Derajat Keterkaitan Antar Sektor

sektor domestik dalam kegiatan ekonomi wilayah telah mendorong Jabodetabek dan Riau sebagai wilayah yang relatif lebih maju. Pada struktur input antara, koefisien teknis upah dan gaji di Kapet Bima lebih baik dari pada dua wilayah yang lainnya, namun dari sisi penerimaan pemerintah di Kapet Bima hanya menerima 0.85 dari total output. Sedangkan Riau mencapai 1.39 dan yang paling tinggi adalah Jabodetabek dengan karaktristik sebagai daerah industri dan perdagangan dapat memberikan penerimaan pemerintah sebesar 3.46 dari total output ekonomi wilayah.

5.1.2. Derajat Keterkaitan Antar Sektor

Salah satu keunggulan analisa dengan menggunakan Model IO adalah dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat hubungan atau keterkaitan teknis antar sektor, hubungan ini dapat berupa hubungan ke depan forward linkages atau daya dorong maupun hubungan kebelakang backward linkages atau daya tarik. Tabel 52 Indeks Keterkaitan Antar Sektor di Kapet Bima Kode Nama Sektor Indeks Daya Dorong IDD Indeks Daya Tarik IDT 1 Tanaman Bahan Makanan 1.3422 0.9224 2 Tanaman Perkebunan 0.9945 0.8493 3 Peternakan dan Hasil-Hasilnya 0.9725 1.0316 4 Kehutanan 0.8075 0.8186 5 Perikanan 1.0240 0.9701 6 Penggalian 0.8846 0.8783 7 Industri Pengolahan Non Migas 1.2141 1.5195 8 Listrik 0.9543 1.0002 9 Air bersih 0.7991 0.9336 10 Bangunan 0.9560 1.0908 11 Perdagangan Besar dan Eceran 1.3366 0.8823 12 Hotel dan Restoran 0.8917 1.3757 13 Angkutan 1.1883 0.8799 14 Pos dan Telekomunikasi 1.0171 0.8948 15 Bank dan Lbg Keu. Bukan Bank 1.0925 1.0321 16 Sewa Bangunan dan Jasa Persh 0.9126 0.8591 17 Jasa Pemerintahan Umum 0.7924 1.0538 18 Jasa Swasta 0.8201 1.0079 Sumber : Data Hasil Analisis Suatu sektor yang mempunyai nilai indeks daya dorong 1, berarti daya dorong sektor tersebut di atas rata-rata sektor lainnya. Demikian juga jika nilai indeks daya tarik 1, berarti daya tarik sektor tersebut di atas rata-rata sektor lainnya. Dari tabel 52 diketahui bahwa yang memiliki daya dorong paling tinggi adalah tanaman bahan makanan sektor 1 yakni dengan nilai indeks 1.3422 sedangkan sektor yang memiliki daya tarik paling tinggi adalah industri pengolahan non migas sektor 7 yakni dengan nilai indeks 1.3757. Untuk membantu menggambarkan tingkat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor lainnya maka sektor-sektor tersebut dapat ditempatkan dalam “diagram kartesius keterkaitan antar sektor”. Diagram ini memiki dua sumbu yakni sumbu vertikal yang menunjukkan indeks daya tarik dan sumbu horizontal yang menunjukkan indeks daya dorong. selanjutnya sumbu vertikal dibagi menjadi dua wilayah yakni yang memiki nilai daya tarik di atas rata-rata nilai indeks 1 dan yang berada dibawah rata-rata seluruh sektor. Demikian juga sumbu horizontal dibagi menjadi dua wilayah yakni yang memiliki nilai daya dorong di atas rata-rata nilai indeks 1 dan yang berada di bawah rata-rata. Sehingga jika dua sumbu ini diletakkan dalam satu diagram maka akan menghasilkan 4 empat kuadran. Gambar 6 menjelaskan keberadaan masing-masing sektor dalam kuadran- kuadran keterkaitan antar sektor, Diagram tersebut memiliki 4 empat kuadran. Kuadran I, merupakan sektor-sektor yang memiliki hubungan dengan sektor kebelakang hulu yang tinggi namun memiliki hubungan dengan sektor ke depan hilir yang rendah. Adapun sektor-sektor yang masuk dalam kuadran I ini adalah : peternakan dan hasil-hasilnya sektor 3, listrik sektor 8, bangunan sektor 10, Hotel dan restoran sektor 12, jasa pemerintahan umum sektor 17 dan jasa swasta sektor 18. Keberadaan sektor-sektor pada kuadran I ini, hendaknya dapat menggerakkan sektor-sektor hilir atau dengan kata lain, harus diciptakan kegiatan atau aktivitas yang dapat memanfaatkan secara optimal sektor-sektor pada kuadran I baik sebagai bagian dari faktor produksi maupun sebagai sarana-prasarana atau komponen pendukung dalam kegiatan produksi sehingga dapat menggerakkan nilai total ekonomi wilayah secara signifikan. Gambar 6 Diagram Kartesius Keterkaitan Antar Sektor di Kapet Bima Kuadran II, merupakan sektor-sektor yang memiliki hubungan dengan sektor kebelakang hulu yang tinggi serta memiliki hubungan dengan sektor ke depan hilir yang tinggi pula. Adapun sektor-sektor yang masuk dalam kuadran II ini adalah : Industri Pengolahan Non Migas sektor 7, bank dan Lembaga Keuangan Non Bank sektor 15, Keberadaan sektor-sektor pada kuadran II sangat penting sebagai sektor atau kegiatan antara yang menghubungan sektor-sektor di hulu dengan hilir, sehingga sektor-sektor yang berada di kuadran II ini harus ditingkatkan keberadaan baik dari jumlah aktivitas maupun dari nilai output produksi yang dihasilkan. Kuadran III, merupakan sektor-sektor yang memiliki hubungan dengan sektor kebelakang hulu yang rendah namun memiliki hubungan dengan sektor ke depan hilir yang tinggi. Adapun sektor-sektor yang masuk dalam kuadran III ini adalah : tanaman bahan makanan sektor 1, perikanan 5, Perdagangan besar dan eceran sektor 11, Hotel dan restoran sektor 13, jasa pemerintahan umum KETERKAITAN ANTAR SEKTOR 2 14 16 6 7 12 10 17 4 9 11 1 13 5 18 8 15 3 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 1.4000 1.6000 0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 INDEKS KEPEKATAN I N D E K S D A Y A T A R I K I II III IV INDEKS DAYA DORONG sektor 14 dan jasa swasta sektor 18. Keberadaan sektor-sektor pada kuadran III ini, hendaknya dapat memanfaatkan secara optimal sektor-sektor di hulu untuk mendukung aktivitas atau dalam kegiatan produksi sehingga dapat menggerakkan nilai total ekonomi wilayah secara signifikan. Kuadran IV, merupakan sektor-sektor yang memiliki hubungan dengan sektor kebelakang hulu yang rendah namun memiliki hubungan dengan sektor ke depan hilir yang tinggi. Adapun sektor-sektor yang masuk dalam kuadran IV ini adalah : kehutanan sektor 4, penggalian sektor 6, air bersih sektor 9, sewa bangunan dan jasa perusahaan sektor 16. Keberadaan sektor-sektor pada kuadran IV ini, cenderung sebagai sektor pendukung bagi pengembangan sektor- sektor lain baik di kegiatan atau industri di hulu maupun di hilir khususnya terhadap kegiatan produksi domestik.

5.2. Sektor Basis