Fourier Transform Infra-Red Spectrofotometer FTIR Derajat Kristalinitas

sampel menyebabkan aliran yang besar. Perubahan panas elektrik dapat dimonitor dengan akurat sehingga DSC dipandang sebagai pengukuran T m dan T g yang sensitif Allcock dan Lampe, 1981.

4. Fourier Transform Infra-Red Spectrofotometer FTIR

Spektroskopi infra merah merupakan salah satu teknik indentifikasi struktur baik untuk senyawa organik maupun senyawa anorganik. Analisa ini merupakan metoda semi empirik dimana kombinasi pita serapan yang khas dapat diperoleh untuk menentukan struktur senyawa yang terdapat dalam suatu bahan Sutiani, 1997. Energi dari kebanyakan vibrasi molekul berhubungan dengan daerah infra-merah. Vibrasi molekul dapat dideteksi dan diukur pada spektrum infra merah bila vibrasinya menghasilkan perubahan momen dipol. Radiasi infra merah yang penting dalam penentuan struktur atau analisa gugus fungsi terletak pada daerah infra merah sedang yaitu antara 4000- 650 cm -1 . Daerah di bawah 650 cm -1 dinamakan daerah infra merah jauh, dan daerah di atas 4000 cm -1 dinamakan daerah infra merah dekat Nur dan Adijuwana, 1989. Tabel 2. Daerah spektrum Infra Merah Daerah Panjang Gelombang μ m Bilangan Gelombang cm -1 Frekuensi Hz Dekat 0,8 – 2,5 12800 – 4000 3,8x10 14 – 1,2 x10 14 Pertengahan 2,5 – 50 4000 – 200 1,2x10 14 – 6,0 x10 12 Jauh 50 – 1000 200 – 10 6,0x10 12 – 3,0 x10 11 Sumber : Nur dan Adijuwana 1989 Sampel yang digunakan untuk analisa ini dapat berupa padat, cair dan gas. Metode penyiapan untuk polimer dilakukan dengan berbagai cara antara lain melarutkan polimer ke dalam suatu pelarut seperti karbon disulfida CS 2 , karbon tetraklorida CCl 4 , atau kloroform, pembuatan film transparan dan metode pelet KBr. Pada temperatur kamar, molekul senyawa organik berada dalam keadaan vibrasi tetap. Setiap ikatan mempunyai frekuensi ulur dan teknik yang khas dan dapat menyerap sinar dari frekuensi tersebut Sutiani, 1997.

5. Derajat Kristalinitas

Derajat kristalinitas menunjukkan besarnya daerah kristalin pada suatu polimer. Rabek 1983 mengatakan bahwa derajat kristalinitas yang absolut dari suatu bahan polimer tidak dapat ditentukan karena adanya cacat pada konfigurasi kristal crystal defect structure di daerah kristalin polimer. Pada pengukuran derajat kristalinitas, daerah kristalin diasumsikan sebagai daerah dengan keteraturan yang sempurna tanpa adanya cacat, sedangkan daerah amorf diasumsikan sebagai daerah yang tidak teratur yang menyerupai struktur pada molekul cair. Derajat kristalinitas dengan satuan dapat diukur dengan menggunakan berbagai metode antara lain spektroskopi inframerah, spektroskopi NMR, inverse chromatography, difraksi sinar-X, pengukuran densitas, metode DTA-DSC. Pengukuran derajat kristalinitas pada berbagai metode akan mendapatkan hasil yang bervariasi. Oleh karena itu perlu diberi keterangan metode pengukuran derajat kristalinitas Rabek, 1983.

H. APLIKASI BIOPLASTIK PHA

Dokumen yang terkait

Kajian Biodegradasi Bioplastik Poli-B-Hidroksialkanoat dengan Penambahan Pemlastis Dimetil Ftalat dan Dietil Glikol dalam Media Padat Buatan

0 11 77

Biodegradasi Bioplastik Poli-B-Hidroksialkanoat dengan Bahan Pemlastis Tributil Fosfat Pada Media Pendegradasi Padat dan Cair Buatan

0 4 73

Pembuatan dan Karakterisasi Bioplastik dari Poly-3-Hidroksialkanoat (PHA) yang Dihasilkan Ralstonia Eutropha pada Hidrolisat Pati Sagu dengan Penambahan Dimetil Ftlat (DMF)

0 19 102

Produksi bioplastik poli-3-hidroksialkanoat (pha) oleh ralstonia eutropha menggunakan substrat hidrolisat pati sagu (metroxylon.sp) sebagai sumber karbon

0 34 2

Kajian Pengaruh Penambahan Dietilen Glikol sebagai Pemlastis pada Karakteristik Bioplastik dari Poli-Beta-Hidroksialkanoat (PHA) yang Dihasilkan Ralstronia eutropha pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu

0 13 96

Pembuatan Bioplastik Poli-Β-Hidroksialkanoat (Pha) Yang Dihasilkan Oleh Rastonia Eutropha Pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu Dengan Pemlastis Isopropil Palmitat

1 12 98

Pengaruh Penambahan Pemlastis Dimetil Ftalat, Dietil Glikol dan Polietilen Glikol Dalam Proses Biodegradasi Poli-Β-Hidroksialkanoat (Pha) Pada Media Air Secara Aerobik

2 35 109

Pengaruh Penambahan Pemlastis Polietilen Glikol 400, Dietilen Glikol, dan Dimetil Ftalat terhadap Proses Biodegradasi Bioplastik Poli- -hidroksialkanoat pada Media Cair dengan Udara Terlimitasi

2 14 76

Kajian Biodegradasi Bioplastik Berbasis Poli-Β-Hidroksialkanoat (Pha) Dengan Pemlastis Dimetil Ftalat,Dietil Glikol dan Polietilen Glikol Pada Lingkungan Tanah Yang Berbeda

4 44 85

Kajian Biodegradasi Bioplastik Berbasis Poli-β-Hidroksialkanoat (PHA) Dengan Pemlastis Dimetil Ftalat Dietil Glikol Dan Polietilen Glikol Pada Lingkungan Tanah Yang Berbeda

0 8 79