Kearifan Nilai Budaya Dalam Pembangunan Wilayah

melalui proses belajar yang melahirkan unsur-unsur universal sebagai isi dari semua kebudayaan di dunia. Secara garis besarnya dapat dibagi dalam tujuh unsur, yaitu : 1 sistem religi dan upacara keagamaan; 2 sistem dan organisasi kemasyarakatan; 3 sistem pengetahuan; 4 bahasa; 5 kesenian; 6 sistem mata pencaharian dan kebutuhan hidup; 7 sistem teknologi dan peralatan. Selanjutnya ketujuh unsur universal ini dapat di rangkum ke dalam tiga wujud, yakni : 1 keseluruhan ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan; 2 keseluruhan aktivitas tingkah laku manusia sosial yang berpola; 3 keseluruhan hasil karya manusia. Gambar 3 merupakan salah satu wujud kebudayaan masyarakat Kapet Bima berupa pakaian tradisional yang bahannya memanfaatkan sumber daya lokal dan selaras dengan nilai religi Islam yang dianut masyarakat setempat. Nilai-nilai budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat dapat diaktualisasikan sebagai spirit dan bagian dari suatu komponen sumber daya dalam pembangunan daerah dan wilayah. Menurut Syamsudin 1999, Manusia menciptakan dan membutuhkan budaya bagi kesejahteraan hidupnya dan mereka memiliki potensi untuk dapat melaksanakannya, karena hanya masyarakat manusia sajalah yang mampu meracang dan memiliki pranata institusi budaya dan merealisasikannya dengan memperhatikan banyak hal termasuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Gambar 3 Salah Satu Bentuk Pakaian Tradisional di Kapet Bima Berikut ini beberapa potensi nilai budaya masyarakat yang dapat menjadi determinan dalam pengembangan wilayah Kapet Bima, antara lain sebagai berikut :

1. Kriteria Pemimpin : “Nggusu Waru” OktagonalDelapan Sisi

Terdapat delapan kriteria kepemimpinan yang hendaknya ada dalam diri setiap masyarakat Bima. Menurut Mochtar 1999 delapan kriteria kepemimpinan ini telah disampaikan dalam bentuk suatu nasehat luhur baik untuk kalangan atas bangsawan maupun kepada masyarakat awam yang disampaikan oleh para ulama, inang pengasuh, dan orang-orang tua, tersirat dalam pelaksanaan adat dan peringatan hari besar islam maupun pada saat upacara perkawinan dan khitanan. Adapun kriteria kepemimpinan nggusu waru tersebut adalah sebagai berikut : - Ma to’a di ruma labo rasul yang taat kepada Allah dan Rasul - Ma loa ra bade yang cerdas dan berpengetahuan luas - Ma ntiri nggahi ra kalampa yang jujur dalam berbicara dan berbuat - Ma poda nggahi ra paresa yang menegakkan kebenaran - Ma mbani ra disa yang gagah berani - Ma tenggo ra wale yang kuat dan gigih berjuang - Ma bisa ra guna yang saktiberwibawaberkharismatik dan berdaya guna untuk negerinya - Londo dou taho dari keturunanlingkungan baik

2. Jiwa Kepemimpinan : “Katohompara Wekiku Sura Dou Mori Na Labo

dana” Tidak Peduli Untuk Diriku, Asalkan Untuk Rakyat dan Negara Menurut Tajib 1999 kalimat itu disebut epilogi yang diucapkan sejak Bima mengenal sistem pemerintahan berbentuk kerajaan. Calon raja atau setiap pemimpin sebelum dilantik mengucapkan kalimat epilogi itu sebagai tanggapan atas usulan, peringatan dan bahkan ancaman yang disampaikan pejabat atau komponen kerajaan dan disaksikan oleh rakyat umum, dengan naskah lengkapnya sebagai berikut : Karentaku ba reraku di dou ma labo dana, Indokapo ra’a saciri ma kamorina weki, Saraka nu’u mancuri kantuwu. Na su’u sawaleku ra kalampa sara, Ba dei ru’u taho ra ncihi kai dana ro rasa, Katohompara wekiku sura dou mori na labo dana Aku ikrarkan dengan lidahku kepadamu rakyat dan negeri, Adapun darah setetes menghidupkan diriku, Sampai kepada anak cucu. Mereka akan mematuhi dan menjunjung tinggi ketentuan pemerintah, Demi kebaikan dan kemaslahatan negeri, Tidak peduli untukku asalkan untuk orang banyak.

3. Prinsip Pengambilan Keputusan : “Nggahi Ra Sama Kai”

KataKeputusan Yang Disepakati Bersama Sumber dari prinsip musyawarah adalah adat lama sejak zaman ncuhi sebelum zaman kerajaan yang dikenal sebagai ungkapan tua “nggahi ra sama kai” atau katakeputusan yang telah disepakati bersama. Untuk mencapai kesepakatan bersama ini ada suatu pedoman falsafah kepemimpinan, yang umpamanya seorang pemimpin itu laksana duduk di atas sehelai tikar selembar lampit, merentang tali sipat yang tegak lurus, menaruh jangkar yang tepat bundar dan dacin yang tepat berimbang, untuk menuju kesamaan pemikiran dan satunya kehendak demi kebaikan bersama Maryam 1999.

4. Prinsip Kerja : “Nggahi Rawi Pahu” Satunya Kata dan Perbuatan

Untuk Mewujudkan Kenyataan Menurut Tajib 1999 kalimat itu adalah petunjuk awal pelaksanaan epilogi, untuk konsekuen terhadap apa yang diniat dan direncanakan sehingga harus diimplementasikan dalam suatu aksi sampai berwujud suatu hasil. Sedangkan Maryam 1999 menyatakan rumusan “nggahi rawi pahu” merupakan kebenaran ucapan yang dinyatakan dalam tindakan dan perilaku sebagaimana peribahasa Bima “Ka Sabuaku Nggahi Ma Labo Rawi” satukan kata dan perbuatan adalah prinsip yang sampai sekarang dianggap oleh orang BimaDompu sebagai pertanda sifat orang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

5. Nilai Pengendalian : “Maja Labo Dahu” Malu dan Takut

Maja labo dahu ialah budaya malu dan takut kepada Tuhan dan kepada orang banyak bila melakukan suatu perbuatan yang menyimpang dari nilai-nilai luhur dan peraturan yang berlaku. Maryam 1999 menyatakan Maja labo dahu berfungsi pula sebagai alat kontrol baik vertikal maupun horizontal terhadap pelaksanaan epilogi, serta mengandung pula makna : - Malu dan takut taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatNya. - Patuh kepada semua ketentuan yang berlaku dan norma yang ada dalam masyarakat - Mengerjakan yang baik, meninggalkan yang batil - Rendah hati, tidak sombong dan takabur - Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah - Sabar dan pantang mundur 4.5.6. Ketersediaan Infrastruktur dan Kelembagaan Usaha a. Infrastruktur Pendidikan, Kesehatan dan Keagamaan Untuk mendukung kualitas kehidupan masyarakat maka dibutuhkan ketersediaan infrastruktur sosial. Infrastruktur penting dibidang sosial adalah pendidikan, kesehatan dan kegiatan keagamaan. Di Kapet Bima Keberadaan Sekolah tersedia mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai tingkat perguruan tinggi, selain sekolah umum juga tersedia sekolah menengah kejuaraan yakni sejumlah 13 unit sedangkan Madrasah Aliyah sejumlah 27 unit dan pondok pesantrennya sejumlah 33 unit yang tersebar di tiga daerah administratif Kapet Bima. Adapun gambaran Jumlah Sekolah Pada Berbagai Tingkat Pendidikan di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 31 Tabel 31 Jumlah Sekolah Pada Berbagai Tingkat Pendidikan di Kapet Bima Unit No. Tingkat Sekolah Dompu Bima Kota Bima Kapet Bima 1 TK 58 141 46 245 2 SD 203 388 79 670 3 M.Ibtidaiyah 28 45 7 80 4 SLTP 26 44 13 83 5 M. Tsanawiyah 22 24 6 52 6 SMU 16 27 17 60 7 M. Aliyah 10 12 5 27 8 SMK 3 5 5 13 9 Pondok Pesantren 3 23 7 33 10 PT 1 1 7 9 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Tabel 32 Perbandingan Jumlah Penduduk terhadap Ketersediaan Sekolah di Kapet Bima Jumlah JiwaUnit No. Tingkat Sekolah Dompu Bima Kota Bima Kapet Bima 1 TK 3,437 2,974 2,531 3,000 2 SD 982 1,081 1,474 1,097 3 M.Ibtidaiyah 7,120 9,318 16,632 9,189 4 SLTP 7,668 9,530 8,956 8,856 5 M. Tsanawiyah 9,062 17,471 19,404 14,136 6 SMU 12,460 15,530 6,849 12,251 7 M. Aliyah 19,936 34,942 23,285 27,225 8 SMK 66,452 83,860 23,285 56,545 9 Pondok Pesantren 66,452 18,231 16,632 22,275 10 PT 199,357 419,302 16,632 81,676 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Tabel 32 menggambarkan perbandingan ketersediaan sekolah dengan jumlah penduduk. Jumlah SD di Kapet Bima adalah sebanyak 670 unit atau dengan ratio 1,097 jiwa penduduk per unit. Jumlah SLTP adalah sebanyak 83 unit atau dengan ratio 8,856 jiwa penduduk per unit. Jumlah SMU adalah sebanyak 60 unit atau dengan ratio 12,251 jiwa penduduk per unit. Sedangkan Jumlah Perguruan Tinggi adalah sebanyak 9 unit atau dengan ratio 81,675 jiwa penduduk per unit. Keberadaan Sekolah Dasar di Kapet Bima tersedia di seluruh desakelurahan, sekolah setingkat SLTP dan SMU pada umumnya tersedia di tingkat kecamatan, namun masih terdapat kesenjangan ratio antara Kota Bima dengan Kabupaten Bima dan Dompu, sehingga di Kabupaten Dompu dan khususnya di Kabupaten Bima perlu dibangun lagi sekolah setingkat SLTP dan SMU agar peluang masyarakat untuk memperoleh pendidikan lebih besar. sedangkan sekolah kejuruan dan perguruan tinggi hanya ada di tingkat kabupaten atau pada beberapa kecamatan saja. Berbagai perguruan tinggi tersebut memberikan pilihan program studi yang dibutuhkan masyarakat masih terbatas. Fasilitas peribadatan di Kapet Bima meliputi 693 unit masjid, 382 unit langgar dan 235 unit mushalla yang tersebar di tiga kabupatenkota. gereja terdapat 10 unit yang juga tersebar di tiga kabupatenkota, sedangkan pura berjumlah 9 unit yang hanya tersedia di Kabupaten Dompu dan Kota Bima. gambaran tentang jumlah tempat peribadatan di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 33. Tabel 33 Jumlah Tempat Peribadatan Di Kapet Bima Unit No. Uraian Kab Dompu Kab Bima Kota Bima Kapet Bima 1 Masjid 228 349 116 693 2 Langgar 55 261 66 382 3 Mushalla 54 106 75 235 4 Pura 7 - 2 9 5 Gereja 5 2 3 10 Jumlah 349 718 262 1329 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Kegiatan peribadatan merupakan kegiatan rutin dan dilakukan setiap saat oleh pemeluknya, sehingga fasilitas peribadatan harus cukup tersedia khususnya bagi umat muslim sebagai masyarakat mayoritas di Kapet Bima, karena tempat peribadatan merupakan ruang yang digunakan untuk melaksanakan ritual hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, juga sebagai salah satu sentral dalam berinteraksi dengan sesama. Pada tabel 34 terlihat bahwa bahwa setiap unit masjid digunakan oleh paling tidak 1,061 jiwa penduduk sedangkan langgar dan mushalla adalah masing-masing sebanyak 1,924 dan 3,128 jiwa penduduk. Tabel 34 Perbandingan Jumlah Penduduk terhadap Ketersediaan Tempat Peribadatan di Kapet Bima Jumlah JiwaUnit No. Uraian Kab Dompu Kab Bima Kota Bima Kapet Bima 1 Masjid 874 1,201 1,004 1,061 2 Langgar 3,625 1,607 1,764 1,924 3 Mushalla 3,692 3,956 1,552 3,128 4 Pura 28,480 - 58,213 81,676 5 Gereja 39,871 209,651 38,808 73,508 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Keberadaan berbagai jenis fasilitas kesehatan di Kapet Bima relatif tersedia namun masih terbatas, tercatat baru 2 dua rumah sakit umum yang ada di 3 tiga KabupatenKota di Kapet Bima, artinya setiap rumah sakit melayani 367,542 jiwa penduduk. Ketersediaan apotik baru 11 buah sedangkan Kapet Bima terdiri dari 25 kecamatan dengan jarak di antaranya cukup berjauhan, sedangkan Puskesmas hanya tersedia 32 unit dengan ratio pelayanan setiap unit 22,971 jiwa penduduk yang dibantu oleh Puskesmas Pembantu Pustu sebanyak 127 unit atau dengan ratio pelayanan terhadap 5,788 jiwa penduduk. Pada umumnya Puskesmas Pembantu tersedia di tiap desakelurahan. Adapun gambaran tentang jumlah fasilitas kesehatan di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 35 sedangkan ratio pelayanan setiap unit fasilitas kesehatan terhadap jumlah penduduk pada tabel 36. Ketersediaan fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Sebagai ilustrasi, dengan keberadaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Dompu selama 5 lima tahun terakhir 2000-2004, angka harapan hidup terus meningkat. Pada tahun 1999 angka harapan hidup penduduk adalah 57.9 tahun meningkat menjadi 59.5 tahun pada tahun 2004, sedangkan Infant Mortality Rate IMR atau angka kematian bayi AKB pada Tahun 1999 sebanyak 80 kasus per 1000 kelahiran hidup kemudian menurun menjadi 71 kasus per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2004 Bappeda Dompu, 2006. Tabel 35 Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Kapet Bima No. Unit Kesehatan Dompu Bima Kota Bima Kapet Bima 1 Rumah Sakit Umum 1 - 1 2 2 Rumah Sakit Lainnya - 1 1 2 3 Puskesmas 9 18 5 32 4 Pustu 44 70 13 127 5 Apotik 1 1 9 11 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Tabel 36 Perbandingan Jumlah Penduduk terhadap Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di Kapet Bima Jumlah JiwaUnit No. Unit Kesehatan Dompu Bima Kota Bima Kapet Bima 1 Rumah Sakit Umum 199,357 - 116,425 367,542 2 Rumah Sakit Lainnya - 419,302 116,425 367,542 3 Puskesmas 22,151 23,295 23,285 22,971 4 Puskesmas Pembantu 4,531 5,990 8,956 5,788 5 Apotik 199,357 419,302 12,936 66,826 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 b. Infrastruktur dan Aktivitas Industri, Perdagangan dan Koperasi Lebih dari 26 penduduk di Kapet Bima bekerja di Sektor industri dan perdagangan serta lebih dari 10 sudah mulai bekerja di sektor jasa. sektor ini sangat strategis dalam menggerakkan ekonomi riil wilayah baik untuk menarik sisi produksinya supply maupun untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyakat lainnya demand. Tabel 37 Jumlah Sarana Perdagangan Di Kapet Bima No. Jenis Sarana 2003 2004 Perub. 1 Pasar Umum 28 28 0.00 2 Pasar Desa 2 5 150.00 3 Toko 1,174 1,419 21.00 4 KiosWarung 1,248 1,383 11.00 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Seiring dengan pertumbuhan penduduk maka akan semakin meningkat pula kebutuhan hidup dan usaha masyarakat sehingga sangat dibutuhkan ketersediaan sarana perdagangan yang memadai. Dari tabel 37 di atas terlihat bahwa pada tahun 2004 sarana perdagangan di Kapet Bima mengalami peningkatan kecuali pasar umum. Tabel 38 Perbandingan Jumlah Penduduk Terhadap Ketersediaan Sarana Perdagangan di Kapet Bima Jumlah JiwaUnit No. Jenis Sarana Jumlah Sarana Unit JiwaUnit 1 Pasar Umum 28 24,503 2 Pasar Desa 5 147,017 3 Toko 1,419 518 4 KiosWarung 1,383 532 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Pada tabel 38 terlihat bahwa rasio pelayanan setiap pasar umum yakni 24,503 jiwa penduduk, sedangkan Jumlah pasar desa meningkat 150 yakni dari 2 unit menjadi 5 unit namun beban pelayanan setiap unit masih tinggi yakni sebanyak 147,017 jiwa penduduk, sehingga ketersediaan pasar desa perlu ditingkatkan, karena seharusnya merupakan fasilitas perdagangan terdekat dengan masyarakat desa, sehingga segala kebutuhan hidup dan usaha masyarakat tersedia dan dengan mudah untuk mendapatkannya. Kios warung mengalami peningkatan sebesar 11 , sedangkan toko jumlahnya meningkat 21 dari sebelum 1,174 unit pada tahun 2003 menjadi 1,419 unit pada tahun 2004. fenomena ini menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan aktivitas perdagangan, khususnya pada ekonomi skala kecil atau menengah. Jumlah perusahaan industri di Kapet Bima sebanyak 5,874 buah yang terdiri dari 4,549 buah perusahaan industri non formal dan 1,325 buah perusahaan formal. sedangkan dari total serapan tenaga kerja sebanyak 16,383 orang, pada industri formal adalah 7,660 orang sedangkan industri non formal adalah 8,723 orang. Nilai investasi yang diserap industri formal adalah 21.6 milyar rupiah, jauh lebih besar dari pada industri non formal yakni hanya 3.9 milyar rupiah, namun rasio nilai produksi terhadap investasi masih lebih unggul industri non formal yakni 2.83 dibandingkan industri formal adalah sebesar 1.46. Adapun gambaran tentang jumlah perusahaan, tenaga kerja dan nilai investasi dirinci menurut kelompok industri di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 39. Tabel 39 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Investasi Dirinci Menurut Kelompok Industri Di Kapet Bima No Uraian Satuan Dompu Bima Kota Bima Kapet Bima Industri Formal 1 Perusahaan Buah 296 755 274 1,325 2 Tenaga Kerja Orang 1,880 4,455 1,325 7,660 3 Investasi Rp.Juta 4,423 12,849 4,385 21,657 4 Produksi Rp.Juta 9,924 15,484 6,250 31,658 Industri Non Formal 1 Perusahaan Buah 1,287 3,142 120 4,549 2 Tenaga Kerja Orang 2,847 5,626 250 8,723 3 Investasi Rp.Juta 777 2,119 990 3,886 4 Produksi Rp.Juta 3,363 4,815 2,815 10,993 Jumlah 1 Perusahaan Buah 1,583 3,897 394 5,874 2 Tenaga Kerja Orang 4,727 10,081 1,575 16,383 3 Investasi Rp.Juta 5,200 14,968 5,375 25,543 4 Produksi Rp.Juta 13,287 20,299 9,065 42,651 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Terdapat 21 jenis kegiatan industri dominan yang nilai produksinya Rp.300 juta, yang terdiri 13 jenis usaha dari industri hasil pertanian dan kehutanan IKAHH dan 8 jenis usaha dari industri logam, mesin dan Kimia ILMEA. Jenis usaha yang memiliki nilai produksi paling tinggi adalah industri genteng Rp.5.32 milyar, penjahitankonveksi Rp.4.19 milyar dan furniture dan kayu Rp.3.32 milyar sedangkan nilai produksi industri kacang mete Rp.0.35 milyar, vulkasnisir Rp.0.40 milyar dan Industri tahu Rp.0.41 milyar. Kegiatan industri di Kapet Bima di dominasi oleh industri berbasis pertanian, namun limpahan sumber daya pertanian belum diolah secara optimal, hasil pertanian selain untuk konsumsi rumah tangga dan masyarakat sekitar juga dijual keluar daerah, namun komoditi pertanian yang diperdagangkan masih dalam bentuk produk mentah dan sedikit yang dalam bentuk produk olahan setengah jadi. Adapun gambaran tentang jenis industri dominan dan nilai produksi di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 40. Tabel 40 Beberapa Jenis Industri Dominan dan Nilai Produksi Di Kapet Bima No. Uraian Kapet Bima Rp.000,- Formal Non Formal Jumlah I. Bidang IKAHH 1 Es Batu 1,001,724 - 1,001,724 2 Pengeringan Cumi 1,600,000 - 1,600,000 3 Pengasinan Ikan - 776,454 776,454 4 Foto Copy 409,625 48,540 458,165 5 Furniture dan Kayu 2,910,945 406,286 3,317,231 6 Garam Rakyat 265,000 817,000 1,082,000 7 Barang Dari Semen 1,163,356 - 1,163,356 8 Batu Bata 556,648 525,275 1,081,923 9 Genteng 4,915,810 409,090 5,324,900 10 Penggilingan Daging 514,642 - 673,315 11 Kacang Mete 190,800 - 355,225 12 Tahu 252,879 - 406,530 13 Pengolahan Susu Kuda 1,285,635 30,545 1,316,180 II. Bidang ILMEA 1 PenjahitanKonveksi 1,477,060 153,296 4,190,356 2 Pertenunan 1,328,303 1,131,250 2,884,553 3 Reparasi Kendr. Roda 24 1,557,200 - 2,669,200 4 Pengelasan 402,900 1,125 616,025 5 Air Isi Ulang 1,840,000 872,540 2,712,540 6 Vulkanisir 401,455 - 401,455 7 Tukang Kaleng - 964,628 964,628 8 Tukang Emas dan Perak 1,061,605 - 1,616,705 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Produk-produk perikanankelautan seperti rumput laut oleh masyarakat setempat sudah mulai diolah dalam bentuk dodol, namun dengan volume usaha yang masih sangat kecil. Kemudian jenis usaha perikanan bandeng perikanan air payau sudah mulai diproduksi dalam bentuk presto. pengolahan ikan laut baru dilakukan pengasinan dan pengeringan. sedangkan komoditi ternak dijual keluar daerah masih dalam keadaan hidup demikian juga komoditi kedelai atau bawang pada umumnya dijual dalam bentuk glondongan sementara industri pengolahan tahu atau tempe sangat terbatas. Kegiatan pengolahan pascapanen atau kegiatan agroindustri di Kapet Bima relatif masih kurang sementara potensi sumber daya cukup besar, sehingga peluang pengembangan agroindustri masih sangat besar dan dibutuhkan suatu strategi kebijakan yang dapat menggarap sumber daya wilayah secara optimal khususnya pada berbagai aktivitas ekonomi masyarakat sehingga tercipta multiplier effect pembangunan yang lebih luas. Sebagai lembaga usaha ekonomi kerakyatan, secara umum kinerja koperasi semakin membaik. Jika pada tahun 2002 jumlah koperasi 409 unit maka pada tahun 2004 terdapat 441 unit. Di sisi lain terdapat juga koperasi yang tidak aktif yang sampai 2004 sebanyak 117 unit. Adapun gambaran tentang keragaan koperasi di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 41. Tabel 41 Keragaan Koperasi di Kapet Bima No. Uraian Satuan 2002 2004 Perub. 1 Jumlah Koperasi Unit 409 441 3.85 2 Jumlah Anggota Orang 57,009 94,038 32.22 3 Pelaksanaan Rat Unit 215 240 5.68 4 Koperasi Aktif Unit 299 324 4.10 5 Koperasi Tdk Aktif Unit 110 117 3.18 6 Pengurus Orang 1,404 1,482 2.77 7 Pengawas Orang 1,145 1,142 0.01 8 Manajer Orang 76 77 0.66 9 Karyawan Orang 736 791 3.67 10 Modal Sendiri Rp.000 31,505,736 48,180,888 23.92 11 Modal Luar Rp.000 26,299,184 30,007,558 6.83 12 Volume Usaha Rp.000 97,973,963 116,085,180 9.60 13 SHU Rp.000 4,326,764 5,507,781 20.90 14 Asset Rp.000 57,804,920 78,188,446 16.40 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Peran koperasi dalam perekonomian wilayah semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah anggota koperasi sebesar 32.22 yakni 57,009 orang pada tahun 2002 menjadi 94,038 orang pada Tahun 2004. selain itu kinerja dari sisi produktivitas dan keuangan koperasi di Kapet Bima juga mengalami perkembangan yang baik. Tercatat rata-rata peningkatan modal sendiri setiap tahun adalah 23.92 , SHU sampai mencapai 20.90 sedangkan peningkatan rata-rata asset sebesar 16.40 per tahun.

c. Ketersediaan Utilitas Wilayah

Listrik merupakan sumber energi dalam berbagai aktivitas kehidupan dan pembangunan pada umumnya yang berfungsi sebagai prasarana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan dalam kegiatan produksi hampir seluruh sektor kegiatan usaha penduduk. Adapun gambaran tentang Kapasitas Terpasang dan Jumlah Pelanggan Listrik dapat dilihat pada tabel 42. Tabel 42 Kapasitas Terpasang dan Jumlah Pelanggan Listrik Di Kapet Bima No. KabupatenKota Kapasitas Kwh Pelanggan KK 1 Kab Dompu 7,907,000 17,549 2 Kab Bima 4,209,279 36,451 3 Kota Bima 31,343,549 17,294 Kapet Bima 43,459,828 71,294 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Jangkauan pelayanan listrik di Kapet Bima baru 40.96 dari jumlah 174,059 KK. Tingkat pelayanan yang paling tinggi adalah di Kota Bima yakni sebanyak 63.54 dari total KK, selanjutnya Kabupaten Dompu 38.22 dari total KK dan yang paling rendah Kabupaten Bima sebanyak 36.12 dari total KK. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada Tahun 2010 sebanyak 1.053.568 jiwa dan standar rata-rata kebutuhan listrik 0,2 KW orang hari, maka perkiraan kebutuhan listrik Kapet Bima adalah 188.011 KW.sehingga perlu peningkatan kapasitas listrik, jangkauan pelayanan listrik juga perlu diperluas hingga ke pedesaan. Khususnya pada wilayah Kecamatan Pekat, Tambora dan Kecamatan Lambu RTRW Kapet Bima, 2004. Pelayanan air bersih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan primer penduduk dan aktivitas usahanya seperti Industri pengolahan hasil pertanian dan indutri lainnya, pasar, perkantoran, perdagangan, dan lainnya sampai saat ini masih dilayani oleh PDAM. Dari jumlah 174,059 KK kepala keluarga di Kapet Bima yang terlayani baru 9.28 atau 16,147 KK, yang terdiri dari 45,920 KK di Kabupaten Dompu dan 128,139 KK di Kabupaten Bima dan Kota Bima. Adapun gambaran tentang Kapasitas Air Bersih PDAM dan Jumlah Pelanggan di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 43. Tabel 43 Kapasitas Air Bersih PDAM dan Jumlah Pelanggan di Kapet Bima KabupatenKota Kapasitas m 3 Pelanggan KK Kab Dompu 2,544,803 5,776 Kab Bima dan Kota Bima 1,892,938 10,371 Kapet Bima 4,437,741 16,147 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Untuk mendukung pengembangan wilayah di Kapet Bima, maka interaksi pelakustakeholders mutlak membutuhkan informasi dan komunikasi. Pelayanan telekomunikasi di Kapet Bima dikelola oleh Kantor Pelayanan PT. Telkom Tbk. Cabang Bima dan Dompu serta didukung oleh sistem komunikasi telepon seluler yang sekarang menjangkau hampir diseluruh wilayah Kapet Bima. Adapun gambaran tentang Kapasitas Pelayanan Telekomunikasi di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 44. Perkiraan kebutuhan telepon Kapet Bima pada tahun 2010 berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dan standar rata-rata kebutuhan satuan sambungan telepon 0,02 SST per orang, adalah 20.890 SST. Selain kapasitas sambungan telepon, jangkauan pelayanan telepon juga perlu diperluas termasuk pada ibukota