sektor pertanian, 16.03 dari sektor perdagangan, hotel dan restoral sedangkan 14.82 berasal dari sektor jasa-jasa
5 Tersedianya sarana dan prasarana sosial dasar dan transportasi yang
menghubungkan antar daerah dalam wilayah Kapet Bima serta ketersediaan pelabuhan laut dan bandara udara serta transportasi darat untuk berhubungan
dengan luar wilayah 6
Struktur penduduk Kapet Bima dominan berusia produktif 59.21 , dengan tingkat partisipasi dan tingkat pendidikan di Kapet Bima lebih tinggi
dari pada Propinsi NTB, dimana yang tidakbelum pernah sekolah di Kapet Bima adalah sebanyak 9.11 sedangkan Propinsi NTB sebanyak 10.57 .
Penduduk Kapet Bima yang mencapai tingkat pendidikan SMP ke atas adalah 39.02 , di atas rata-rata Propinsi NTB yang baru mencapai 28.46
7 Memiliki nilai budayakearifan lokal terkait dengan kepemimpinan dan
pengelolaan wilayah 8
Berdasarkan analisis IO Kapet Bima, terdapat 8 sektor yang memiliki daya tarik yang kuat terhadap sektor lainnya, yakni peternakan, industri
pengolahan, listrik, bangunan, hotel dan restoran, bank dan lembaga keuangan bukan bank, jasa pemerintahan, serta jasa swasta. Terdapat 7
sektor yang memiliki daya dorong yang kuat terhadap sektor lainnya yakni tanaman bahan makanan, perikanan, industri pengolahan, perdagangan,
angkutan, pos dan telekomunikasi, bank dan lembaga keuangan bukan bank. Sedangkan berdasarkan analisis LQ terdapat 5 sektor yang menjadi sektor
basis, yakni tanaman bahan makanan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan air bersih.
9 Interaksi spasial mobilitas masyarakat dan arus barang dan kendaraaan
yang cukup tinggi baik intra maupun inter regional 10 Sekitar 89.42 kebutuhan hidup dan usaha penduduk Kapet Bima saat ini
cukup tersedia dalam kabupaten masing-masing, dimana produk-produk hasil kegiatan industri sebagian besar langsung didatangkan dari Surabaya
dan Makasar 11 Berdasarkan analisis stakeholders, Pemerintah kabupatenkota dan swasta
memiliki tingkat pengaruh yang tinggi dan bersama berbagai elemen
masyarakat memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi dalam mendukung pengembangan wilayah di Kapet Bima
2. Kelemahan
Kelemahan-kelemahan yang diidentifikasi mempengaruhi keberhasilan dalam pengembangan wilayah Kapet Bima.
1 Sebagian besar wilayah berupa pegunungan dengan kemiringan lahan yang agak curam dan curam luas wilayah yang memiliki kemiringan 15-40
o
= 35.56 dan 40
o
= 32.24 , sehingga memiliki faktor kesulitan yang relatif tinggi untuk menghubungkan antar wilayah melalui prasarana jalan
yang di bangun serta dalam membangun jaringan irigasi untuk mendukung kegiatan pertanian
2 Luas lahan kering mencapai 94.68 termasuk di dalamnya hutan negara dengan luas mencapai 55.80 . Di sisi lain, luas lahan kritis semakin terus
meningkat, yang berkorelasi pula dengan banyaknya pengelolaan lahan dan hutan yang belum dilaksanakan secara optimal baik untuk tujuan ekonomi
maupun ekologi. 3 Struktur perekonomian masih bertumpu pada sektor pertanian khususnya
pada subsektor tanamanan bahan makanan pangan dan hortikultural sedangkan luas lahan mengalami keterbatasan dan tingkat produksi akan
mengalami tingkat kejenuhan 4 Infrastruktur pendidikan dan kesehatan yang masih kurang serta tidak
merata, sehingga dapat menurunkan kualitas SDM. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat adalah ketersediaan prasarana
pendidikan yang masih kurang terutama tingkat pendidikan lanjutan. Demikian juga di sektor kesehatan, keberadaan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan masyarakat termasuk tenaga medis masih minim sehingga hal ini dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat 5 Prasarana dan sarana utilitas seperti distribusi air bersih, drainase dan listrik
belum sepenuhnya terpenuhi bagi kebutuhan perumahan dan usaha masyarakat khususnya dipedesaan
6 Demikian juga prasarana irigasi dan transportasi yang sangat membutuhkan perbaikan dan pengembangan lebih lanjut untuk pengembangan ekonomi
wilayah Kapet Bima dalam skala regional 7 Lembaga ekonomi koperasi dan lembaga keuangan mikro lainnya saat ini
sesungguhnya menjadi salah satu pelaku pembangunan, perannya masih belum optimal dalam pengembangan perekonomian di perdesaan
8 Modal yang dimiliki daerah maupun pengusaha lokal sangat terbatas, sedangkan investor luar daerah dan asing sulit didatangkan
9 Sebagian besar kegiatan usaha di Kapet Bima belum mampu menerapkan manajemen modern, masih ada kecenderungan menerapkan manajemen
keluargatradisonal. Penguasaan pada ilmu pengetahuan dan teknologi masih relatif terbatas sehingga belum memiliki daya saing yang tinggi, akibatnya
peningkatan nilai tambah produkusaha rendah 10 Masih rendahnya keterkaitan kegiatan ekonomi perdesaan dan perkotaan,
industri pengolahan relatif terbatas termasuk pengolahan hasil produk pertanian, peternakan dan perikanan, kehutanan dan perkebunan. Di sisi lain,
sebaran kontribusi dan pertumbuhan ekonomi tiap sektor belum merata, khsususnya sektor industri pengolahan.
11 Berdasarkan analisis IO, bahwa total permintaan antara hanya mencapai 23.18 , rendahnya permintaan antara ini menunjukkan bahwa dari total
output wilayah hanya 23.18 yang dikembalikan untuk proses kegiatan produksi domestik sehingga tingkat keterkaitan antar sektor rendah yang
pada akhirnya juga multiplier efek dari kegiatan ekonomi wilayah juga rendah.
12 Kemampuan pemerintah daerah untuk meningkatkan penerimaannya masih rendah, yakni 1.23 dari total output wilayah. Keadaan ini menggambarkan
juga tingkat kemandirian daerah, karena dari struktur anggaran daerah, sumber pendapatan daerah masih sangat bergantung kepada pusat melalui
alokasi perimbangan keuangan DAUDAK 13 Keterkaitan kegiatan pemerintah dengan sektor lain khususnya keterkaitan
ke depan masih rendah, padahal kegiatan sektor pemerintahan memberikan
kontibusi sebesar 14.62 peringkat ke-2 dari total output ekonomi wilayah.
14 Industri pengolahan dan perdagangan sebagai sektor yang memiliki keterkaitan yang kuat daya tarik dan daya dorong yang tinggi dengan
sektor lain belum menjadi sebagai sektor basis 15 Hotel dan restoran, jasa swasta dan perusahaan memiliki nilain output dan
LQ yang rendah, hal ini memberikan gambaran masih belum berkembangnya pembangunan di sektor pariwisata.
16 Arah pergerakan dan sebaran penduduk tidak menyebar kompak dan merata tapi membentuk pola linear dan melingkar karena permasalahan
topografi yang berbukit disamping mengikuti arah perkembangan wilayah yang terpusat dan mengikuti sekitar jalur jalan raya nasional
17 Masih kurang berkembangnya daerah-daerah belakang di bagian utara, selatan dan barat. Di bagian utara terdapat Kecamatan Wera, Ambalawi,
Donggo Kabupaten Bima, dan Kilo Kabupaten Dompu. Di bagian selatan, Kecamatan Huu, Pajo Kabupaten Dompu dan Kecamatan Monta Kabupaten
Bima. Sedangkan Bagian Barat adalah Kecamatan Sanggar dan Tambora Kabupaten Bima, Kecamatan Kempo, dan Pekat Kabupaten Dompu.
Daerah-daerah belakang ini memiliki kekayaan sumber daya alam. 18 Lemahnya komunikasi dan koordinasi internal pemerintah propinsi maupun
antar pemerintah propinsi dan kabupatenkota 19 Kurang tegasnya pembagian tugas wewenang belum adanya prosedur
operasi standar antar instansi terkait dengan Kapet Bima. mengakibatkan kurang lancarnya tugas yang diemban oleh BP Kapet Bima
20 Orientasi dan kepentingan pembangunan masih bersifat parsial meskipun telah diantisipasi dengan Musbang Desa dan Kecamatan Rakorbang
Tingkat Kabupaten, Tingkat Propinsi dan Rakornas
b. Aspek Eksternal
Lingkungan eksternal merupakan semua kekuatan yang timbul diluar rentang kendali span of control daerahwilayah, dan sulit untuk diramalkan
sehingga membawa dampak yang dapat mempengaruhi keputusannya serta
tindakan dalam pembangunan. Oleh karenanya perlu perhatian dan pencermatan yang serius terhadap aspek yang melingkupinya. Lingkungan eksternal
mengandung peluang opportunities dan ancaman threats, yang akan mempengaruhi keberadaan dan gerak pembangunan daerahwilayah.
1. Peluang
Adapun peluang-peluang yang diindikasi mempengaruhi keberhasilan pengembangan wilayah adalah sebagai berikut :
1 Secara Geografis, Bima merupakan kota jangkar yang menghubungkan antara Kawasan Indonesia Barat Jawa dengan sulawesi dan kepulauan-
kepulauan Indonesia Timur lainnya. Selain itu berada dalam jalur segi tiga emas pariwisata Indonesia Bali-Pulau Komodo-Tanah Toraja
2 Kebijakan otonomi daerah yang mendorong dan memberikan peluang kepada daerah untuk mengelola sumber daya wilayah serta bekerja sama
dengan daerah lain dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah itu sendiri
3 Terus berkembangnya berbagai lembaga keuangan baik bank maupun non bank
4 Keadaan perekonomian nasional cenderung semakin membaik 5 Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi yang semakin
meningkat 6 Peluang kerja sama dan eksport-import antar daerah dan antar pusat-pusat
pengembanganpertumbuhan wilayah 7 Peluang pasar nasional, regional dan internasional
8 Pola kemitraan dan jaringan usaha terus berkembang seiring dengan peningkatan interaksi antar wilayah
9 Berdasarkan kajian sejarah, kerajaan di Kapet Bima telah cukup lama berinteraksi dengan daerah lain di Nusantara maupun internasional