Daerah Kabupaten Bima dan Kota Bima memiliki drainase cukup baik, yakni dengan luas lahan yang tidak tergenang 1.085 ha atau
91,7 sedangkan areal tergenang terus menerus seluas 98 ha 8,3 dan lokasinya tersebar. Sedangkan daerah Kabupaten Dompu seluas 98,65
229.312 ha tidak tergenang air dan yang tergenang secara periodik hanya seluas 1.35 atau 3.019 ha BP Kapet Bima 2004.
4.3.4. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Pulau Sumbawa skala 1 : 250.000, Kabupaten Bima dan Kota Bima tersusun atas kelompok batuan endapan permukaan seperti
krikil, pasir, lempung dan andesit, batuan gunung api muda dan tua, batuan endapan dan batuan terobosan. Tingkat erosi tanah di Kabupaten Bima dan Kota
Bima relatif tinggi yaitu sebesar 91,34 418.89 ha.
Kabupaten Dompu tersusun dari batuan hasil gunung api lebih tua, tua, muda, batuan endapan permukaan, lempeng tufan dan terumbu karang. Sedangkan
tanah yang peka erosi di Kabupaten Dompu sebesar 62,10 114.34 Ha.
4.3.5. Tanah
Jenis tanah di wilayah Kapet Bima pada umumnya terdiri dari jenis aluvial, Komplek Regusol, Litosol dan Komplek Mediteran. Sedangkan tekstur
tanah dikelompokkan atas tekstur kasar pasir lempung berdebu, dan pasir berdebu, tekstur sedang lempung berdebu dan lempung liat berpasir dan tekstur
halus liat, liat berlempung, liat berpasir dan lempung liat berpasir. Tekstur sedang memiliki daerah penyebaran yang paling luas yaitu mencapai 77,81 ,
tekstur halus hanya 0,93 dan sisanya tekstur kasar seluas 21,26 BP Kapet Bima 2004.
4.4. Pola Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan di wilayah Kapet Bima cukup beragam, namun penggunaan untuk hutan adalah yang paling dominan, yakni meliputi Hutan
Rakyat 54.39 Ha 7.86 dan Hutan Negara 386,25 Ha 55.80 . Pada tabel 19 dijelaskan bahwa sawah beririgasi hanya 36,823 Ha 5.32 sedangkan sisanya
berupa lahan kering, baik untuk jenis penggunaan padang rumput 3.59 , perkebunan 1.93 , tegalan 7.08 , ladang 1.34 maupun yang belum
diusahakan 3.63 . Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa ketersediaan lahan kering yang cukup besar di Kapet Bima 38.40 atau seluas 94.68 jika
termasuk hutan negara menjadi permasalahan dalam pengembangan usaha tani lahan basah, namun menjadi keunggulan komparatif tersendiri untuk
pengembangan agrobisnis dan agroindustri yang berbasis komoditi lahan kering palawija, peternakan, perkebunan dan kehutanan serta kegiatan industri.
Tabel 19 Jenis Penggunaan Lahan Di Wilayah Kapet Bima Jenis Penggunaan Lahan
Luas Ha
Tanah Sementara Tidak Diusahakan 25,083
3.62 Kolamempangrawa 68
0.01 Hutan Rakyat
54,389 7.85
Hutan Negara 386,242
55.80 Padang Rumput
24,902 3.60
Perkebunan 13,331
1.92 Perumahan
6,377 0.92
Sawah irigasi 1 x panen 16,297
2.35 Sawah irigasi 2 x panen
20,526 2.96
Sawah tadah hujan 6,601
0.95 Tambak 3,054
0.44 Tegalan 48,984
7.07 Ladanghuma 9,238
1.33 Lainnya 77,053
11.13 Total 692,145
100,00 Sumber : BP Kapet Bima, 2004
4.5. Potensi Pengembangan Wilayah
Kapet Bima memiliki ragam sumber daya, baik ketersediaan sumber daya alamnya seperti potensi pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan
dan kehutanan, perikanan dan peternakan, serta potensi tambang dan galian. Selain itu juga didukung potensi sumber daya manusia, sosial dan budaya, serta