kebijakan HPP yang diperoleh petani. Adapun petani yang mengetahui informasi terebut terkadang masih mengeluh, karena harga beli pemerintah dirasakan kurang
sesuai. Hal ini berdampak pada pendapatan petani menjadi kecil. Pemerintah selain menetapkan kebijakan HPP juga memberikan Dana
Penguat Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM LUEP untuk menolong petani. DPM LUEP adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan
dana talangan tanpa bunga kepada LUEP untuk membeli gabah atau beras secara langsung dari petani, terutama pada saat panen raya dengan harga minimal sesuai
dengan HPP untuk beras dan harga referensi daerah untuk jagung dan kedelai.
4
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Sejauh mana efektivitas penetapan Harga Pembelian Pemerintah HPP gabah terhadap pendapatan petani?
2. Sejauh mana efektivitas peranan DPM LUEP dalam upaya meningkatkan pendapatan petani?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang dihadapi, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1 Menganalisis pendapatan usaha petani padi. 2 Mengidentifikasi peranan penetapan Harga Pembelian Pemerintah HPP
gabah terhadap pendapatan petani.
4
Departemen Pertanian. 2007. Pembelian Beras, Jagung dan Kedelai. http:www. deptan.go.id bkp berita .30 Agustus.
3 Mengidentifikasi peranan DPM LUEP dalam upaya meningkatkan pendapatan petani.
Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi petani, Dinas Pertanian dan
Pemerintah Daerah setempat dalam mengevaluasi kegiatan pertanian.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Analisis penelitian ini dibatasi pada wilayah Kabupaten Subang dan hanya pada petani padi yang termasuk dalam Golongan I satu dan Golongan IV
empat dalam memperoleh air dalam melakukan kegiatan usahatani. Hal ini disebabkan Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah sentra padi yang
menggunakan air irigasi. Ketidakstabilan harga jual gabah biasanya dipengaruhi oleh air yang diterima petani dalam menanam padi. Selain itu lokasi yang
berbeda menimbulkan perbedaan biaya produksi dan dampaknya pada harga jual yang berbeda pula. Ukuran efektivitas menggunakan satu indikator yaitu harga
jual pada saat panen diatas HPP atau tidak. Ukuran efektivitas yang digunakan pada DPM LUEP adalah sudah terdapat perusahaan penyosohan beras yang
mendapatkan DPM LUEP atau belum pada lokasi penelitian.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Komoditas Padi
Tanaman padi Oryza sativa, L tersebar diseluruh pelosok dunia, tetapi kebanyakan tanaman padi ini dibudidayakan di Asia. Diperkirakan pertanaman
padi pertama kali diusahakan manusia di Negara India sekitar Tahun 2500 - 3000 sebelum masehi, kemudian tersebar ke Cina dan lebih jauh lagi sampai ke negara
sebelah bahkan sampai ke Mesir, Eropa, Afrika, dan bagian bumi sebelah barat. Tanaman ini diperkenalkan ke Indonesia sewaktu ras Suku Deutero Melayu
berimigrasi ke beberapa daerah di Kepulauan Nusantara sekitar Tahun 1500 sebelum masehi, terdapat bermacam-macam jenis tanaman berdasarkan distribusi
geografis dan bentuk morfologi tanamannya Masyhudi, 1992. Padi Oriza sativa, L merupakan tanaman pangan yang dihasilkan dalam
jumlah terbanyak di dunia dan menempati daerah terbesar di wilayah tropika. Pada umumnya tanaman padi merupakan tanaman semusim yang sangat rentan
terhadap kekeringan, tanaman padi memerlukan jumlah curah hujan lebih dari 200 milimeter dalam satu bulan Irianto et. al, 2004. Tanaman padi memiliki empat
fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduktif dan pemasakan. Secara garis besar, tanaman padi terbagi kedalam dua bagian yaitu
bagian vegetatif dan bagian generatif, dimana bagian vegetatif terdiri dari akar, batang, daun dan bagian generatif terdiri dari malai dari bulir-bulir, daun dan
bunga.
Pertumbuhan tanaman padi memerlukan unsur hara, air dan energi. Unsur hara merupakan unsur pelengkap dari komposisi asam nukleit, hormon dan enzim
yang berfungsi sebagai katalis yang merombak fotosintat atau respirasi menjadi senyawa yang lebih sederhana. Tanaman padi memperoleh air dari dalam tanah,
sedangkan energi diperoleh padi dari hasil fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari Irianto et. al, 2004.
Budaya konsumsi beras cukup sulit untuk dihilangkan dari masyarakat Indonesia. Alasan yang sangat mendasar adalah karena telah menjadi kebiasaan
masyarakat. Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Partisipasi konsumsi beras mencapai sekitar 95 persen, artinya 95 persen rumah tangga di
Indonesia mengkonsumsi beras, angka partisipasi ini tentunya bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya Amang dan Sawit, 1999.
Beras bukan hanya berfungsi sebagai komoditas pangan dan ekonomis, tetapi juga merupakan komoditas politik dan keamanan. Negara besar seperti
Amerika Serikat, pangan termasuk beras didalamnya merangkap komoditas politik dan strategis yakni bila diperlukan, pangan dapat dipakai sebagai senjata
ampuh untuk menekan suatu negara yang tidak sejalan dengan garis politiknya Amang dan Sawit, 1999.
2.2 Kebijakan Insentif Pertanian