g. Derajat kristalinitas
Pengukuran derajat kristalinitas dilakukan untuk mengetahui besarnya daerah kristalin pada suatu bahan polimer. Hasil pengukuran
derajat kristalinitas berdasarkan entalpi pelelehan bioplastik dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil pengukuran derajat kristalinitas berdasarkan entalpi pelelehan bahan.
Bioplastik Entalpi pelelehan
sampel ∆Hf Kristalinitas Xc
0 Tween20 73,76 Jg
50,52 5 Tween20
72,81 Jg 49,86
Dari hasil pengukuran derajat kristalinitas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kristalinitas bioplastik tanpa pemlastis 0
Tween20 yaitu sebesar 50,52 menjadi 49,86 sesudah ditambahkan pemlastis 5 Tween20. Penurunan derajat kristalinitas
menunjukkan penurunan daerah kristalin pada polimer bioplastik. Penurunan daerah kristalin menunjukkan penyusunan struktur rantai
yang semakin tidak teratur. Susunan rantai yang semakin tidak teratur amorf menyebabkan sifat polimer semakin elastis. Ketidakteraturan
struktur polimer tersebut disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen antara PHA dan molekul Tween20.
Derajat kristalinitas bioplastik yang dihasilkan 50,52 lebih rendah dibandingkan dengan PHB menurut Brand et al 1990 di
dalam Atkinson dan Mativuna 1991 yaitu sebesar 65-80. Hal ini menunjukkan bahwa daerah kristalin pada bioplastik PHA dari substrat
hidrolisat pati sagu lebih rendah sehingga sifat polimer yang dihasilkan lebih elastis dibandingkan PHB menurut Brand et al 1990 di dalam
Atkinson dan Mativuna 1991. Derajat kristalinitas berhubungan dengan sifat mekanik bahan
polimer yaitu kekuatan tarik. Suatu polimer dengan derajat kristalinitas
yang tinggi mempunyai keteraturan struktur yang tinggi, rantainya dapat saling mendekat dalam jarak yang dekat secara sejajar. Jarak
yang dekat ini menyebabkan gaya antarrantai yang kuat pada polimer tersebut. Gaya antarrantai yang kuat menyebabkan kekuatan untuk
memutuskan rantai juga semakin besar. Oleh karena itu suatu polimer yang memiliki derajat kristalinitas yang tinggi, kekuatan tariknya akan
tinggi pula.
V. KESIMPULAN DAN SARAN