Upaya untuk mengetahui keefektifan penetapan HPP dapat dilihat dari tingkat pendapatan petani disetiap daerah. Tempat dilaksanakannya penelitian adalah
Kabupaten Subang. Kabupaten tersebut merupakan salah satu sentra padi yang ada di Jawa Barat, yang memiliki areal lahan sawah terluas ketiga setelah
Karawang dan Indramayu. Kabupaten Subang sekaligus pula merupakan penyumbang atau kontributor produksi padi ketiga di Jawa Barat, dengan luas
sawah pada Tahun 2005 seluas 84.167 hektar atau sekitar 41,71 persen dari total wilayah Kabupaten Subang Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang, 2006.
1.2 Perumusan Masalah
Petani sebagai pelaku utama kegiatan produksi padi, tidak terlepas dari masalah yang mengganggu kegiatan produksinya. Meningkatnya biaya produksi
seperti biaya pengolahan lahan dan tingginya harga pupuk merupakan masalah yang merugikan petani. Peningkatan biaya tersebut biasanya tidak diimbangi
dengan peningkatan harga jual hasil pada musim panen, sehingga berdampak pada pendapatan petani yang rendah. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa
sampai saat ini petani menjadi pihak yang dirugikan, padahal seharusnya keberadaan petani padi dan keadaan produksi padi perlu mendapatkan perhatian.
Pemerintah dan masyarakat harus memberikan perhatian terhadap keberadaan petani padi karena beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia.
Petani pada umumnya menjual hasil panen padi dalam bentuk gabah, dengan alasan seperti: 1 Ingin cepat memperoleh hasil panen uang, 2 Tidak
mengeluarkan biaya tambahan seperti untuk pengolahan, penyimpanan, dan transportasi, 3 Faktor kebiasaan. Harga jual gabah pada saat musim panen
biasanya sangat rendah, upaya yang dilakukan pemerintah untuk menolong petani yaitu dengan menetapkan Harga Pembelian Pemerintah HPP gabah.
Penetapan HPP ditujukan apabila harga gabah jatuh menjadi harga dasar dalam pembelian hasil panen, sehingga tetap menguntungkan petani yang dapat
dibeli oleh Dolog dari mitra kerjanya. Apabila harga gabah di pasar bebas tinggi yaitu di atas HPP maka petani tidak akan rugi. HPP untuk gabah mulai dari
Tahun 2002 - 2006 tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3 Harga Pembelian Pemerintah HPP Gabah Nasional Tahun 2002 - 2006 Rupiah
Jenis 2002 2003 2004 2005 2006
Gabah Kering Panen 1.240
1.400 1.250
1.517 2.215
Gabah Kering Simpan 1.345
1.500 1.345
1.746 2.374
Gabah Kering Giling 1.467
1.645 1.450
1.710 2.594
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang, 2007
Tabel 3 memberikan informasi mengenai harga gabah yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk semua wilayah Indonesia. Harga gabah
ditetapkan sesuai jenisnya, setiap tahun harga gabah berbeda, ada yang mengalami penurunan seperti untuk jenis gabah kering panen Tahun 2003 yang awalnya
Rp 1.400 menjadi Rp 1.250 di Tahun 2005, ataupun mengalami kenaikan seperti Tahun 2005 yang awalnya Rp 1.517 menjadi Rp 2.215 pada Tahun 2006.
Gabah yang dijual petani biasanya berada pada kisaran Rp 2.300 hingga Rp 2.400 per kilogram. Penetapan HPP terkadang tidak berlaku. Dilapangan
masih dijumpai gabah petani yang ditawar Rp 2.000 per kilogram oleh tengkulak orang yang biasa membeli hasil panen petani untuk dijual lagi ke pembeli
selanjutnya.
3
Masalah tersebut terjadi karena kurangnya informasi mengenai
3
Marsis santoso. 2007. Petani Kecewa Harga Gabah. http:www.pikiran-rakyat.comcetak. 28 Maret.
kebijakan HPP yang diperoleh petani. Adapun petani yang mengetahui informasi terebut terkadang masih mengeluh, karena harga beli pemerintah dirasakan kurang
sesuai. Hal ini berdampak pada pendapatan petani menjadi kecil. Pemerintah selain menetapkan kebijakan HPP juga memberikan Dana
Penguat Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM LUEP untuk menolong petani. DPM LUEP adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan
dana talangan tanpa bunga kepada LUEP untuk membeli gabah atau beras secara langsung dari petani, terutama pada saat panen raya dengan harga minimal sesuai
dengan HPP untuk beras dan harga referensi daerah untuk jagung dan kedelai.
4
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Sejauh mana efektivitas penetapan Harga Pembelian Pemerintah HPP gabah terhadap pendapatan petani?
2. Sejauh mana efektivitas peranan DPM LUEP dalam upaya meningkatkan pendapatan petani?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian