c. Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha ekonomi di pedesaan yang dapat mendorong pertumbuhan dan menggerakkan perekonomian di
pedesaan. d. Memperkuat posisi daerah dalam ketahanan pangan wilayah yang
berakumulasi pada ketahanan pangan nasional.
5
2.6 Tataniaga
Kohls dan Uhls dalam Sakinah 2006, menyatakan bahwa tataniaga merupakan suatu peragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan
jasa mulai dari titik produksi sampai ke konsumen akhir. Terdapat dua kelompok yang berbeda kepentingan dalam mememandang tataniaga, konsumen yang ingin
mendapatkan harga yang rendah dan produsen yang ingin memperoleh penerimaan besar atas penjualan produk.
Limbong dan Sitorus 1987, menyebutkan bahwa tataniaga adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan perpindahan
hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke konsumen. Proses distribusi dapat terjadi
kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari produk untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk mempermudah penyalurannya,
meningkatkan nilai dan meningkatkan kepuasan konsumen.
5
Departemen Pertanian. 2007. DPM LUEP http:www.deptan
.go.idHomePageBBKP pdpluep profil
LUEP . 29 Agustus.
2.7 Tinjauan Studi Terdahulu
Penelitian mengenai Efektivitas Penetapan HPP Gabah Terhadap Pendapatan Petani belum pernah dilakukan. Beberapa hasil penelitian mengenai
padi atau gabah dikemukakan berikut ini. Penelitian yang dilakukan Lubis 2005 dengan judul Efektivitas Penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan Analisa
Pendapatan Petani Pengguna Kredit Studi Kasus: Petani Tebu Anggota Koperasi Madusari, Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar, Solo. Penelitian dilakukan
dengan penggalian data dan informasi secara insentif diwilayah kerja Bank yang bersangkutan dengan pabrik gula sebagai fasilitator serta anggota KUD tersebut
sebagai nasabah. Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode analisis efektivitas yang meliputi analisis secara kualitatif yang diuraikan secara deskriptif
dan analisis yang menentukan skor menggunakan skala likert. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil analisa efektivitas dari sisi bank
memperlihatkan hasil yang efektif, terlihat dari hasil wawancara dan data-data sekunder yang telah diperoleh. Hasil yang cukup efektif ini disebabkan beberapa
hal. Salah satunya adalah masalah pelayanan dan pembinaan petugas bank dimana jarak merupakan salah satu penyebabnya sehingga banyak petani yang
tidak mengenal bank yang bersangkutan. Uji korelasi yang dilakukan pada variabel efektivitas dengan tingkat pendidikan, luas lahan dan tingkat pendapatan
menunjukan bahwa tidak ada korelasi yang kuat antar variabel kredit ketahanan pangan yang diperoleh petani.
Penelitian yang berkaitan dengan dampak kebijakan harga gabah terhadap produksi padi di Pulau Jawa dilakukan oleh Femina 2006, digunakan model
persamaan simultan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
padi di Pulau Jawa. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Pulau Jawa menunjukkan bahwa harga dasar gabah, harga pupuk urea dan
luas areal panen padi sebelumnya berpengaruh nyata terhadap luas areal panen padi. Respon luas areal panen padi di Pulau Jawa dalam jangka pendek inelastis
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan dalam jangka panjang, luas areal panen padi terhadap perubahan harga dasar gabah, harga
pupuk urea dan luas areal panen padi tahun sebelumnya. Beberapa rumusan alternatif kebijakan harga gabah guna peningkatan
produksi padi di Pulau Jawa, antara lain: 1 mengingat harga dasar gabah berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi di Pulau Jawa yang dicerminkan
oleh pengaruh nyata harga gabah terhadap luas areal panen dan produktivitas padi, maka sebaiknya kebijakan harga dasar gabah tetap dipertahankan. 2 Guna
mengefektifkan harga dasar gabah untuk menjamin harga gabah ditingkat petani dan meningkatkan produksi padi, maka penetapan harga dasar gabah sebaiknya
diperhatikan tingkat perkembangan harga pupuk urea dan harga beras impor. 3 Keefektifan kebijakan harga dan perdagangan impor tidak terlepas dari
keefektifan peran dan fungsi lembaga pemerintah yang berwenang, yaitu Bulog berdasarkan pendugaan parameter dummy kebijakan monopoli impor beras,
ternyata dapat meningkatkan harga gabah ditingkat petani. Hutauruk 1996 melakukan studi mengenai dampak kebijakan harga dasar
padi dan subsidi pupuk terhadap permintaan dan penawaran beras di Indonesia. Dalam menganalisis data, dilakukan disegrasi wilayah Indonesia menjadi dua
bagian yaitu Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Masing-masing komponen
dianalisis dengan pendekatan ekonometrika dalam suatu model persamaan simultan dan diduga dengan metode 3 SLS.
Berdasarkan hasil analisis, luas areal panen di Jawa tidak responsif terhadap perubahan harga padi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Selain
itu baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, produktivitas padi di Jawa dan luar Jawa tidak responsif terhadap perubahan harga gabah, trend teknologi,
jumlah pemakaian pupuk, curah hujan, luas areal sawah irigasi dan kredit usahatani. Berdasarkan hasil simulasi, peningkatan harga dasar gabah, baik secara
individu maupun serentak dengan harga pupuk akan berdampak pada peningkatan produksi beras total, penurunan permintaan beras domestik, penurunan impor, dan
peningkatan stok yang dilepas. Sedangkan kebijakan peningkatan harga pupuk akan mengurangi produksi tanpa mempengaruhi permintaan beras domestik
Riyanto 2005 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan Cabang Usahatani dan Pemasaran Padi Kasus: Tujuh Desa, Kecamatan Salem,
Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil dan pembahasan bahwa usahatani padi yang dikembangkan oleh petani di Tujuh Desa, pada
Kecamatan Salem memberikan keuntungan karena nilai pendapatan atas biaya tunai dan biaya totalnya memiliki nilai positif. Selain itu nilai RC rasio atas
biaya total dan RC rasio atas biaya tunai yang diperoleh lebih besar dari satu. Terdapat dua pola saluran pemasaran untuk padi di Kecamatan Salem,
tetapi dari kedua saluran pemasaran tersebut yang paling banyak dipakai oleh petani adalah pola pemasaran II, yaitu sebesar 63,33 persen dari total petani.
Apabila dilihat dari marjin dan efisiensi pemasarannya pola pemasaran I memiliki
nilai yang lebih besar dari pola pemasaran II. Hal ini berarti bahwa pola pemasaran I paling efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran II.
Penelitian mengenai padi dilaksanakan di Kabupaten Subang salah satunya dilaksanakan oleh Disti 2006, dengan judul Analisa Pendapatan dan Efisiensi
Produksi Usahatani Program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu PTT. Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif berdasarkan evaluasi program PTT, teknologi yang masih digunakan oleh petani adalah penggunaan organik padat dan efisiensi penggunaan Urea,
SP36 dan Phonska berdasarkan pupuk berimbang. Berdasarkan perbandingan tingkat pendapatan terlihat bahwa penggunaan faktor produksi usahatani masih
bisa ditingkatkan, hal ini ditunjukan dengan RC rasio pada biaya tunai lebih besar dibandingkan dengan biaya aktual. Saran yang diberikan berdasarkan hasil
penelitian adalah untuk meninjau kembali teknologi-teknologi dari program PTT. Hal ini disebabkan oleh perbedaan RC rasio atas biaya tunai antar daerah PTT
yang masih aktif dengan daerah PTT yang kurang aktif dalam menjalankan program, pemberian penyuluhan dari Detasier ataupun PPL dilakukan secara
kontinu tidak hanya pada awal program saja. Penelitian berjudul Efektivitas Penetapan Harga Pembelian Pemerintah
HPP Gabah Terhadap Pendapatan Petani dengan penelitian terdahulu memiliki persamaan dan perbedaan. Hal tersebut tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Ini dengan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Persamaan
Perbedaan
1 Lubis 2005
Melihat keefektifan suatu program
Program yang di teliti berbeda
2 Femina 2006 Melakukan
studi terhadap Harga Dasar
Gabah di pulau Jawa Melakukan Efektivitas
Penetapan Harga Pembelian Pemerintah HPP Gabah di
Kabupaten Subang
3 Hutauruk 1996 Melakukan
studi terhadap Harga Dasar
Gabah Melakukan Efektivitas
Penetapan Harga Pembelian Pemerintah HPP Gabah
4 Riyanto 2005 Menganalisis
pendapatan usahatani dan pemasaran padi
kasus tujuh Desa di Kecamatan Salem,
Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah
Menganalisis pendapatan usahatani dan tataniaga padi
kasus dua Kecamatan di Kabupaten Subang, Jawa
Barat
5 Disti 2006
Melakukan penelitian
di Kabupaten Subang Masalah yang diteliti berbeda
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani