Posisi Kapet Bima dalam Hubungan Wilayah Nasional

dengan Sulawesi dan kepulauan – kepulauan Indonesia timur lainnya. Setiap armada dagang yang lalu lalang di perairan selat Sunda ke Timur umumnya melakukan transit di pelabuhan Bima, baik dalam rangka mengembangkan perdagangan maupun sekedar untuk berlindung dari serangan badai angin barat. Seperti terlihat pada gambar 14, Kapet Bima memiliki aksessibilitas yang tinggi terhadap berbagai kawasan strategis lainnya. Aktifitas sosial ekonomi kota dihubungkan secara rutin dan lantar oleh saranaprasarana transportasi darat, laut dan udara. Melalui darat, tersedia 2 terminal utama yakni terminal Dara Kota Bima dan terminal Ginte Kabupaten Dompu dan dua sub terminal dengan dukungan ± 76 armada Bus antar kota dan antar pulau ke Lombok, Bali dan Jawa. Melalui laut, didukung oleh pelabuhan laut Kota Bima dan armada kapal ferry dan PELNI yang cukup intensif ke berbagai pelabuhan yaitu Tanjung Perak, Ujung Pandang, Labuhan Bajo, Kupang dan Maumere. Sedangkan melalui udara Gambar 14 Total Arus Penumpang dan Barang Inter Regional Kapet terdapat jalur pesawat udara jenis F27, F100 dan B737 ke Mataram NTB serta ke Denpasar, Surabaya dan Jakarta setiap hari.

5.4.3. Model Interaksi Spasial

Interaksi antar wilayah spasial menggambarkan dinamika yang terjadi di suatu wilayah karena adanya aktivitas yang dilakukan oleh penduduknya, sehingga terjadi mobilitas kerja, migrasi, arus informasi dan komoditas, mobilitas pelajar serta aktivitas ekonomi lainnya, seperti yang tergambar pada pembahasan- pembahasan interaksi spasial sebelumnya di atas. Tabel 73 Hasil Pendugaan Parameter Interaksi Spasial Inter Regional Jalur Transportasi Laut di Kapet Bima No. Model Grafitasi k a b c R Sq.

I. Wil Asal i : Kapet Bima

1. T1 ij = k. m1 i a .m1 j b . d ij -c -32.61 2.99 0.14 -0.51 0.03 2. T1 ij = k. m2 i a .m2 j b . d ij -c -31.39 2.84 0.82 -2.68 0.36 3. T2 ij = k. m1 i a .m1 j b . d ij -c -233.1 18.32 -0.50 -0.002 0.41 4. T2 ij = k. m2 i a .m2 j b . d ij -c -70.46 5.74 -0.31 -0.23 0.39 II. Wil Tujuan j : Kapet Bima 1. T1 ij = k. m1 i a .m1 j b .d ij -c 38.27 0.26 -2.18 -0.89 0.08 2. T1 ij = k. m2 i a .m2 j b .d ij -c 8.74 0.64 0.16 -2.31 0.29 3. T2 ij = k. m1 i a .m1 j b .d ij -c -164.4 -66.15 39.98 93.74 0.76 4. T2 ij = k. m2 i a .m2 j b .d ij -c 37.54 6.58 -6.39 -6.97 0.58 Sumber : Hasil Analisis Signifikan pada taraf α = 0.10 Signifikan pada taraf α = 0.05 dimana : i = Wilayah asal j = Wilayah tujuan T1 ij = Arus penumpang dari wilayah asal ke wilayah tujuan orang T2 ij = Arus barang dari wilayah asal ke wilayah tujuan ton m1 i = Jumlah penduduk wilayah asal orang m1 j = Jumlah penduduk wilayah tujuan orang m2 i = Total nilai PDRB wilayah asal Juta Rupiah m2 j = Total nilai PDRB wilayah tujuan Juta Rupiah d ij = Jarak antara wilayah asal dan tujuan km a,b,c = Koefisien peubah massa m wilayah asal, massa wilayah tujuan dan jarak. k = konstanta Untuk melakukan pendugaan nilai interaksi spasial di Kapet Bima digunakan model grafitasi. Dengan menggunakan data pergerakan orang dan barang melalui jalur transportasi laut antara Kapet Bima dan berbagai daerah di Indonesia maka hasil pendugaan parameter model interaksi spasialnya adalah seperti yang terlihat pada tabel 73. Berdasarkan model grafitasi melalui jalur transportasi laut terlihat bahwa dinamika interaksi spasial inter regional yang tergambar dari nilai arus penumpang dari Kapet Bima secara sigifikan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi wilayah daerah tujuan b = 0.82, dimana setiap kenaikan 1 PDRB daerah tujuan akan dapat meningkatkan arus penumpang dari Kapet Bima sebesar 0.82 dan menurun sebesar 2.68 seiring dengan penambahan jarak antar wilayah sebesar 1 . Hasil estimasi model I2 menunjukkan bahwa koefisien determinasi R 2 = 0.36, artinya bahwa arus penumpang melalui transportasi laut dari Kapet Bima ke berbagai daerah di Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel- variabel dalam model sebesar 36 , sedangkan sisanya sekitar 64 dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Arus penupang dari Kapet Bima yang dominan adalah menuju Makasar- Sulawesi Selatan yakni mencapai 8,669 orang pada tahun 2003, pada tahun 2004 sebanyak 7,918 orang, pada tahun 2005 sebesar 6,798 orang dan pada tahun 2006 mencapai 7,575 orang. Arus penumpang ini melakukan perjalanan untuk tujuan bisnisperdagangan, melanjutkan pendidikan dan karena kegiatan kunjungan keluargakerabat. Tingginya dinamika dunia pendidikan di Makasar dengan banyaknya alternatif bidang ilmu yang ditawarkan disamping biaya hidup yang cukup murah telah menjadi daya tarik tersendiri bagi pelajar dari Kapet Bima. Begitu pula dengan perkembangan ekonomi dan infrastruktur Kota Makasar, hal tersebut menjadi tarikan besar bagi arus migrasi dari Kapet Bima untuk mencari pekerjaan dan melakukan kegitan perdagangan. Arus barang dari Kapet Bima secara signifikan ditentukan oleh jumlah penduduk b = -0.50, dengan nilai R 2 = 0.41 dan PDRB wilayah tujuan b = -0.31, dengan nilai R 2 = 0.39, artinya setiap kenaikan jumlah penduduk dan PDRB daerah tujuan sebesar 1 akan menurunkan arus barang dari Kapet Bima masing-masing sebesar 0,50 dan 0.31 .