216
4.7.2 Perumusan dan penentuan prioritas alternatif kebijakan
Perumusan alternatif kebijakan pengelolaan sumberdaya kepulauan Karimunjawa menggunakan pendekatan strategi strength-opportunity SO, weakness-
opportunity WO, strength-threat ST, dan weakness-threat WT. Prinsip dari
pendekatan strategi ini adalah: memaksimalkan kekuatan untuk dapat memperbesar peluang dan mengatasimencegah ancaman, dan meminimalkan kelemahan yang ada
sehingga dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman Rangkuti, 2000. Berdasarkan pendekatan tersebut, diperoleh STRATEGI kebijakan pengelolaan sebagai
berikut: 1 Pengelolaan Taman Nasional TN Karimunjawa melalui peningkatan kesadaran
dan partisipasi masyarakat setempat. 2 Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam laut SDAL Taman Nasional
Karimunjawa yang dilakukan sesuai dengan tata ruangzonasi. 3 Pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa secara terpadu dan berkelanjutan dengan
melibatkan para stakeholderspengguna, serta menjalin kerja sama dengan lembaga internasional terkait.
4 Pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa yang dilakukan melalui penegakan hukum law enforcement yang memadai.
5 Pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa yang dilakukan melalui peningkatan ketrampilan, keahlian, peningkatan pengetahuan dan kualitas SDM masyarakat dan
pengelola kawasan. 6 Pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa yang dilakukan melalui pengembangan
wisata bahari yang ramah lingkungan berkelanjutan. 7 Pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa yang dilakukan melalui penetapan
pengaturan kegiatan perikanan laut dan pengembangannya. 8 Pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa yang dilakukan dengan tetap menjaga
dan memelihara nilai-nilai sosial, budaya dan agama yang berlaku di masyarakat. Berdasarkan hasil analisis A’WOT diperoleh prioritas alternatif strategi
kebijakan pengelolaan sumberdaya kepulauan Karimunjawa sebagaimana disajikan pada Tabel 66, tampak bahwa strategi kebijakan pengelolaan Karimunjawa yang
menjadi prioritas pertama utama adalah pengelolaan Karimunjawa yang dilakukan melalui pendekatan peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat setempat dengan
217
bobot 0,2714. Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh pengelolaan Karimunjawa yang dilakukan melalui pendekatan penataan ruangzonasi dengan bobot 0,2017,
pengelolaan Karimunjawa yang dilakukan melalui pengembangan wisata bahari yang ramah lingkungan berkelanjutan dengan bobot 0,1289, pengelolaan Karimunjawa
yang dilakukan melalui pemeliharaan nilai-nilai sosial budaya dan agama yang berlaku di masyarakat dengan bobot 0,1006, pengelolaan Karimunjawa yang dilakukan melalui
pendekatan keterpaduan dengan melibatkan para stakeholderspengguna dan menjalin kerjasama dengan lembaga internasional terkait dengan bobot 0,0987, pengelolaan
Karimunjawa yang dilakukan melalui penegakan hukum yang memadai dengan bobot 0,0709, pengelolaan Karimunjawa yang dilakukan melalui peningkatan ketrampilan,
keahlian, pengetahuan dan kualitas SDM baik masyarakat maupun pengelola kawasan dengan bobot 0,0656, dan pengelolaan Karimunjawa yang dilakukan melalui penetapan
pengaturan kegiatan perikanan laut dan pengembangannya dengan bobot 0,0625. Tabel 66 Hasil analisis A’WOT dari masing-masing responden key person untuk
penentuan prioritas strategi pengelolaan Alternatif strategi pengelolaan
Rerata bobot
Prioritas relatif
Pengelolaan melalui peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat.
0,2714 P-1
Pengelolaan melalui pendekatan penetapan zonasi 0,2017
P-2
Pengelolaan melalui keterpaduan, melibatkan para stakeholders dan kerjasama lembaga internasional.
0,0987 P-5
Pengelolaan melalui penegakan hukum 0,0709
P-6 Pengelolaan melalui peningkatan ketrampilan, kualitas SDM
masyarakat dan pengelola kawasan. 0,0656
P-7 Pengelolaan melalui pengembangan wisata ramah lingkungan
0,1289 P-3
Pengelolaan melalui penetapan pengaturan kegiatan perikanan dan pengembangannya.
0,0625 P-8
Pengelolaan melalui pemeliharaan nilai-nilai sosial, budaya, agama yang berlaku di masyarakat.
0,1006 P-4
Berdasarkan hasil analisis ini, maka strategi kebijakan pengelolaan sumberdaya kepulauan Karimunjawa melalui peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat
setempat haruslah menjadi perhatian dan prioritas utama oleh pengambil kebijakan. Berdasarkan pengamatan ke lapangan dan hasil wawancara dengan para stakeholders
tersebut di atas, bahwa konsep menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dan
218
partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan dan pengembangan kepulauan Karimunjawa dirasa sangat penting, karena walaupun tingkat pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat meningkat tapi jika kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya tidak ditumbuhkan dengan baik, maka
masyarakat akan tetap melakukan berbagai cara untuk terus melakukan eksploitasi sumberdaya walaupun harus dengan cara yang tidak ramah lingkungan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya dan meningkatkan pendapatan mereka. Demikian pula peningkatan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pengelolaan dan
pembangunan perlu ditingkatkan keterlibatannya, agar keinginan dan aspirasi mereka dapat terakomodasi dan terwadahi serta mereka merasa dihargai, diperhatikan dan
dilibatkan karena berkaitan langsung dengan kepetingan mereka dalam hal mencari nafkah. Keterlibatan mereka seperti dalam hal perencanaan tata ruang dan zonasi,
pengembangan wisata bahari, pengembangan perikanan perlu diperhatikan agar di kemudian hari tidak menimbulkan konflik dan masalah.
4.7.3 Arahan strategi implementasi kebijakan 1 Pengelolaan Karimunjawa melalui peningkatan kesadaran dan partisipasi
masyarakat Prioritas utama untuk mencapai pengelolaan Karimunjawa secara berkelanjutan
adalah bagaimana meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia. Dengan
kesadaran tinggi yang dimiliki masyarakat setempat, maka eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukannya akan lebih terkendali berorientasi pada pemanfaatan jangka panjang
yang berkelanjutan. Demikian pula dengan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya tersebut sangat penting artinya, karena masyarakat akan merasa memiliki
terhadap sumberdaya alam di daerahnya, dan dihargai pendapat dan aspirasinya. Keterlibatan partisipasi masyarakat tidak hanya pada proses atau tahap perencanaan,
tapi juga sampai pada tahap pelaksanaan dan pengawasan. Dengan demikian, masyarakat akan sangat berperan dalam mengevaluasi pelaksanaan suatu kegiatan.
Tindakan yang bisa direkomendasikan dalam arahan strategi ini adalah program program kegiatan yang meliputi:
219
a Peningkatan kesadaran kepada masyarakat melalui penyuluhan, peningkatan pengetahuan, peningkatan kualitas SDM baik formal bangku sekolah maupun non
formal sistem paket kejar A, B, C. b Pemasangan papan-papan peringatan di tempat-tempat strategis berisikan larangan
pengeboman, penangkapan binatang yang dilindungi atau berupa himbauan mengenai pentingnya melestarikan laut beserta isinya. Keterlibatan mahasiswa yang
notabene bersifat netral dalam suatu kegiatan KKN di wilayah Karimunjawa sangat efektif dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan.
c Peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan cara pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan penetapan tata ruang termasuk zonasi,
pengembangan usaha-usaha ekonomi masyarakat, pengembangan wisata bahari, pengembangan perikanan laut dan pengembangan wilayah Karimunjawa lainnya
yang bisa diagendakan oleh pemerintah daerah setempat. d Proses partisipasi masyarakat yang dinilai efektif adalah dimulai dari pertemuan
melalui FGD yang melibatkan unsur masyarakat, instansi pemerintah terkait dan pengguna atau stakeholders yang lain dalam setiap rencana pengembangan
Karimunjawa terutama jika berkaitan dengan kepentingan mereka secara langsung.
2 Pengelolaan Karimunjawa melalui pengaturan zonasi
Pengelolaan Karimunjawa melalui kebijakan penetapan zonasi lebih diarahkan kepada penataan ruang zonasi yang dapat mengakomodasi dari berbagai kepentingan
para stakeholders termasuk di dalamnya kelompok nelayan. Di samping itu, partisipasi masyarakat di dalam proses penataan ruangzonasi perlu dilibatkan karena sebagai
pengguna yang utama, sehingga diharapkan tidak terjadi benturan kepentingan antar pengguna atau stakeholders baik dalam pemanfaatan ruang dan tempat maupun
pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia. Musyawarah dan mufakat serta bentuk- bentuk pertemuan melalui metode FGD focus group discussion sangat efektif untuk
menyatukan pendapat dan menampung aspirasi dalam mengakomodasi berbagai kepentingan, jika pemandu acara atau moderator dan fasilitator pandai dan cerdas dalam
membawakannya dan mengemas acara tersebut dengan baik sesuai dengan karakter masyarakat setempat beserta kelebihan, kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya.
220
Beberapa program yang dapat disetting untuk diagendakan dalam penataan ruang zonasi pada waktu mendatang adalah:
a Mengundang para tokoh dan perwakilan kelompok masyarakat dan aparat desa, LSM, perguruan tinggi dan instansi terkait dalam suatu forum pertemuan.
b Agar bisa menampung aspirasi masyarakat semaksimal mungkin, pertemuan rapat hendaknya sering dilakukan di ibukota kecamatan, bahkan akan lebih baik didahului
pertemuan di tingkat desa yang dihadiri oleh aparat kecamatan dan perwakilan dari pemerintah daerah.
c Sosialisasikan programrencana penataan ruang kepada masyarakat dan para stakeholder lainnya, sebelum rencana tersebut dilaksanakan.
d Sosialisasi tidak hanya dilakukan pada saat program dibuat tapi juga setelah adanya hasil dari penataan ruangzonasi. Sosialisasi hasil penataan ruang hendaknya sampai
ke wilayah kecamatan dan jika memungkinkan sampai ke tingkat desa-desa yang ada di wilayah kecamatan Karimunjawa.
e Pemberian pemahaman dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam baik melalui penyuluhan
maupun pendidikan formal dan non formal yang dirintis sebelumnya, akan sangat membantu keberhasilan dalam pelaksanaan sosialisasi program penataan ruang.
f Program penataan ruang yang substansinya menyangkutmembatasi kepentingan nelayan dalam menangkap ikanbudidaya laut, sebaiknya melibatkan partisipasi
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaannya, bisa melalui metode FGD atau pertemuan dengan perwakilan dari kelompok nelayanpembudidaya. Koordiniasi
dan keterpaduan antar instansi terkait khususnya dan para stakeholders umumnya akan sangat membantu didalam mencapai keberhasilan dalam penaataan ruang.
g Program penataan ruang sebaiknya direncakan untuk jangka panjang 20 – 25 tahun ke depan, oleh karena itu perencanaan yang dibuat hendaknya didasarkan pada 3
aspek, yaitu ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Pemetaan terhadap potensi ke 3 aspek tersebut perlu dibuat dan disosialisasikan agar pemanfaatannya nanti bisa
berkelanjutan. h Jika penetapan zonasi telah ada, maka sebaiknya dapat dilakukan peninjauan ulang
revisi untuk evaluasi 5 tahun pertama atau tepatnya tahun 20092110 sebagaimana ketentuan yang ada, didasarkan pada kondisi sumberdaya setelah 5 tahun berjalan,
221
dan dapat mengacu dari hasil penelitian-penelitian terbaru yang berkaitan dengan penentuan zonasi sebagai bahan kelengkapan dan penyempurnaan dalam penentuan
zonasi yang lebih baik, diantaranya hasil penentuan zonasi dalam penelitian ini. i Tindak lanjut dari hasil penelitian ini agar bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah
daerah, pengelola kawasan atau penentu kebijakan adalah melakukan sosialisasi melalui kegiatan semacam workshop, dan diharapkan Pemerindah Daerah
Kabupaten Jepara atau Bappeda Propinsi Jawa Tengah dapat memfasilitasinya. Agar diperoleh hasil kesepakatanrumusan yang terpadu, sebaiknya para stakeholders
yang diundang terdiri dari berbagai komponen masyarakat Karimunjawa baik tokoh masyarakat maupun perwakilan kelompok masyarakat dari berbagai profesi,
kemudian pelaku bisnis wisata, perikanan, perguruan tinggi, LSM dan instansi terkait termasuk Balai Taman Nasional sebagai pengelola kawasan, sehingga
didapatkan satu formulasi yang tepat bagi penetapan zonasi yang lebih komprehensif`dan mengakomodasi berbagai kepentingan yang ada.
j Penyusunan data dasar mengenai potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia perlu dibuat sebelumnya, karena dengan menggunakan data-data tersebut akan
sangat membantu di dalam penyusunan penataan ruang dengan akurasi data yang lebih baik, sehingga dapat mendekati realita di dalam penyusunannya.
3 Pengelolaan Karimunjawa melalui pengembangan wisata
Pengelolaan Karimunjawa melaui kebijakan pengembangan pariwisata yang ramah lingkungan bisa diarahkan tidak hanya wisata laut atau bahari tapi juga wisata
alam perbukitan dan wisata budaya. Agar kegiatan pariwisata dapat berkembang, maka seyogyanya dari pihak Pemerindah Daerah menyiapkan paket wisata di kepulauan
Karimunjawa meliputi ke tiga jenis wisata tersebut, sehingga wisatawan diharapkan bisa lebih lama tinggalmenginap di Karimunjawa. Obyek-obyek wisata yang potensial juga
perlu disiapkan dan dikelola dengan baik termasuk prasarana-sarana menuju ke obyek wisata harus memadai, sehingga menarik para wisatawan yang datang. Obyek-obyek
wisata juga seharusnya tidak terfokus pada satu tempatdesa, tapi bisa menjangkau dan berkembang ke pulau atau desa-desa lain yang berpenduduk agar terjadi pemerataan
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan penduduk. Beberapa program yang dapat diagendakan untuk pengembangan kegiatan di sektor pariwisata, antara lain:
222
a Mengalokasikan satu atau beberapa pulau yang memiliki keindahan yang khas, misalnya pulau dimana dapat ditemukan Penyu bertelur, burung camar atau burung
pelikan bersarang, tempat hidup lobster, tempat dimana ikan lumba-lumba bisa ditemukan atau tempat dimana terdapat kapal belanda karamtenggelam.
b Perlu membuat rencana penataan tempatwilayah perairan, dimana antara tempat budidaya rumput laut, budidaya ikan kerapu dan ikan hias, kegiatan penangkapan
ikan, dan wisata pantai dapat dilakukan tanpa saling berbenturan tempat, dan kepentingan, sehingga nyaman dipandang karena tertata dengan baik dan teratur.
c Untuk mengakomodasi wisatawan lokal dan nasional, maka perlu diadakan kapal penyeberangan antar pulau-pulau yang berpenghuni di wilayah Karimunjawa
dengan jadwal setiap hari ada keberangkatan PP. d Wisata alam perbukitan perlu dibuat dengan salahsatu caranya adalah membuat jalur
atau track baru model melingkar dengan menembus alam perbukitan dengan jarak relatif pendek antara 5 – 6 km yang cukup dapat dilewati bagi pejalan kaki atau
sepeda gunung, termasuk mungkin dibuatnya jalan baru yang dapat menyusuri pantai.
e Perlu dibuatkan tempat khusus yang nyaman, aman berupa tanah lapang berumput yang bisa untuk kegiatan berkemah, dekat sumber air tawar, dekat dengan pantai,
dan tidak jauh dari pemukiman penduduk. f Potensi nilai-nilai sosial budaya yang ada dan tidak berkembang di masyarakat perlu
dihidupkan kembali, karena di wilayah kepulauan Karimunjawa terdiri dari beberapa suku Jawa, Madura, Buton, Bugis, Mandar, Menado, dan lainnya.
Beberapa rumah adat perlu dibantu untuk direhabilitasirenovasi dijadikan sebagai contoh untuk terus dipelihara, juga seni budaya seperti perhelatan perkawinan,
sedekah bumi, pendirian rumah baru atau seni tari perlu dipeliharadihidupkan kembali.
g Penyuluhan kepada masyarakat tentang arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam.
h Penyuluhan tentang pentingnya pengembangan potensi wisata yang terdapat di daerah setempat, dan pentingnya menyambut peluang bisnis dalam menghadapi
berkembangnya kegiatan pariwisata.
223
i Pembentukan sentra-sentra industri kerajinanukiran dan pusat penjualan souvenir yang memadai dan dipusatka n pada satu tempat, dekat dengan obyek-obyek wisata
yang potensial dikunjungi. j Pembentukan dan pembinaan kelompok-kelompok pemandu wisata, homestay,
paguyuban jasa antar perahu, paguyuban seni dan budaya, dan lainnya. Sedangkan berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan dan penentuan zonasi
serta penilaian kondisi sumberdaya, ada beberapa rancangan pengelolaan kawasan Taman Nasional Karimunjawa yang dapat direkomendasikan sebagai arahan bagi
penentu kebijakan terutama berkaitan dengan upaya konservasi sumberdaya dan pengaturan pemanfaatan ruang, yaitu meliputi: 1 arahan kesesuaian dalam
pemanfaatan lahan, 2 perlindungan sumberdaya hayati laut, dan 3 rehabilitasi vegetasi hutan mangrove dan lamun.
1 Arahan Kesesuaian Pemanfataan Lahan
Pemanfaatan lahan di dalam kawasan perlindungan seperti Taman Nasional perlu menjadi perhatian serius agar tidak terjadi tumpang tindih penggunaan untuk
berbagai penggunaan. Mengingat kawasan Taman Nasional me rupakan pulau-pulau kecil yang rentan terhadap degradasi lingkungan, maka pemanfaatan lahan harus
diperhatikan sehingga tidak melebihi daya dukung lingkungan. Pemanfaatan lahan yang dilakukan atas dasar analisis kesesuaian lahan, ditujukan agar pemanfaatan lahan tidak
melebihi daya dukung lingkungan dan agar dalam pengaturan penggunaan lahan sesuai dengan peruntukannya. Hal ini merupakan prasyarat bagi pengolaan lahan pulau-pulau
kecil yang berkelanjutan. Sebagai panduan dalam pengaturan pemanfaatan lahan di kawasan Taman Nasional Karimunjawa, diperlukan satu peta arahan pemanfaatan
sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya sebagaimana secara ilustratif disajikan pada Gambar 40.
Gambar 40 memperlihatkan bahwa wilayah Kepulauan Karimunjawa terutama kawasan Taman Nasional ternyata sesuai untuk berbagai penggunaan, yaitu budidaya
kerapu, budidaya rumput laut, budidaya teripang, wisata laut kategori selam, wisata laut kategori snorkling, wisata pantai kategori rekreasi, dan konservasi hutan mangrove.
Pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut merupakan tipe penggunaan yang paling luas dan sesuai hampir di semua pulau, demikian pula dengan penggunaan untuk wisata
pantai kategori rekreasi baik di wilayah perairannya maupun di daratannya. Penggunaan lahan perairan untuk kegiatan budidaya teripang ternyata juga cocok dan sesuai
dilakukan di sebagian besar pulau-pulau yang ada, kecuali di P. Burung, P. Geleang, P.
224
Menyawakan, P. Krakal Besar dan Krakal Kecil. Sedangkan penggunaan lahan untuk kegiatan wisata selam dan snorkling hanya sesuai di beberapa lokasi seperti di sebagian
P. Kemujan, P. Karimunjawa, P. Menjangan Besar dan Kecil, P. Bengkoang, P. Kembar, dan P. Geleang. Penggunaan lahan untuk kepentingan konservasi hutan
mangrove hanya sesuai dilakukan di pulau-pulau besar yang berpenghuni, yaitu P. Kemujan, P. Karimunjawa, P. Parang dan P. Nyamuk. Dari ke empat pulau ini, P.
Kemujan merupakan habitat hutan mangrove yang memiliki kesesuaian yang paling luas untuk dilakukan perlindunga n, karena kondisinya yang masih baik.
2 Arahan Perlindungan Sumberdaya Hayati Laut
Arahan perlindungan sumberdaya hayati laut difokuskan pada sumberdaya hayati yang telah mengalami degradasi habitat seperti terumbu karang. Sedangkan
tempat-tempat yang menjadi spawning ground ikan-ikan pelagis tongkol juga dijadikan arahan untuk menjadi zona perlindungan.
Lokasi terumbu karang yang ditentukan untuk dilakukan rehabilitasi berada di P. Menjangan Besar dan P. Menjangan Kecil sebelah selatan, Taka Menyawakan,
Gosong Tengah, P. Kecil, P. Katang, P. Krakal Besar, Karang Kapal, Karang Besi, Karang Katang, P. Krakal Kecil. Lokasi spawning ground bagi ikan pelagis tongkol
mengacu dari data sebaran kandungan klorofil a yaitu berada di sekitar Karang Katang, sebelah timur Karang Besi, sebelah barat daya dan timur dari P. Nyamuk, sekitar
Karang Kapal, dan sebelah timur P Bengkoang. Secara ilustratif, lokasi-lokasi yang ditentukan sebagai daerah perlindungan sumberdaya di atas disajikan pada Gambar 41.
3 Arahan Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Padang Lamun
Arahan rehabilitasi untuk sumberdaya hutan mangrove dan vegetasi lamun difokuskan pada tempat-tempat dimana ke dua sumberdaya tersebut saat ini telah
mengalami degradasi habitat, ditandai oleh dengan rendahnya kelimpahan jenis, dan berkurangnya luasan mangrove karena konversi ke lahan pertambakan beberapa tahun
lalu, yang hingga kini menjadi lahan pusoterlantar. Lokasi untuk rehabilitasi berada di P. Karimunjawa Legon Boyo, P. Parang, dan P. Nyamuk. Sedangkan rehabilitasi
untuk vegetasi Lamun berada di P. Cemara Kecil, P. Geleang, P. Burung, P. Krakal Besar, P. Krakal Kecil, P. Katang dan P. Nyamuk. Secara ilustratif arahan rehabilitasi
sumberdaya hutan mangrove dan vegetasi lamun disajikan pada Gambar 42.
225
Gambar 40 Peta arahan pemanfaatan lahan perairan di kawasan Taman Nasional Karimunjawa
226
Gambar 41 Peta arahan perlindungan sumberdaya hayati laut di kawasan Taman Nasional Karimunjawa
227
Gambar 42 Peta arahan rehabilitasi hutan mangrove dan lamun di kawasan Taman Nasional Karimunjawa
228
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan