Infrastruktur Transportasi GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kecamata seperti Pekat, Tambora serta kawasan-kawasan yang cepat berkembang seperti Labuhan Kananga, So Se’e dan Wane BP Kapet Bima 2004. Tabel 44 Kapasitas Pelayanan Telekomunikasi di Kapet Bima KabupatenKota Kapasitas SST Sudah Terisi SST Dompu 2,606 2,512 Kab Bima 1,700 1,433 Kota Bima 4,482 4,348 Kapet Bima 8,788 8,293 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004

d. Infrastruktur Transportasi

Di dalam sistem jaringan transportasi nasional, Kapet Bima memegang peranan cukup penting. Untuk sistem transportasi darat, kota-kota dalam Kapet Bima dihubungkan melalui jalur kolektor primer. Selain itu, Bima juga merupakan salah satu simpul jaringan penyeberangan lintas selatan Jakarta-Bali- Bima-Kupang-Dili-Tual. Jalur Mataram-Sorong yang berfungsi menghubungkan kawasan andalan Komodo dan kawasan andalan Lombok juga akan sangat bermanfaat bagi pengembangan Kapet Bima. Untuk mendukung sistem transportasi di Kapet Bima maka perlu didukung infrastruktur yang memadai. Tabel 45 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Di Kapet Bima No. Uraian 2002 2004 Km Km 1 Aspal 706.71 39.07 980.35 50.02 2 Kerikil 459.70 25.41 488.53 24.93 3 Tanah 642.59 35.52 465.77 23.77 4 Tidak Terinci - - 25.23 1.29 Jumlah 1,809.00 100.00 1,959.88 100.00 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Tabel 45 menjelaskan bahwa panjang jalan di Kapet Bima pada Tahun 2002 adalah 1.809 Km, dengan jenis permukaan yang sudah diaspal baru 39.07 atau 706.71 Km, sedangkan sisanya berupa permukaan kerikil 25.41 dan jalan tanah 35.52 . Kemudian pada tahun 2004 panjang jalan meningkat menjadi 1,959.88 Km, dan jalan dengan jenis pemukaan yang berasal sepanjang 980.35 atau 50.02 dari total panjang jalan. Jenis permukaan kerikil 24.93 dan permukaan tanah 23 . Upaya meningkat panjang jalan dan perbaikan jalan terus dilakukan di Kapet Bima. Hal ditunjukkan dalam tabel 46, bahwa pada tahun 2002 panjang jalan yang kondisinya berstatus baik adalah sepanjang 419.64 Km dan meningkat menjadi 638.31 Km. meskipun demikian secara umum kondisi jalan di Kapet Bima perlu upaya perbaikan yang cukup besar yakni 60 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan interaksi spasial. Tabel 46 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Di Kapet Bima No. Uraian 2002 2004 Km Km 1 Baik 419.64 23.17 638.31 32.57 2 Sedang 290.14 16.02 422.91 21.58 3 Rusak 487.40 26.91 329.25 16.80 4 Rusak Berat 614.32 33.91 569.41 29.05 5 Tidak Terinci - - - - Jumlah 1,811.50 100.00 1,959.88 100.00 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004 Untuk jaringan transportasi laut, ditetapkan hirarki pelabuhan laut dan hirarki jaringan transportasi laut nasional. Sistem pelabuhan nasional terdiri dari dua hirarki pelayanan, yaitu : 1. Pelabuhan utama truk port yang terdiri dari pelabuhan utama primer, sekunder dan terseier 2. Pelabuhan pengumpan feeder port yang terdiri dari pelabuhan pengumpan regional dan lokal. Berdasarkan RTRWN, pelabuhan Bima di Kabupaten Bima berfungsi sebagai salah satu pelabuhan pengumpan regional yang melayani kegiatan bongkar muat angkutan laut dalam jumlah kecil dan jangkauan pelayanan relatif dekat. Secara hirarkis, pelabuhan Bima berfungsi sebagai pengumpan kepada pelabuhan – pelabuhan utama, terutama yang terdekat adalah pelabuhan Ujung Pandang. Sedangkan pelabuhan Kempo dan Calabai di Kabupaten Dompu dan Pelabuhan Sape, Waworada di Kabupaten Bima ditetapkan sebagai pelabuhan pengumpan lokal, yang berfungsi sebagai pengumpan kepada pelabuhan utama dan pengumpan regional. Tabel 47 menjelaskan bahwa di Kapet Bima terdapat 5 lima buah pelabuhan yaitu pelabuhan laut di Teluk Bima, pelabuhan penyeberangan di Kecamatan Sape, pelabuhan Waworada di Langgudu, ketiganya di Kabupaten Bima, dan pelabuhan laut di Calabai dan Kempo Kabupaten Dompu. Untuk mewujudkan Kapet Bima sebagai pusat perdagangan yang maju, maka pelabuhan laut Bima yang merupakan pintu gerbang ke Kapet Bima perlu dikembangkan sehingga memenuhi syarat untuk disinggahi kapal-kapal nusantara maupun mancanegara. Demikian pula pelabuhan penyeberangan Sape perlu dikembangkan. Tabel 47 Sebaran Pelabuhan di Kapet Bima Nama Pelabuhan Lokasi Kecamatan Jenis Pelabuhan Keterangan Pengelola BimaKota Bima: - Pelabuhan Bima Kota Bima Umum Nasional PT.Pelindo - Pelabuhan Sape Kecamatan Sape Angk. Penyeberangan PT. ASDP - Pelab. Waworada Kec Langgudu Umum Lokal Pemkab.Bima Kabupaten Dompu: - Pelabuhan Kempo Kec Kempo Khusus Nasional Pemkab. Dompu - Pelabuhan Calabai Kecamatan Pekat Khusus Nasional Pemkab. Dompu Sumber : Data Dari Berbagai Sumber Dalam rangka mendukung pengembangan pariwisata yang memanfaatkan jalur wisata dari Bima ke Pulau Komodo PP dibangun pelabuhan penyeberangan dari Pantai MbotuLambu Sape ke Pulau Komodo lama pelayaran 2-2,5 jam dari pada pelabuhan penyeberangan Sape lama penyeberangannya 6-7 jam. Disamping itu dibangun pelabuhan penyeberangan Labuhan Kananga ke Pulau Satonda BP Kapet Bima 2004. Untuk sistem transportasi udara, Bandara Udara M.Salahuddin di kota Bima merupakan salah satu simpul transportasi udara nasional, yang pelayanannya meliputi beberapa kabupaten yang menghubungkan antara bandar udara utama dan kedua, yaitu Bajawa, Denpasar, Ende, Kupang, Mataram, Labuan Bajo, Ruteng, Surabaya, Tambulaka dan Waingapu. Adapun keadaan umum dari Bandara tersebut adalah sebagai berikut : ♦ Runway : 1.800 x 30 m ♦ Apron : 172 x 70 m ♦ Taxiway : 100 x 10 m ♦ Shoulder : 2 x 16.000 x 60 m ♦ Over Run : 150 x 30 m ♦ Kekuatan Landasan : 46.000 LBS ♦ Terminal : 294 m 2 . ♦ Lapangan Parkir : 3.218 m 2 ♦ Pergerakan : 12 pergerakanhari Bandara Muhammad Salahudin, terletak ± 15 Km dari kota Bima. Bandara M. Salahuddin dapat didarati secara bebas oleh pesawat jenis Foker 27, Foker 28 dan malah sudah dapat didarati pesawat merpati F 100 dengan rute Bima- Denpasar pulang pergi dan jalur Bima-Denpasar-Jakarta pulang pergi setiap hari. Gambar 4 memberikan gambaran tentang kondisi beberapa infrastruktur transpotasi di Kapet Bima. a b c Gambar 4 Pelabuhan Laut-Bima a, Bandara Salahudin-Bima b, dan Pelabuhan Calabai-Dompu c.

4.6. Permasalahan Pengembangan Wilayah