitu:
1 Proses mengalokasikan aktifitas-aktifitas pada suatu kawasan sesuai dengan hubungan fungsional tertentu.
2 Proses pengadaan atau penyediaan fisik yang menjawab kebutuhan akan ruang bagi suatu aktifitas, seperti tempat tinggal pemukiman, tempat bekerja,
tempat wisata, transportasi dan komunikasi. Dalam hal ini proses pengalokasian aktifitas ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya alam, buatan
dan kondisi fisik pulau. 3 Proses pengalokasian tatanan ruang, kaitan antara bagian-bagian permukaan
bumi, tempat berbagai aktifitas dilakukan dengan bagian atas ruang udara serta ke bagian dalam yang mengandung sumberdaya perlu dilihat dalam
wawasan yang integratif. Menurut Husni 1998, prosedur penyusunan rencana tata ruang pulau-
pulau kecil diawali dengan menyusun peta kesesuaian lahan land suitability yang mencakup lahan dan perairan pesisir yang mengelilingi pulau tersebut. Peta
kesesuaian lahan di overlaykan dengan peta penggunaan lahan. Hasil dari proses overlay
inilah yang dijadikan sebagai dasar penentuan rencana tata ruang pulau- pulau kecil Gambar 2.
36
Gambar 2 Proses penyusunan tata ruang wilayah pulau-pulau kecil
2 Kapasitas asimilasi daya dukung lingkungan
Pendayagunaan potensi wilayah pesisir dan lautan sesuai dengan daya dukung lingkungan adalah bahwa setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan
harus mampu ditolerir oleh kemampuan dan daya dukung wilayah pesisir dan lautan termasuk pulau-pulau kecil. Oleh karena itu, kebijakan yang harus
ditetapkan adalah: 1 Peningkatan produksi perikanan budidaya melalui ekstensifikasi harus
memperhatikan kelestarian lingkungan khususnya sempadan pantai. 2 Kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang tidak dapat pulih, tidak boleh
merusak atau mematikan kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang dapat pulih. 3 Seluruh akumulasi limbah yang dibuang ke perairan harus sesuai dengan
kapasitas asimilasi perairan. 4 Setiap kegiatan pembangunan yang akan dilakukan industri, pertanian,
pertambakan, dan lainnya harus ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik sesuai berdasarkan prasyarat yang dibutuhkan oleh kegiatan tersebut.
5 Setiap kegiatan yang akan mengubah kondisi fisik perairan proses-proses ekologis atau oseanografis seperti reklamasi, pembuatan dermaga jetty, dan
lain-lain, harus mengikuti karakteristik dan pola hidrodinamika perairan pesisir dan lautan.
PENGGUNAAN PULAU
SAAT INI PETA KESESUAIAN
WILAYAH PEMBANGUNAN
OVERLAY TATA RUANG
PESISIR ASPIRASI
MASYARAKAT DAN POTENSI
KEBIJAKAN PEMERINTAH
PENILAIAN PERTIMBANGAN
SOSIAL TATA RUANG
PULAU-PULAU KECIL Sumber:
Husni 1998
37
3 Pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan
Pemanfaatan sumberdaya optimal dan berkelanjutan memiliki arti bahwa pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan
kemampuan pulihnya untuk memenuhi kebutuhan saat kini tanpa mengabaikan kepentingan generasi mendatang Dahuri, et al., 1996. Lebih lajut dikatakan, agar
pemanfatan sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan termasuk pulau-pulau kecil dilakukan secara optimal dan berkelanjutan diperlukan arahan kebijakan
pengelolaan yang mampu menjamin pengelolaan secara optimal dan berkelanjutan. Kebijakan pengelolaan yang dapat diterapkan adalah:
1 Pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya perikanan tangkap tidak boleh melebihi potensi lestari Maxsimum Sustainable Yield = MSY.
2 Dalam kegiatan penangkapan tidak boleh menggunakan teknik dan cara ilegal yang dapat memusnahkan sumberdaya dan ekosistem sekitarnya.
3 Pemanfaatan sumberdaya perikanan berkelanjutan harus didukung oleh penggunaan alat tangkap yang selektif, khususnya perikanan pantai.
4 Pemanfaatan sumberdaya yang tidak dapat pulih harus dilakukan secara cermat dan bijaksana.
2.5.2 Aspek sosial ekonomi dan budaya