lebih rendah menunjukkan daerah kristalin yang lebih rendah. Daerah kristalin yang lebih rendah menunjukkan gaya antarrantai polimer
yang lebih rendah sehingga gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan pun semakin rendah.
c. Perpanjangan Putus
Pengujian perpanjangan putus dilakukan untuk mengetahui besarnya pertambahan panjang suatu polimer sebelum akhirnya putus.
Pengukuran perpanjangan putus dilakukan bersamaan dengan pengukuran kekuatan tarik. Hasil pengujian perpanjangan putus dapat
dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Grafik hubungan perpanjangan putus dengan konsentrasi Tween20
Pada grafik hubungan perpanjangan putus dengan konsentrasi Tween20, dapat dilihat bahwa bioplastik tanpa penambahan pemlastis
Tween20 0 mempunyai perpanjangan putus sebesar 1,06 . Angka ini menunjukkan bahwa dengan gaya sebesar 3,11 MPa, maka
bioplastik dapat dipanjangkan hingga 1,06 dari panjang semula. Penambahan pemlastis Tween20 sebesar 5 mampu meningkatkan
perpanjangan putus menjadi 1,22 . Peningkatan nilai perpanjangan putus ini sesuai dengan pernyataan Figuly 2004 yang mengatakan
0.99 1.11
1.22 1.06
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4
5 10
15
Konsentrasi Tween20
bahwa pemlastis yang ditambahkan dapat meningkatkan perpanjangan putus suatu bahan polimer. Peningkatan perpanjangan putus ini
disebabkan oleh terbentuknya ikatan hidrogen antara molekul PHA dan molekul Tween20. Ikatan hidrogen lebih panjang dari ikatan
kovalen tetapi ikatannya lebih lemah Companion, 1991. Semakin banyak ikatan hidrogen yang terbentuk menyebabkan rantai semakin
panjang. Oleh karena itu terjadi peningkatan perpanjangan putus rantai setelah penambahan pemlastis Tween20.
Pada grafik hubungan perpanjangan putus dengan konsentrasi Tween20 dapat dilihat bahwa perpanjangan putus tertinggi didapatkan
pada titik konsentrasi Tween20 5 kemudian menurun setelah ditambahkan Tween20 sebesar 10 dan 15. Hal ini menunjukkan
bahwa titik jenuh pembentukan ikatan hidrogen PHA dengan molekul Tween20 terjadi pada konsentrasi Tween20 5 dimana gugus OH
pada PHA telah habis berikatan dengan molekul Tween20. Apabila ditambahkan pemlastis lagi, maka akan menyebabkan molekul
pemlastis tambahan tersebut dalam keadaan bebas
sehingga menghambat pemuluran rantai PHA dan Tween20 yang terbentuk.
Oleh karena itu terjadi penurunan perpanjangan putus pada konsentrasi Tween20 10 dan 15.
Nilai perpanjangan putus bioplastik PHA yang dihasilkan 1,06 berbeda dengan perpanjangan putus PHB menurut Brandl et al 1990
di dalam Atkinson dan Mavituna 1991 yaitu sebesar 6-8. Sifat suatu bahan polimer dipengaruhi panjang rantai polimer bobot
molekul, susunan rantai di dalam polimer, serta derajat kekristalan Cowd, 1991. Dalam hal ini, perbedaan perpanjangan putus antara
bioplastik dengan perpanjangan putus PHB menurut Brandl et al 1990 di dalam Atkinson dan Mavituna 1991 disebabkan oleh
panjang rantai polimer bobot molekul berbeda. Bobot molekul PHB menurut Brandl et al 1990 di dalam Atkinson dan Mavituna 1991
yaitu sebesar 1.10
5
- 8.10
5
.
Bobot molekul suatu polimer dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain metode isolasi ekstraksi granula PHB dari biomassa
prokariotik, galur bakteri yang digunakan, waktu pemanenan sel, substrat yang digunakan, serta kondisi kultivasi suhu, tekanan
oksigen Lafferty et al di dalam Rehm dan Reed, 1988. Brandl et al 1990 di dalam Atkinson dan Mavituna 1991 tidak menyebutkan
metode isolasi, galur bakteri, waktu pemanenan sel, substrat, serta kondisi kultivasi yang digunakan untuk pembentukan PHB-nya, tetapi
apabila dalam proses pembentukan bioplastik PHB terdapat salah satu faktor yang berbeda maka bioplastik yang dihasilkan akan mempunyai
bobot molekul yang berbeda. Perpanjangan putus bioplastik PHA pati sagu yang lebih rendah menunjukkan bobot molekul yang lebih rendah
dari PHB menurut Brandl et al 1990 di dalam Atkinson dan Mavituna 1991 yaitu lebih rendah dari nilai 1.10
5
.
d. Analisa Hubungan Kekuatan Tarik dan Perpanjangan Putus