Analisis Tataniaga Efektivitas Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Terhadap Pendapatan Petani (Kasus Kecamatan Binong, dan Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat)

Republik Indonesia ke kecamatan tersebut untuk menanam varietas baru sebagai percontohan petani daerah lainnya. Apabila dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya RC rasio atas biaya tunai dan biaya totalnya seperti yang tertera pada Tabel 20, maka dapat dinyatakan bahwa usahatanai yang dikembangkan oleh petani Golongan I dan IV pada dasarnya layak untuk diusahakan, karena memiliki nilai RC rasio yang lebih besar dari satu. Hal ini berarti usahatani yang dilakukan masih dapat memberikan keuntungan. Melihat perbandingan jumlah RC rasio yang diperoleh, petani Golongan I nilainya lebih tinggi jika dibandingkan petani Golongan IV. Adapun nilai RC rasio yang diperoleh Golongan I adalah 2,17 untuk RC rasio atas biaya tunai dan 1,99 untuk RC rasio atas biaya total. Angka yang dihasilkan tersebut memiliki arti bahwa dari setiap rupiahnya biaya tunai dan total yang dikeluarkan oleh petani padi maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2,17 untuk RC rasio atas biaya tunai dan Rp 1,99 untuk rasio atas biaya total.

6.4 Analisis Tataniaga

Usahatani yang dikembangkan oleh petani di Kecamatan Binong dan Kecamatan Pusakanagara dapat dikatakan berhasil jika produksi yang dihasilkan oleh petani dapat diterima oleh pasar. Pasar merupakan lembaga perantara yang memiliki keterkaitan dengan berbagai pihak, baik perorangan maupun kelembagaan. Berdasarkan hal tersebut maka analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis tataniaga beras dengan melihat lembaga, fungsi, dan alur tataniaganya.

6.4.1 Analisis Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Adapun lembaga tataniaga yang terlibat dalam penyaluran hasil panen petani dan fungsi yang dilakukannya adalah sebagai berikut: 1. Petani Petani adalah produsen padi yang dalam kegiatan saluran tataniaga melakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh petani adalah fungsi penjualan dan fungsi fisik yang dilakukan oleh petani adalah pembersihan, pengeringan, sortasi, penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan. 2. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul adalah lembaga perantara yang langsung melakukan pembelian dalam skala wilayah kelurahan dan kecamatan. Pendekatan fungsi Saluran tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan adalah fungsi penjualan dan pembelian, sedangkan fungsi fisik yang dilakukan oleh lembaga ini hanya fungsi pengangkutan. Selain melakukan fungsi tersebut lembaga ini juga melakukan fungsi fasilitas yaitu berupa pemberian informasi harga kepada petani. Bentuk pedagang pengumpul adalah berupa perorangan tengkulak. 3. Pedagang Besar Pedagang besar adalah lembaga tataniaga yang melakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh lembaga ini adalah berupa fungsi pembelian gabah dari petani yang kemudian diolah sendiri untuk dijadikan beras, sehingga pedagang besar ini melakukan fungsi penjualan karena beras yang telah diolah tersebut dijual kembali ke lembaga pemasaran lain. Fungsi fisik yang dilakukan oleh lembaga ini adalah pembersihan, pengeringan, sortasi, penyimpanan, pengemasan, pengolahan, dan pengangkutan. Sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan oleh lembaga ini adalah berupa pemberian informasi harga kepada petani.

4. Distributor

Distributor adalah lembaga yang melakukan fungsi pembelian gabah dari pedagang besar yang ada di daerah. Setelah itu kemudian melakukan fungsi penjualan kepada pedagang kecil lainnya. 5. Pedagang Pengecer Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli beras dari pedagang besar dalam jumlah yang relatif tidak banyak untuk kemudian dijual lagi kepada konsumen akhir. Pedagang pengecer ini terdiri dari perorangan, seperti warung- warung atau toko pribadi. Kegiatan yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah meliputi fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh lembaga ini adalah fungsi pembelian dan penjualan beras yang dibeli dari pedagang besar atau dari distributor. Fungsi fisik yang dilaksanakan adalah berupa pengemasan dan penyimpanan.

6.4.2 Analisis Alur Tataniaga

Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Binong dan Kecamatan Pusakanagara, maka dapat diketahui bahwa ada dua pola saluran tataniaga antara lain sebagai berikut: 1. Pola Tataniaga I Pola tataniaga I ini petani menjual hasil panennya kepada pedagang besar di kecamatan. Hal ini telah menjadi kebiasaan yaitu menjual hasil panen kepada pedagang tersebut. Setelah sampai ke pedagang besar maka gabah tersebut diolah hingga menjadi beras. Kemudian disalurkan ke distributor besar di Pasar Induk Jakarta, baru setelah itu disalurkan kembali melalui pedagang pengecer untuk disampaikan kepada konsumen akhir. Presentase jumlah petani yang menggunakan pola ini adalah 12,50 persen dari total petani. 2. Pola Tataniaga II Pada pola tataniaga II ini petani menyalurkan produknya melalui pedagang pengumpul, setelah dibeli oleh pedagang pengumpul kemudian gabah tersebut disalurkan lagi melalui pedagang besar, kemudian oleh pedagang besar gabah tersebut diolah menjadi beras. Setelah menjadi beras kemudian disalurkan melalui pedagang pengecer dan disampaikan kepada konsumen akhir. Presentase jumlah petani yang menggunakan pola Tataniaga II ini adalah 87,50 persen. Saluran tataniaga padi di Kecamatan Binong dan Kecamatan Pusakanagara Tahun 2007 tersaji pada Gambar 5. Pola II 87,50 Pola I 12,50 Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Penyosohan beras Pedagang Pengecer Konsumen Gambar 5 Saluran Tataniaga Padi di Kecamatan Binong dan Kecamatan Pusakanagara Tahun 2007 Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa saluran tataniaga padi dari petani banyak yang menjual langsung ke pedagang pengumpul tengkulak dengan presentase 87,50 persen, sisanya 12,50 persen menjual langsung ke pedagang besar yang mempunyai perusahaan penyosohan beras. Tataniaga yang baik seharusnya menjual langsung kepada pedagang besar karena harga yang diterima tidak akan berbeda dengan petani yang lain. Jika menjual kepada tengkulak kemungkinan dibeli dengan harga murah lebih besar karena transaksi dilakukan antar individu tanpa ada informasi harga sebelumnya. VII EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH HPP DAN DANA PENGUAT MODAL EKONOMI PEDESAAN DPM LUEP

7.1 Efektivitas Penetapan Harga Pembelian Pemerintah HPP