b. Karakterisasi Bioplastik. i.
Densitas Rabek, 1983.
Nilai densitas diperoleh dengan cara membagi nilai massa terhadap volume. Nilai massa didapatkan dari hasil penimbangan
sampel pada neraca analitik. Nilai volume didapatkan dari hasil perkalian panjang, lebar dan tebal sampel. Ketebalan sampel
diukur dengan menggunakan mikrometer sekrup pada 5 titik yang berbeda dan dihitung rata-ratanya. Densitas bioplastik dapat
dihitung dengan persamaan berikut : Г =
V m
Keterangan: Г = densitas gcm
3
m = massa bahan g V = volume bahan cm
3
ii. Kekuatan tarik ASTM D 882-97.
Proses pengujian
kekuatan tarik
dilakukan dengan
menggunakan alat Universal Testing Machine UTM dengan merk Simadzu AGS-10KNG yang terdapat di Sentra Teknologi
Polimer STP, kawasan Puspiptek, Serpong. Pengujian dilakukan berdasarkan standar ASTM D 882-97. Proses pengujian kekuatan
tarik dilakukan berdasarkan standar ASTM D 882-97. ASTM D 882-92 merupakan standar pengukuran kekuatan tarik film plastik
yang sangat tipis thin plastic sheeting dengan ketebalan kurang dari 1 mm. Pengujian dilakukan dengan standar ini karena
bioplastik yang dihasilkan mempunyai ketebalan 0,05 mm kurang dari 1 mm.
Sampel yang akan diuji dikondisikan terlebih dahulu dalam ruang climatic chamber dengan suhu dan kelembaban relatif
standar 23
o
C, 50 selama 48 jam. Pengujian dilakukan dengan cara ujung sampel dijepit mesin penguji tensile. Selanjutnya
dilakukan pencatatan ketebalan dan panjang awal sampel. Tombol start ditekan kemudian alat akan menarik sampel dengan
kecepatan 500 mmmenit sampai sampel putus. Nilai kekuatan tarik didapatkan dari hasil pembagian tegangan maksimum dengan
luas penampang melintang. Tegangan maksimum didapatkan dari nilai tegangan sampel saat putus. Luas penampang melintang
didapatkan dari hasil perkalian panjang awal sampel dengan ketebalan awal sampel. Uji kekuatan tarik dilakukan pada lima
sampel bioplastik yang kemudian dihitung rata-ratanya. Kekuatan tarik bioplastik dihitung dengan persamaan berikut:
τ = F
max
A Keterangan:
τ = kekuatan tarik MPa
F
max
= tegangan maksimum N A
= luas penampang melintang mm
2
iii. Perpanjangan putus ASTM D 882-97
Pengukuran perpanjangan putus dilakukan dengan cara yang sama dengan pengujian kuat tarik. Perpanjangan dinyatakan dalam
persentase, dihitung dengan cara : Perpanjangan putus = Regangan saat putus mm
Panjang awal mm
iv. Analisa gugus fungsi Nur dan Adijuwana, 1989
Analisa gugus fungsi dilakukan di Departemen Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Alat yang
digunakan adalah Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy FTIR dengan merk ATI Mattson. Sampel film transparan yang
x 100
akan diuji, dipotong melingkar dengan diameter 10 mm kemudian dimasukkan ke dalam alat.
Alat dinyalakan kemudian dilakukan pemanasan sumber radiasi hingga suhu antara 1500 dan 2000 K. Senyawa-senyawa
pada sampel akan menyerap radiasi infra merah yang dihasilkan kemudian dikonversi ke dalam energi rotasi dan vibrasi molekul.
Detektor pada spektrofotometer infra merah akan mengukur besarnya energi tersebut yang kemudian direkam sebagai
spektrum infra merah yang menghasilkan puncak-puncak absorbsi dengan intensitas rendah hingga tajam. Spektrum infra merah ini
menunjukkan hubungan antara absorbsi dan frekuensi atau bilangan gelombang atau panjang gelombang. Nilai absorbsi pada
panjang gelombang tertentu akan menunjukkan gugus fungsi yang terdapat pada sampel tersebut. Identifikasi gugus fungsi dilakukan
berdasarkan tabel identifikasi gugus fungsi menurut Nur dan Adijuwana 1989.
v. Sifat Termal ASTM D3418-99