Analisis kondisi ekologis 1 Analisis persentase penutupan karang life form

62

3.5 Analisis Data

Analisis Data meliputi 1 analisis kondisi ekologi meliputi : persentase penutupan karang, analisis struktur komunitas biologi spesies karang dan ikan karang, analisis karakteristik fisika-kimia perairan, analisis potensi sumberdaya perikanan pelagis dan pote nsi sumberdaya perikanan karang, , analisis kesesuaian lahan kawasan; 2 analisis sosial, ekonomi dan budaya; 3 analisis zonasi; dan 4 analisis kebijakan pengelolaan.

3.5.1 Analisis kondisi ekologis 1 Analisis persentase penutupan karang life form

Data persentase penutupan karang hidup yang diperoleh berdasarkan metode line intercept transeck LIT, dihitung berdasarkan persamaan berikut ini: N i = I i L x 100 dimana , Ni : persen penutupan karang hidup Ii : panjang intersep life form jenis ke-i L : panjang tali transek 50 m Data kondisi persentase penutupan karang yang hidup diacu dari Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang menurut Kep.Men. LH No. 04 Tahun 2001 disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Kriteria baku kerusakan terumbu karang menurut Kep. Men. LH. No. 04 tahun 2001. Parameter Kriteria baku kerusakan terumbu Persen life form Persen luas tutupan terumbu karang hidup life form. Rusak Buruk 0 – 24,9 Sedang 25 – 49,9 Baik Baik 50 – 74,9 Baik sekali 75 – 100 2 Luasan terumbu karang Analisis luasan terumbu karang dilakukan berdasarkan pada peta citra landsat TM kepulauan Karimunjawa tahun 2005. Data yang ingin diidentifikasi adalah luasan terumbu di masing-masing pulau yang masuk ke dalam kawasan taman nasional Karimun Jawa. Data ini amat berguna untuk membandingkan antara luasan karang yang hidup dan yang mati dalam satu kawasan gugusan terumbu. 63 3 Analisis struktur komunitas biologis Data biologis yang akan dianalisis yaitu menghitung kelimpahan kepadatan individu jenis dan nilai indeks keanekaragaman jenis biota meliputi : genus karang hidup dan spesies ikan karang, yang diamati pada masing-masing stasiun penelitian. Mencari nilai indeks keanekaragaman jenis H’ berdasarkan persentase penutupan karang menggunakan indeks dari Shannon - Wiener dengan formulasi sebagai berikut: n H’ = - S pi ln pi i:1 dimana, pi : proporsi penutupan jenis ke-i terhadap total penutupan niN H’: indeks keanekaragaman jenis Nilai indeks H’ semakin tinggi antara 4,0 – 6,9 dikatakan semakin baik dan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi. 4 Analisis fisika-kimia perairan Analisis fisika-kimia perairan hasil pengukuran secara in-situ dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut yang berlaku, khususnya untuk kepentingan biota lautbudidaya perikanan. 5 Potensi sumberdaya perikanan karang Analisis untuk estimasi potensi sumberdaya perikanan karang dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, penghitungan ikan karang pada tali transek sepanjang 2 x 50 meter, dengan lebar ke kiri-kanan 2,5 meter English, et al., 1994; ke dua, penghitungan data kepadatan ikan dengan metode Misra 1978: D = c x 10.000 A ekorha dimana , D : kepadatan; c : jumlah ikan yang terhitung dalam pengamatan A : luas daerah pengamatan. Tahap ke tiga, penghitungan kelimpahan stok, digunakan persamaan : Bo = D x L dimana , Bo : kelimpahan stok ikan ekor D : kepadatan L : luas daerah penelitian pengamatan 64 Kemudian tahap ke empat, penghitungan potential yield, digunakan rumus Gulland, 1975 yaitu: Py = Bo x M x c dimana , Py : potential yield ekortahun M : koefisien kematian alami c : konstanta Selanjutnya untuk menghitung MSY optimal digunakan formulasi MSY = 0,5 x Py x 0,8. Angka 0,8 ini adalah konstanta precautionary approach dari MSY. 6 Analisis kesesuaian lingkungan untuk zona pemanfaatan Penyusunan matriks kesesuaian lingkungan meliputi peruntukan pariwisata bahari, pariwisata pantai, budidaya ikan kerapu sistem keramba jaring apung, budidaya rumput laut, konservasi hutan bakau, dan budidaya teripang, dilakukan berdasarkan kondisi fisik sumberdaya alam di Kawasan TNL Karimun Jawa dan studi pustaka serta diskusi dengan pakar yang ahli di bidang tsb. Matriks ini sangat penting, mengingat dari matriks tersebut dapat diketahui parameter yang menjadi indikator kesesuaian melalui pembobotan dan skoring pada setiap parameter. Pembobotan pada setiap faktor pembatasparameter ditentukan berdasarkan pada dominannya parameter tersebut terhadap suatu peruntukan. Besarnya pembobotan ditunjukkan pada suatu parameter untuk seluruh evaluasi lahan, sebagai contoh: kemiringankelerengan mempunyai bobot yang lebih tinggi untuk budidaya tambak dibandingkan dengan permukiman. Pemberian nilai harkat ditujukan untuk menilai beberapa faktor pembatasparameterkriteria terhadap suatu evaluasi kesesuaian. Kelas-kelas kesesuaian pada matriks yaitu menggambarkan tingkat kecocokan dari suatu bidang untuk penggunaan tertentu. Hasil analisis kesesuaian adalah dalam bentuk peta-peta dengan menggunakan alat bantu berupa pendekatan Sistem Informasi Geografis SIG program Arc.View versi 3,3. Di dalam penelitian ini kelas kesesuaian dibagi ke dalam 3 tiga kelas, yang didefinisikan sebagai berikut: 65 Kelas S 1 : Sangat Sesuai Highly Suitable Daerah ini tidak mempunyai pembatas penghambat yang serius untuk menetapkan perlakuan yang diberilan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikkan masukantingkatan perlakuan yang diberikan. Kelas S 2 : Sesuai Moderately Suitable Daerah ini mempunyai pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukantingkatam perlakuan yang diperlukan. Kelas N : Tidak Sesuai Not Suitable Daerah ini mempunyai pembatas penghambat permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut. Hasil perkalian antara bobot dan nilaiharkat masing-masing parameter dalam suatu peruntukan merupakan skor dari parameter tertentu dalam suatu peruntukan. Penjumlahan seluruh skor dari tiap-tiap parameter dalam suatu peruntukan disebut dengan total skor suatu peruntukan tertentu. Total skor tersebut diformulasikan sebagai berikut: n Total Skor ß = Σ bobot a x skorharkat a a = 1 dimana, Total Skor ß : jumlah skor tiap-tiap parameter dalam peruntukan ß a : parameterkriteria ke a peruntukan ß n : adalah jumlah parameterkriteria peruntukan ß Total skor tersebut, selanjutnya dipakai untuk menentukan kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan untuk suatu peruntukan mempunyai rentanginterval kelas tergantung dari jumlah kelas kesesuaian, total skor maksimum dan total skor minimum dalam peruntukan tersebut. Interval kelas kesesuaian lahan untuk suatu peruntukan ini dihitung dengan menggunakan formulasi sebagai berikut: RK ß = Total Skor Max ß – Total Skor Min ß Jumlah Kelas ß dimana, RK ß : Rentanginterval Kelas dalam peruntukan ß Total Skor Max ß : Total skor tertinggimaksimum dalam peruntukan ß Total Skor Min ß : Total skor terendahminimum dalam peruntukan ß Jumlah Kelas ß : Banyaknya kelas kesesuaian dalam peruntukan ß 66 Rentanginterval kelas tersebut berfungsi untuk menetapkan klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor dalam suatu peruntukan tertentu. Adapun kriteria dan matriks kesesuaian lahan lokasi ya ng dapat digunakan sebagai acuan pada setiap peruntukan beserta klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor untuk masing-masing peruntukan adalah sebagai berikut: a Kriteria kesesuaian lokasi untuk ekowisata bahari kategori wisata selam Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah perairan untuk ekowisata bahari kategori selam mengacu modifikasi dari Yulianda 2007 adalah: kecerahan perairan , tutupan komunitas karang , jumlah genus karang hidup, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang. Kriteria kesesuaian lokasi pada tiap parameter secara rinci disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Kriteria kesesuaian lokasi untuk ekowisata bahari kategori selam No Kriteriaparameter Kelas kesesuaian Bobot Skorharkat 1. Kecerahan perairan S 1 : 80 S 2 : 35 - 80 N : 35 5 3 2 1 2. Tutupan komunitas karang S 1 : 75 S 2 : 37 -75 N : 37 5 3 2 1 3. Jumlah genus karang hidup S 1 : 30 S 2 : 20 - 30 N : 20 4 3 2 1 4. Jenis ikan karang S 1 : 100 S 2 : 35 - 100 N : 35 4 3 2 1 5. Kecepatan arus md S 1 : 0 - 0,15 S 2 : 0,15 - 0,40 N : 0,4 3 3 2 1 6. Kedalaman terumbu karang m S 1 : 6 - 15 S 2 : 15 - 25; 3 - 6 N : 25; 3 3 3 2 1 Sumber : Dimodifikasi dari Yulianda 2007 67 Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor untuk kesesuaian lokasi ekowisata bahari kategori wisata selam dari perhitungan matriks di atas adalah: 24 - 40 = Tidak Sesuai N 41 - 56 = Sesuai S2 57 - 72 = Sangat Sesuai S1 b Kriteria kesesuaian lokasi untuk wisata bahari kategori wisata snorkling Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah perairan untuk ekowisata bahari kategori wisata snorkling mengacu modifikasi dari Yulianda 2007 adalah: kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jumlah gebus karang hidup, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang, dan lebar hamparan datar karang. Kriteria kesesuaian lokasi pada setiap parameter untuk ekowisata bahari kategori wisata snorkling disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Kriteria kesesuaian lokasi untuk ekowisata bahari kategori snorkling No. Kriteriaparameter Kelas kesesuaian Bobot Skorharkat 1. Kecerahan perairan S 1 : 80 - 100 S 2 : 35 - 80 N : 35 5 3 2 1 2. Tutupan komunitas karang S 1 : 75 S 2 : 37 -75 N : 37 5 3 2 1 3. Jumlah genus karang hidup S 1 : 30 S 2 : 20 - 30 N : 20 4 3 2 1 4. Jenis ikan karang S 1 : 50 S 2 : 30 - 50 N : 30 4 3 2 1 5. Kecepatan arus md S 1 : 0 - 0,15 S 2 : 0,15 - 0,40 N : 0,4 3 3 2 1 6. Kedalaman terumbu karang m S 1 : 1 - 3 S 2 : 3 - 6 N : 6; 1 3 3 2 1 7. Lebar hamparan datar karang m S 1 : 500 S 2 : 100 - 500 N : 100 3 3 2 1 Sumber : Dimodifikasi dari Yulianda 2007 68 Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi untuk ekowisata bahari kategori wisata snorkling dari perhitungan matriks di atas yaitu: 27 - 45 = Tidak Sesuai N 46 - 53 = Sesuai S2 54 - 81 = Sangat Sesuai S1 c Kriteria kesesuaian lokasi untuk wisata pantai kategori rekreasi Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lokasi untuk wisata pantai kategori rekreasi mengacu modifikasi dari Yulianda 2007 adalah: kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, substrat dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar. Kriteria kesesuaian lokasi pada setiap parameter untuk wisata pantai kategori rekreasi disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Kriteria kesesuaian lokasi untuk wisata pantai kate gori rekreasi No Kriteriaparameter Kelas kesesuaian Bobot Skorharkat 1. Kedalaman perairan m S 1 : 0 - 3 S 2 : 3 - 8 N : 8 5 3 2 1 2. Tipe pantai S 1 : pasir putih S 2 : pasir putih Sedikit karang N : lumpur, berbatu, Terjal 5 3 2 1 3. Lebar pantai m S 1 : 15 S 2 : 6 -15 N : 6 5 3 2 1 4. Substrat dasar perairan S 1 : pasir S 2 : karang berpasir N : pasir berlumpur, lumpur. 4 3 2 1 5. Kecepatan arus md S 1 : 0 - 0,2 S 2 : 0,2 - 0,4 N : 0,4 4 3 2 1 69 Lanjutan Tabel 10. No. Kriteriaparameter Kelas kesesuaian Bobot Skorharkat 6. Kemiringan pantai ° S 1 : 10 S 2 : 10 – 25 N : 25 4 3 2 1 7. Kecerahan perairan m S 1 : 10 S 2 : 5 – 10 N : 5 3 3 2 1 8. Penutupan lahan pantai S 1 : kelapa, lahan Terbuka S 2 : semak, belukar, rendah, savana N : hutan bakau, Pemukiman, pelabuhan 3 3 2 1 9. Biota berbahaya S 1 : tidak ada S 2 : bulu babi N : bulu babi, ikan Pari, lepu, hiu 3 3 2 1 10. Ketersediaan air tawar jarak dalam km S 1 : 0,5 S 2 : 0,5 – 1 N : 1 3 3 2 1 Sumber : Dimodifikasi dari Yulianda 2007 Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi untuk wisata pantai kategori rekreasi dari perhitungan matriks di atas yaitu: 39 - 65 = Tidak Sesuai N 66 - 91 = Sesuai S2 92 - 117 = Sangat Sesuai S1 d Kriteria dan matriks kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah perairan untuk budidaya rumput laut mengacu modifikasi dari Pratomo 1999 adalah kedalaman, keterlindungan dari arus kuat dan gelombang, suhu, salinitas, substrat dasar perairan, kecerahan perairan, kecepatan arus, pH, dan oksigen terlarut. Kriteria kesesuaian lokasi setiap parameter secara rinci disajikan pada Tabel 11. 70 Tabel 11 Kriteria kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut No. Kriteriaparameter Kelas kesesuaian Bobot Skor 1. Kedalaman m S1 : 2,5 – 5,0 S2 : 5 - 10 N : 2,5 ; 10 2 3 2 1 2. Keterlindungan dari arus Kuat dan Gelombang. S1 : sangat terlindung S2 : terlindung N : kurang, tidak terlindung 3 3 2 1 3. Suhu o C S1 : 27 - 30 S2 : 25 - 27 N : 25; 30 2 3 2 1 4. Salinitas o oo S1 : 30 - 33 S2 : 28 - 30 N : 28; 33 2 3 2 1 5. Substrat dasar perairan S1 : pasir S2 : karang N : pasir berlumpur, berlumpur 3 3 2 1 6. Kecerahan air m S1 : 5 75 S2 : 3,0 – 5 50-75 N : 3,0 50 2 3 2 1 7. Kecepatan arus mdt S1 : 0,2 – 0,3 S2 : 0,1 – 0,2; 0,3 – 0,4 N : 0,1; 0,4 3 3 2 1 8. pH S1 : 7,0 – 8,5 S2 : 6 – 7; 8,5 – 9,5 N : 6,0; 9,5 2 3 2 1 9. Oksigen terlarut O 2 S1 : 4 S2 : 2 - 4 N : 2,0 3 3 2 1 Sumber: Dimodifikasi dari Pratomo 1999 Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut dari perhitungan matriks di atas adalah sebagai berikut: 22 – 36 = Tidak Sesuai N 37 – 50 = Sesuai S2 51 – 66 = Sangat Sesuai S1 71 e Kriteria dan matriks kesesuaian lokasi untuk kegiatan budidaya kerapu Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah perairan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA mengacu modifikasi dari Bakosurtanal 1996 adalah: kedalaman, keterlindungan, suhu, salinitas, material dasar, kecerahan perairan, kecepatan arus, pH, oksigen terlarut. Kriteria kesesuaian lokasi pada setiap parameter secara rinci disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Kriteria kesesuaian lokasi untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA No. Kriteriaparameter Kelas kesesuaian Bobot Skor 1. Kedalaman m S1 : 10 - 20 S2 : 5 - 10 N : 5; 20 3 3 2 1 2. Keterlindungan dari Arus kuat dan gelombang. S1 : sangat terlindung S2 : terlindung N : kurang terlindung , terbuka. 3 3 2 1 3. Suhu perairan o C S1 : 28 – 29 S2 : 26 - 28; 29 – 31 N : 26; 31 2 3 2 1 4. Salinitas o oo S1 : 29 – 31 S2 : 27 – 29; 31 – 33 N : 27; 33 2 3 2 1 5. Material dasar perairan S1 : pasir berlumpur S2 : lumpur berpasir N : karang berpasir, karang 2 3 2 1 6. Kecerahan perairan m S1 : 5 75 S2 : 3 – 5 50-75 N : 3 50 2 3 2 1 7. Kecepatan arus mdt S1 : 0,2 – 0,4 S2 : 0,1 – 0,2 N : 0,1; 0,4 2 3 2 1 8. pH S1 : 7,0 – 8,5 S2 : 6 – 7; 8,5 – 9,5 N : 6,0; 9,5 2 3 2 1 9. Oksigen terlarut O 2 S1 : 5,0 S2 : 3 – 5 N : 3,0 3 3 2 1 Sumber: Dimodifikasi dari Bakosurtanal 1996 72 Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi untuk kegiatan budidaya ikan kerapu dari perhitungan matriks di atas adalah: 21 – 34 = Tidak Sesuai N 35 – 48 = Sesuai S2 49 – 63 = Sangat Sesuai S1 f Kriteria dan matriks kesesuaian lokasi untuk konservasi hutan bakau Parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah konservasi hutan mangrove mengacu modifikasi dari Syafi’i 2000 adalah kemiringan lahan, jenis tanah, jarak dari pantai, ketinggian, dan drainase. Selengkapnya mengenai kriteria kesesuaian lokasi pada setiap parameter untuk konservasi hutan bakau mangrove dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Kriteria kesesuaian lokasi untuk konservasi hutan bakau Mangrove No. Kriteriaparameter Kelas kesesuaian Bobot Skor 1. Kemiringan lahan S1 : 0 – 2 S2 : 2 – 15 N : 15 3 3 2 1 2. Jenis tanah S1 : Alluvial pantai S2 : Alluvial, hidrolof kelabu. N : Gleihumus, regosol 2 3 2 1 3. Jarak dari pantai m S1 : 200 S2 : 200 – 300 N : 300 3 3 2 1 4. Ketinggian m S1 : 0 – 5 S2 : 5 - 10 N : 10 2 3 2 1 5. Drainase S1 : Tergenang periodik S2 : Tergenang periodik N : Tidak tergenang 3 3 2 1 Sumber : Dimodifikasi dari Sjafi’i 2000 73 Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi untuk konservasi hutan mangrove dari perhitungan matriks di atas yaitu: 13 – 21 = Tidak Sesuai N 22 – 29 = Sesuai S2 30 – 39 = Sangat Sesuai S1 g Kriteria dan matriks kesesuaian lokasi untuk budidaya teripang Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah untuk budidaya teripang mengacu modifikasi dari Winanto, dkk. 1991 adalah keterlindungan, pencemaran, keamanan, sarana penunjang, dasar perairan, kondisi gelombang, ketersediaan sumber benih, kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu, salinitas, pH, dan DO. Selengkapnya mengenai kriteria kesesuaian tersebut disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Kriteria kesesuaian lokasi untuk budidaya teripang No. Kriteriaparameter Kelas kesesuaian Bobot Skor 1. Faktor Penunjang 1 Keterlindungan S1 : Baik 3 3 S2 : Sedang 2 N : Kurang 1 2 Pencemaran S1 : Tidak ada 1 3 S2 : Sedikit 2 N : Ada 1 3 Keamanan S1 : Baik 1 3 S2 : Sedang 2 N : Kurang 1 4 Sarana penunjang S1 : Baik 1 3 S2 : Sedang 2 N : Kurang 1 2. Faktor Utama 1 Dasar perairan S1 : Pasir dan patahan karang 2 3 S2 : Pasir sedikit lumpur 2 N : Lumpurkarang 1 2 Kondisi gelombang S1 : Tenang 3 3 S2 : Sedang 2 N : Kurang 1 74 Lanjutan Tabel 14. No. Kriteriaparameter Kelas kesesuaian Bobot Skor 3 Ketersediaan sumber S1 : Dekat Mudah 2 3 benih S2 : Jauh Cukup 2 N : Sangat Jauh Sulit 1 4 Kedalaman m S1 : 5 - 10 2 3 S2 : 10 - 25 2 N : 5; 25 1 5 Kecerahan m S1 : 4,5 – 6,5 2 3 S2 : 3,5 – 4,4; 6,6 – 7,7 2 N : 3,5; 7,7 1 6 Kecepatan arus mdt S1 : 0,15 – 0,25 1 3 S2 : 0,1 – 0,15 2 N : 0,1; 0,3 1 7 Suhu °C S1 : 22 - 25 1 3 S2 : 26 - 29 2 N : 30 - 32 1 8 Salinitas ‰ S1 : 31 - 34 1 3 S2 : 27 - 30 2 N : 27 1 9 pH S1 : 8,1 – 8,5 1 3 S2 : 7,5 - 8 2 N : 7,5 1 10 DO mgl S1 : 6 - 9 1 3 S2 : 4 - 6 2 N : 4 1 Sumber: Dimodifikasi dari Winanto, et al. 1991 Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi budidaya teripang dari perhitungan matriks di atas sebagai berikut: 22 – 36 = Tidak Sesuai N 37 – 50 = Sesuai S2 51 – 66 = Sangat Sesuai S1 75 Proses penyusuna n peta kesesuaian kawasan untuk zona pemanfaatan di Taman Nasional Karimunjawa tersebut di atas diilustrasikan pada Gambar 5. Data Primer Data Sekunder Kriteria Kesesuaian Suatu Lahan pengharkatan pembobotan Overlay Peta Tematik I Peta Tematik II Peta Tematik ke n Peta Tentatif Kesesuaian Lahan I Ove r lay Peta Tentatif Kesesuaian Lahan II Peta Tentatif Kesesuaian Lahan ke n Basis Data Peta Kesesuaian Lahan I Peta Kesesuaian Lahan II Peta Kesesuaian Lahan ke n Peta Penggunaan Pemanfaatan Lahan saat ini Peta Kesesuaian Kawasan untuk Zona Pemanfaatan Taman Nasional Karimunjawa Gambar 5 Proses penyusunan peta kesesuaian kawasan untuk Zona Pemanfaatan di Taman Nasional Karimunjawa Usulan Masyarakat 76

3.5.2 Analisis sosial, ekonomi dan budaya